Setidaknya, ada 1,2 juta rumah tangga diseluruh Indonesia yang belum menikmati listrik secara mandiri. Kebanyakan dari mereka masih 'nyantol' dari rumah tetangganya.
Hal ini disebut sebagai levering atau menumpang aliran listrik dari rumah tetangga. Berikut fakta-faktanya:
235.756 Keluarga Di Jawa Barat 'Nyantol' Listrik Tetangga
|
Foto: Istimewa/Kementerian BUMN
|
Mayoritas rumah tangga tidak mampu di Jawa Barat ini bergantung dengan rumah tetangganya dalam menikmati listrik.
Pemerintah melalui Kementerian BUMN pun menginisiasi program BUMN Hadir Untuk Negeri Sambung Listrik Gratis Bagi Keluarga Tidak Mampu'.
Program tersebut menjadi ajang 35 BUMN patungan untuk membuat masyarakat tidak mampu dapat menikmati listrik secara mandiri.
Sudah 60.798 Keluarga Tak Lagi 'Nyantol' Listrik Tetangga
|
Foto: Istimewa/Kementerian BUMN
|
Ada lima rumah warga di Bantarjati, Kota Bogor, Jawa Barat yang ditinjau langsung oleh Presiden Jokowi.
Menteri BUMN Rini Soemarno menyebut sampai dengan akhir Desember 2018, jumlah keluarga yang rumahnya tersambung listrik akan mencapai target 100 ribu keluarga.
"Faktanya memang masih ada warga yang mengakses listrik tapi itu diambil dari rumah tetangganya. Dengan bantuan sambungan listrik melalui Sinergi BUMN ini, maka warga sepenuhnya akan menikmati listrik resmi dari PLN. Ini tentunya sangat membantu masyarakat dalam menopang kegiatan ekonomi dan kualitas hidup rumah tangganya," kata Rini.
Jokowi Cerita soal 'Nyantol' Listrik
|
Foto: Istimewa/Kementerian BUMN
|
"Yang pertama, ada yang dulu memang belum ada listriknya, ada yang sudah ada listrik tetapi nyambung dengan tetangga atau dengan orang tua. Nah sekarang kita sambung secara mandiri," kata Jokowi di Bantarjati, Bogor, Jawa Barat, Minggu (2/12/2018).
Jokowi menceritakan, jika masyarakat yang sudah tersambung listrik secara mandiri maka biaya yang dikeluarkan untuk setrum ini pun jauh lebih murah dibandingkan masih numpang di rumah tetangga.
Lebih lanjut Jokowi mengungkapkan, listrik yang didapatkan masyarakat secara gratis dari sinergi BUMN ini pun bisa dipergunakan untuk televisi dan alat elektronik lainnya.
Oleh karena itu, orang nomor satu di Indonesia m pun meminta program BUMN patungan ini dapat memenuhi kebutuhan listrik masyarakat miskin di Indonesia.
Apalagi, biaya memasang listrik yang dianggap tidak murah akan banyak membantu masyarakat miskin di Indonesia.
Masyarakat Pilih Beli Beras Daripada Masang Listrik
|
Foto: Istimewa/Kementerian BUMN
|
"Karena ongkosnya mahal, Rp 900 ribu sampai Rp 1 juta, orang miskin ini bayar Rp 30-Rp 40 ribu bisa, kalau bayar Rp 1 juta mending beli buat beras," kata Sofyan Basir di Bantarjati, Bogor, Jawa Barat, Minggu (2/12/2018).
Sofyan menceritakan, biaya pemasangan meteran listrik memang cukup tinggi karena sudah sesuai dengan aturan yang berlaku. Dianggap mahal juga karena masyarkat harus menyiapkan perintilan lainnya seperti colokan, kabel, dan lainnya.
Dengan begitu, Mantan Dirut BRI ini memberikan fasilitas kelistrikan secara gratis melalui program sinergi BUMN. Di mana masyarakat tinggal mendapatkan pemasangan meteran dengan kapasitas 450 VA secara gratis.
Dia merinci biaya pemasangan meteran yang mencapai Rp 1 juta ini pun dibayar secara gotong royong oleh BUMN dengan rincian instalasi Rp 227.500, biaya penyambungan Rp 210.500, materai dua lembar Rp 12.000, standar layak operasi (SLO) Rp 40.000, token perdana Rp 10.000, sehingga totalnya Rp 500.000. Sedangkan sisanya seperti biaya administrasi dan jasa pemasangan digratiskan oleh PLN.
Sehingga, kebiasaan nyantol listrik ke rumah tetangga sudah bisa dihentikan dan menjadi lebih mandiri dengan biaya yang lebih murah.
Halaman 2 dari 5











































