Kementan Beberkan Strategi Hadapi Industri 4.0 di Sektor Pertanian

Kementan Beberkan Strategi Hadapi Industri 4.0 di Sektor Pertanian

Nabilla Nufianty Putri - detikFinance
Kamis, 13 Des 2018 19:39 WIB
Foto: Dok. Kementan
Jakarta - Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian (Kementan) Kuntoro Boga Andri, mengatakan Kementan telah memetakan tantangan dan potensi di sektor pertanian secara nasional dalam menghadapi revolusi Industri 4.0 hingga tahun 2024. Selain itu pihaknya pun telah mempertimbangkan adanya bonus demografi.

"Sebab, jumlah penduduk di tahun 2025 mendatang diperkirakan meningkat hingga 275 juta jiwa. Kami yakin, dengan perkiraan demografi ini akan menambah keuntungan dan tantangan tersendiri bagi bangsa Indonesia," kata Boga dalam keterangan tertulis, Kamis (13/12/2018).

Hal tersebut ia sampaikan dalam seminar dan forum CEO Outlook 2019 Agrobisnis 4.0 dengan tema Momentum Kebangkitan Agro Industri Untuk Kemandirian Pangan Indonesia Dan Pasar Global.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Menurutnya, Kementerian Pertanian melalui berbagai perangkatnya sudah menyiapkan langkah strategis dalam mendukung revolusi tersebut. Pasalnya meningkatnya permintaan produk yang terstandar bakal menjadi tantangan di masa depan.

"Misalnya peningkatan makanan siap saji menjadi 18% dari total pengeluaran konsumen terhadap makanan yang sebelumnya hanya 14%. Peningkatan ini cenderung pada pembelian produk dan jasa di samping kita harus memperhatikan perubahan iklim dan hemat air," tambahnya.

Boga menjelaskan, kebijakan umum dan strategi pangan yang sudah berjalan antara lain perkuatan aspek pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas. Kemudian pengembangan bibit dan sarana prasarana berbasis inovasi teknologi, serta penguatan kelembagaan petani.

"Yang tak kalah penting, kami juga mendorong berkembangnya industri makanan dan restoran cepat saji, mendorong pasar online yang melayani pengiriman produk pertanian segar, serta smart agriculture yang adaptif terhadap perubahan iklim," jelasnya.


Kementan melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) juga dikatakan sedang fokus pada kebijakan strategis, seperti peningkatan produksi dan kualitas produk pertanian.

"Kami dorong industri pengolahan hasil pertanian, petani go-digital, serta penguatan kelembagaan petani berbasis korporasi dan kawasan. Semua ini tentu dibarengi dengan penguatan teknologi di sektor pertanian," kata Boga.

Meski demikian, ia menyadari adanya tantangan dalam menghadapi revolusi. Sebelumnya berbagai permasalahan erat kaitannya dengan petani Indonesia. Persoalan tersebut mulai dari skala usaha petani yang kecil, posisi tawar lemah, berkutat hanya di on farm, hingga peningkatan kesejahteraan yang lamban.

"Namun perlahan tapi pasti, Kementan di bawah kepemimpinan Pak Andi Amran Sulaiman mulai mengurai benang kusut permasalahan yang melekat pada petani. Caranya ialah dengan fokus pada tujuan peningkatan kesejahteraan petani," paparnya.

Boga menambahkan, deretan kebijakan dan kemudahan layanan ini masih akan ditambah dengan program lainnya. Seperti mengkorporasikan petani melalui peningkatan skala usaha tani, daya saing dan industrialisasi dari hulu hingga hilir.

"Petani itu merupakan pelaku langsung yang perlu dikuatkan. Oleh karenanya kami terus melakukan percepatan industrialisasi petani. Misalnya skala usaha dan daya saing produknya harus meningkat. Ekonomi petani dan kapasitas SDM juga meningkat. Begitu juga dengan kerjasama pemasaran, pembiayaan usaha tani, digitalisasi pertanian dan pengembangan pertanian berbasis kawasan cluster," tuturnya. (prf/fdl)

Hide Ads