Inalum Pakai 'Modal Dengkul' Rebut Saham Freeport

Inalum Pakai 'Modal Dengkul' Rebut Saham Freeport

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Jumat, 28 Des 2018 11:28 WIB
Inalum/Foto: Rachman Haryanto
Jakarta - PT Inalum (Persero) sempat berencana meminjam uang dari bank untuk mencaplok saham PT Freeport Indonesia (PTFI) sehingga kepimilikannya menjadi 51%. Namun, rencana itu kemudian batal dan berganti menjadi penerbitan surat utang dengan nilai US$ 4 miliar.

Direktur Keuangan Inalum Orias Petrus Moedak mengatakan, melalui penerbitan obligasi itu, Inalum bisa mengakuisisi saham PTFI tanpa jaminan alias 'modal dengkul'.

Orias menceritakan, Inalum memang berencana menerbitkan surat utang untuk mengambil sebagian saham PTFI. Untuk meyakinkan investor, Inalum akan meminjam uang dari bank di mana bank sendiri berkomitmen memberikan pendanaan sebesar US$ 2,85 miliar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Itu bukan pada akhirnya pakai bonds, memang kita mau pakai bonds tapi Inalum kan nggak pernah terbitkan bonds. Ini datang pertama. Supaya investor percaya, bahwa kita bisa dipercaya, kita juga mesti pinjam dari bank. Kita ketemu bank, dan bank-bank itu percaya mereka sudah siapkan dana US$ 2,850 miliar sebelum kita berangkat itu. Sudah ada bank dengan fasilitas US$ 2,850 miliar kita tinggal butuh US$ 1 miliar," jelasnya kepada detikFinance, di kantornya, Jakarta, Kamis (27/12/2018).


Dengan modal tersebut, Inalum merasa percaya diri untuk menawarkan surat utang ke investor.

"Dan kita bisa bicara kepada bonds holders investor, saya sudah ada US$ US$ 2,850 miliar, uang ada juga US$ 1,4 miliar kalau you ikut syukur, kalau nggak, nggak apa-apa. Negosiasi lebih enak, you punya uang, bukan you datang dengan kosong, butuh banget, nggak BU (butuh uang) posisinya," paparnya.

Dia melanjutkan, penerbitan surat utang sendiri lebih menguntungkan dibanding dengan pinjaman bank. Sebab, kupon yang dibayarkan pasti, tidak seperti bunga bank yang fluktuatif. Kemudian, untuk pokoknya baru dibayarkan setelah jatuh tempo.

Lanjutnya, setelah mendapatkan dana dari surat utang itu, rencana pinjaman ke bank pun dibatalkan.

"Tapi memang sudah atur ada pinjaman bridging to bonds, kemudian bonds sukses kita nggak jadi pinjam. Pinjaman tanda tangan iya, tapi kan belum tarik. Eh kita sudah dapat bonds jadi perjanjian batal," terangnya.


Inalum sendiri menerbitkan surat utang dengan empat tenor yakni US$ 1 miliar tenor hingga 2021, US$ 1,25 miliar tenor hingga 2023, US$ 1 miliar dengan tenor hingga 2028, dan US$ 750 juta dengan tenor hingga 2048. Rata-rata kupon obligasi ini sebesar 5,9991%.

"Saya rasa Freeport pun nggak percaya bahwa kita bakal dapat pendanaannya. Sekarang seluruh dunia percaya kita, terus kenapa orang kita nggak percaya. Dan jangan takut bahwa ini nggak bisa bayar. Lho yang nggak bisa bayar siapa. Seluruh dunia percaya kita bisa bayar, kenapa kita minder," ujarnya.

"Bunganya rendah, di bawah 6% dan ini akuisisi modal dengkul. Harusnya you bayar 14-16%. Kenapa bonds? Karena you nggak perlu bayar principal nanti bayar principal-nya, you bayar principal nanti tiga tahun lagi. Kita ada 3-5-10-30 (tahun) kita dalam tiga tahun kita bayar US$ 1 miliar," terangnya.

Dia menambahkan, tidak ada jaminan dalam penerbitan obligasi. Dia hanya bilang, investor menerima karena negara pemegang saham mayoritas Inalum.

"Jadi tidak ada jaminan, clean. Satu syarat yang kita berikan yang kita berikan kepada bonds holder, negara menjadi pemegang saham mayoritas di Inalum, minimal 75%," tutupnya. (ara/ara)

Hide Ads