Kondisi itu disebut bisa menjadi tantangan sekaligus peluang untuk Indonesia. Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menjelaskan Indonesia bisa mengambil peluang dengan menawarkan lokasi industri.
Hal ini terjadi karena banyak perusahaan di China mulai mencari tempat berusaha di luar China. Dia menyebut Indonesia adalah salah satu negara tujuan relokasi industri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut dia jenis relokasi industri sangat beragam. Misalnya perusahaan raksasa produsen iPhone yakni Apple Inc sudah membuka jalan dengan membuat program pendidikan bertajuk Apple Developer Academy di Surabaya dan Jakarta. Program ini memberikan kesempatan pada anak-anak muda untuk belajar menjadi programmer khusus yang mengembangkan aplikasi di sistem iOS. Bahkan menurut Airlangga, Apple memiliki program pendidikan tersebut hanya di beberapa negara dunia.
Kemudian, Airlangga menjelaskan produsen ban asal Prancis, Michelin, memilih untuk mengembangkan bisnis di Indonesia, tapi pengembangan tidak dilakukan secara organik tetapi melalui proses akuisisi.
"Kemudian kemarin, perusahaan Michelin yang produksi ban di Indonesia memilih untuk berkembang tidak secara organik tetapi akuisisi. Nah ini menjadi kesempatan agar industri bisa berkembang," imbuh dia.
Sebelumnya Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menjelaskan ada peluang dari menurunnya ekonomi China ini adalah relokasi industri, seperti yang dilakukan Jepang pada 1980 dan Korea Selatan sejak krisis Asia beberapa tahun lalu. Dia menambahkan, Indonesia bisa melakukan kegiatan penambahan nilai pada ekspor misalnya dengan mengolah tambang di dalam negeri baru kemudian dijual.
"Kita tidak boleh menyerah, meski sekarang kita ekspor batu bara, nikel dengan tanah-tanahnya. Kita usahakan, sekarang tarik smelternya ke sini," jelas dia.
Selain itu, juga harus diupayakan pembangunan infrastruktur hingga ekonomi digital.
"Kesempatan dari menurunnya ekonomi China ini mari kita tangkap peluangnya untuk berbagai bidang," jelas dia.
Sebelumnya dari data Biro Statistik China disebutkan meskipun ekonomi China lambat, namun sektor Industri China masih tumbuh 5,7% atau di atas ekspektasi 5,3%. Penjualan ritel tumbuh 8,2% sejalan dengan perkiraan. Perlambatan ekonomi ini terjadi karena dipengaruhi permintaan domestik. (kil/ara)