"Nilai tukar rupiah mengalami deviasi yang cukup besar, dari Rp 13.400 per US$, menjadi rata-rata RP 14.247 per US$," kata Sri Mulyani saat Konferensi Pers Realisasi APBN 2018 di Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Rabu (2/1/2019).
"Harga minyak juga mengalami deviasi yang cukup tinggi, dari yang diasumsikan US$ 48 per barel, realisasinya US$ 67,5 per barel," tambahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Penerimaan Pajak 2018 Masih Kurang |
Sedangkan realisasi pertumbuhan ekonomi, kata Sri Mulyani per akhir Desember 2018 angkanya di 5,15% namun akan dibulatkan menjadi 5,2%. Selanjutnya realisasi inflasi sepanjang 2018 sebesar 3,13% dari asumsi 3,5%.
"Maka kita lihat bandingannya dengan UU APBN 2018 yang menggunakan basis asumsi, tahun 2018 di asumsikan pertumbuhan ekonomi 5,4% realisasi di perkirakan 5,15% dibulatkan 5,2%," ujar Sri Mulyani.
Baca juga: Penerimaan Bea Cukai di 2018 Tembus 105% |
Untuk realisasi asumsi yang lain, seperti SPN 3 bulan berada di level 4,95% atau di bawah 5,2%.
"Lifting minyak kita di bawah dari yang diasumsikan dari 800.000 realisasinya menjadi 776.000, lifting gas juga sama 1,2 juta hanya 1,13 juta setara minyak," ungkap dia. (hek/ara)