Penurunan ini karena pergeseran pengelolaan dari tambang terbuka (open pit) menjadi bawah tanah (underground).
Lalu, apakah turunnya EBITDA PTFI membuat PT Inalum (Persero) sebagai pemegang saham mayoritas sulit bayar utang?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu urusan Inalum lah bagaimana, kan mesti sudah di-plan kan bagaimana mencicilnya, mestinya sudah di-plan semua," ujarnya di Kantor Direktorat Jenderal Minerba Jakarta, Rabu (9/1/2019).
Apalagi, kata dia, Inalum merupakan holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tambang. Dia bilang, Inalum pasti punya perencanaan yang matang.
"Itu tanggung jawab korporasi lah, Inalum kan perusahaan holding mestinya dia pinter itungnya. Pinter lah, masa dia kuasai Aneka Tambang di bawah dia, Timah, PTBA masa nggak bisa," ujarnya.
Sebagaimana diketahui, Inalum baru saja menggenggam 51% saham PTFI. Untuk mengambil saham tersebut, Inalum menerbitkan surat utang global dengan nilai US$ 4 miliar.
Surat utang itu terdiri dari 4 tenor yakni sebanyak US$ 1 miliar tenor hingga tahun 2021, US$ 1,25 miliar tenor hingga 2023, US$ 1 miliar tenor hingga 2028, dan US$ 750 juta tenor hingga 2048. Rata-rata kupon obligasi tersebut sebesar 5,9991%.
Baca juga: Ekonomi Dunia di 2019 Diproyeksi Makin Suram |
Saksikan juga video '51% Saham Freeport Lunas, TKN: Memang Ada Kepentingan Politik':
(eds/eds)