RI Sulit Dongkrak Ekonomi di Atas 5%, Apa Masalahnya?

RI Sulit Dongkrak Ekonomi di Atas 5%, Apa Masalahnya?

Trio Hamdani - detikFinance
Kamis, 07 Feb 2019 16:48 WIB
Foto: Ari Saputra
Jakarta - Ekonom Senior Indef Nawir Messi menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia masih jauh untuk bisa mencapai 7%. Ada faktor penting yang dia nilai selama ini masih lemah, yaitu investasi.

Dia mengatakan sejauh ini pertumbuhan ekonomi Indonesia mandek di kisaran 5%. Mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi sejak 2015 hingga 2018 berturut-turut adalah 4,88%, 5,03%, 5,07%, dan 5,17%.

"Pola pertumbuhan selama beberapa tahun terakhir kita makin jauh ke pola pertumbuhan tinggi. Yang kita alami pertumbuhan moderat 5%," katanya di Nifarro Office Park, Jakarta Selatan, Kamis (7/2/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Bahkan yang diumumkan BPS tidak ada kecenderungan naik, bahkan sampai 7% terlalu jauh," sambungnya.



Padahal, menurutnya pertumbuhan ekonomi di kisaran 7% dibutuhkan Indonesia untuk keluar dari negara yang terjebak di dalam kategori berpendapatan menengah atau middle income trap. Salah satunya itu bisa didukung melalui investasi.

Sayangnya, dari sisi investasi masih banyak kelemahan. Salah satunya masalah ketenagakerjaan. Dia menyebut kenaikan upah di Indonesia jauh lebih tinggi dibandingkan peningkatan produktivitas tenaga kerja. Itu membuat orang malas berinvestasi.

"Mau dilihat dari sisi apapun tenaga kerja itu big problem. Di Indonesia terlalu cepat kenaikan upah buruh. Kementerian Pak Hanif (Ketenagakerjaan) mempercepat kenaikan upah buruh ketimbang percepatan produktifitas industri," ujarnya.

Korupsi juga menjadi hal yang membuat investasi di Indonesia sulit tumbuh, termasuk masalah birokrasi.

"Berdasarkan survei yang dilakukan Bank Dunia tahun lalu, Korupsi menjadi masalah utama dalam menjalankan bisinis, demikian juga dengan birokrasi pemerintahan, meski faktor yang satu ini mengalami penurunan," jelasnya.

(eds/eds)

Hide Ads