Jakarta -
Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah meminta bawahannya mencari formula yang tepat agar harga tiket pesawat bisa segera diturunkan. Namun berselang dua minggu instruksi tersebut disampaikan tampaknya harga tiket pesawat belum kunjung turun.
Sebelumnya maskapai Garuda Indonesia Group telah mengumumkan telah memangkas 20% harga tiket yang berlaku pada saat itu. Namun harga tiket sampai saat ini dirasa masih cukup tinggi.
Hal tersebut dikonfirmasi oleh mayoritas masyarakat hingga agen biro perjalanan wisata Indonesia. Harga tiket pesawat saat ini masih tinggi, terutama untuk rute-rute favorit seperti Bali, Yogyakarta dan Surabaya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagaimana fakta mengenai harga tiket pesawat terkini? Berikut ulasan lengkapnya:
Sejumlah pengguna merasakan harga tiket pesawat masih lebih mahal dibandingkan biasanya.
"Dari Jakarta ke Batam masih mahal. Masa 1,3 juta sekali jalan doang pakai Citilink," kata Jessica, salah seorang pegawai negeri sipil yang berdomisili di Jakarta kepada detikFinance.
Masih tingginya harga tiket pesawat juga terpantau pada rute-rute lainnya. Rata-rata harga tiket pesawat naik hingga dua kali lipat dari biasanya.
"Pekanbaru-Medan biasanya under 400.000, sekarang 980.000 paling murah," ujar Harry, karyawan swasta yang berdomisili di Pekanbaru.
Wakil Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Budijanto Ardiansyah mengonfirmasi hal tersebut. Menurutnya penurunan harga tiket pesawat sejumlah maskapai saat ini sudah ada perkembangan, namun belakangan harga tiket memang terasa kembali naik.
"Sampai saat ini sebenarnya sudah ada perkembangan (penurunan). Tapi memang belum menyeluruh. Itikad baik dari airline untuk menurunkan ada tapi belum banyak, jadi sistemnya masih diskon," katanya saat dikonfirmasi detikFinance.
"Seingat saya ada beberapa rute yang memang diturunkan tapi sekarang naik lagi," tambahnya.
Budijanto bilang harga tiket yang masih tinggi umumnya terjadi pada rute-rute favorit seperti menuju Denpasar, Yogyakarta, dan Surabaya. Dia berharap maskapai bisa kembali menyesuaikan kebijakannya, khususnya pemberlakuan kembali tarif batas atas dan batas bawah.
Tiket pesawat dengan harga lebih murah dengan membeli jauh-jauh hari sebelum keberangkatan kini sulit ditemui. Hal tersebut seiring dengan kebijakan maskapai saat ini.
Hilangnya keuntungan membeli harga tiket lebih murah saat pembelian jauh hari tersebut diyakini lantaran lenyapnya pemberlakuan tarif batas atas dan bawah yang diberlakukan maskapai saat ini. Wakil Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Budijanto Ardiansyah mengatakan hal ini membuat masyarakat kehilangan kesempatan mendapatkan harga tiket yang terjangkau.
"Yang kami harapkan sebenarnya airline itu mulai kembali menerapkan batas atas batas bawah. Jadi terjangkau untuk semua kelompok masyarakat. Jadi mau beli murah silakan, beli mahal silakan. Jadi kalau jauh-jauh hari mereka bisa beli lebih murah, karena ada sub classes itu," katanya kepada detikFinance.
Budijanto bilang hilangnya kelompok harga tiket pesawat yang murah berlangsung sejak akhir Desember tahun lalu. Menurutnya harga tiket pesawat bisa saja tidak turun tapi setidaknya maskapai kembali memberikan slot atau kuota untuk harga tiket yang lebih murah.
"Jadi bukan turun (harga) tapi pemberlakuan kembali batas atas dan bawah. Jadi sub classes diberlakukan lagi. Kalau mereka (airlines) bisa segera merevisi harga menjadi lebih baik saya rasa bisa kembali normal. Kebijaksanaan-kebijaksanaan airlines itu kan jadi bumerang buat mereka sendiri," ungkapnya.
Mahalnya harga tiket pesawat berimbas kepada penurunan penjualan pada sejumlah biro travel di Indonesia. Penjualan tiket pesawat pada saat low season seperti sekarang menurun hingga 30% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
"Memang low season biasanya lebih sepi, tapi ini lebih sepi dari low seasonbiasanya. Kalau persentase kita nggak tahu, tapi saya rasa bisa sampai 30% penurunannya. Ini di bawah low season," kata Wakil Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Budijanto Ardiansyah.
Penurunan penjualan tiket pesawat ini juga berimbas pada sepinya sejumlah bandara di Indonesia. Dari pantauan dan informasi yang dihimpun detikFinance, bandara-bandara yang sepi saat ini tercatat seperti di Bandara Adi Soemarmo Solo, Bandara Internasional Lombok atau Lombok International Airport (LIA), Bandara Kualanamu Medan hingga Terminal 1 Bandara Soekarno-Hatta di Tangerang.
"Kalau mereka (airlines) bisa segera merevisi harga menjadi lebih baik saya rasa bisa kembali normal," kata Budijanto.
Pendapat berbeda disampaikan oleh Corporate Communications Strategic of Lion Air Group Danang Mandala Prihantoro. Menurutnya, penurunan jumlah penerbangan atau penjualan tiket pesawat saat ini lebih dikarenakan musim sepi yang memang sedang berlangsung.
"Kalau jumlah yang dibeli turun itu karena saat ini masih low season," katanya saat dihubungi terpisah.
Corporate Communications Strategic of Lion Air Group Danang Mandala Prihantoro mengatakan harga tiket pesawat yang dipatok saat ini masih sesuai dengan aturan yang berlaku. Aturan yang dimaksud adalah Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 14 Tahun 2016 tentang tarif batas atas dan tarif batas bawah untuk penerbangan pesawat udara.
"Terkait harga tiket mahal, bahwa harga tiket yang di-publish saat ini masih sesuai aturan. Masih di bawah tarif batas atas," katanya kepada detikFinance.
Danang sendiri masih belum bisa bicara banyak mengenai peluang penurunan harga tiket. Meski tak mengonfirmasi tengah mengkaji wacana ini, namun Danang bilang pihaknya butuh waktu untuk memberikan keterangan ini lebih lanjut.
"Tentunya dalam proses kajian ada beberapa faktor, ada market dan lainnya. Terkait hal itu akan saya informasikan jika ada perkembangan lebih lanjut," katanya.
Menurut Pengamat Transportasi Djoko Setijowarno, mahalnya harga tiket pesawat saat ini ibarat sudah jatuh tertimpa tangga. Beban masyarakat yang telah terbiasa menggunakan pesawat dalam bertransportasi bertambah lantaran sebelumnya maskapai seperti Lion Air juga telah menaikkan beban menggunakan pesawat dengan penerapan bagasi berbayar.
"Ketika tiket naik, bagasinya disuruh bayar, seolah bayarnya ya dua kali lipat. Terutama bagasi itu yang berpengaruh. Sensitif sekali bagasi itu. Karena orang-orang kelas bawah itu mereka bawa barang kan banyak. Mereka bawa pakaian, di sana jualan lagi. Bagasi itu menjadi pengaruh besar juga," katanya dihubungi terpisah.
Djoko berharap pemerintah bisa segera bergerak cepat menuntaskan permasalahan ini agar dunia usaha tak semata-mata menjadi sumpah serapah dari melambungnya harga tiket. Sepinya sejumlah bandara di Indonesia terkait mahalnya harga tiket pun mesti segera ditelusuri, tak bisa melulu menafikan musim sepi atau low season.
"Tapi tentunya tiket itu ada sensitifitasnya. Tarif melonjaknya luar biasa membuat orang enggan bepergian. Sensitif sekali itu kita pada tarif," katanya.
Halaman Selanjutnya
Halaman