Di sampingnya ada dermaga kayu yang lapuk itu. Dua dermaga itu bersandingan dengan amat kontras, namun ternyata dermaga kayu yang kini sudah reyot itu pernah menjadi andalan warga untuk mengakses kapal sejak 2007.
Menapaki dermaga ringkih itu tentu penuh risiko. Kapal yang terlalu besar juga tidak bisa sandar di dermaga kayu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Alhamdulillah, dermaga baru pengganti dermaga kayu diresmikan pada 7 Desember 2018 oleh Menteri BUMN Rini Soemarno," kata Sekretaris Desa Pasir Panjang Pulau Rinca, Ibrahim Hamso, saat berbincang dengan detikcom di desa.
![]() |
Pasir Panjang punya 1.640 orang penduduk dalam 468 Kepala Keluarga. Mata pencaharian penduduk rata-rata adalah nelayan. Sebagian sudah mengandalkan usaha di bidang pariwisata sebagai penyambung hidup, misalnya membuka homestay sederhana atau menjadi pemandu wisata, meski mereka bakal menjadi nelayan lagi bila tak ada wisatawan yang datang.
"Dan dermaga baru ini membantu kami untuk menerima kapal tamu (wisatawan) yang sandar, memudahkan kapal bongkar muat hasil-hasil laut nelayan, dan termasuk Kapal BRI yang memberikan layanan untuk warga," kata Ibrahim.
Kapal BRI yang dia maksud adalah Teras BRI Kapal Bahtera Seva II yang memberi layanan perbankan untuk warga. Kapal itu beroperasi sejak 29 Desember 2016. Mantri BRI bernama Alhendri menceritakan kesulitan yang mereka alami saat dermaga rusak. Awak BRI dari kapal berwarna oranye, biru, dan putih itu harus menempuh cara ekstra demi mencapai warga.
"Dermaga kayu itu dulu menjadi dermaga satu-satunya dan rusak parah, kapal kami tidak bisa sandar. Akhirnya warga yang punya perahu merapat ke kapal kami untuk membawa kita sampai ke daratan desa," kata Alhendri. Kapal BRI juga menurunkan sekocinya (rubber boat) untuk membawa para petugas BRI sampai desa.
Dermaga baru itu dibangun secara sinergis oleh BUMN dengan anggaran Rp 4,38 miliar. Tujuannya untuk meningkatkan pariwisata dan ekonomi warga setempat. Pembangunan di desa yang masuk kawasan Taman Nasional Komodo ini tak hanya dalam bentuk dermaga.
![]() |
Kepala Desa Pasir Panjang, Muchtar, menjelaskan perihal pembangunan di desa ini. Dana desa untuk 2019 diterima sebesar Rp 1,33 miliar, lebih besar ketimbang 2018 sebesar Rp 1,20 miliar. 70% Dana desa tahun 2018 digunakan untuk membangun tanggul penahan ombak di sebelah timur Pulau Rinca.
"Kini tahun 2019, ada usulan agar dana desa digunakan untuk pembangunan rumah sanggar budaya," kata Muchtar yang ingin memajukan sektor pariwisata di desanya ini. Selain itu, dana desa 2019 juga akan dianggarkan untuk memperbaiki jalan desa.
Hanya saja, warga di sini masih butuh perhatian dalam hal penyediaan air bersih. Duduk tak jauh dari Muchtar, Ibrahim Hamso meminta pemerintah memprioritaskan pembangunan fasilitas air bersih. Selama ini warga membeli air bersih dari Labuan Bajo seharga Rp 25 ribu per jeriken.
"Di sini tidak ada sumber air dekat. Yang ada yakni sumur berjarak 30 km dari kampung ini, sumur itu kering bila terlalu banyak orang yang mengambilnya, perlu ditunggu dua hingga tiga jam hingga airnya muncul lagi. Warga antre seharian, waktu habis hanya untuk air," kata Ibrahim.
Soal listrik, rumah-rumah warga di sini mendapat aliran 13 jam sehari dari PLN, namun belum semua rumah dialiri listri. Dari 320 rumah, hanya 168 rumah saja yang dialiri listrik.
Baca berita lainnya mengenai Teras BRI Kapal Bahtera Seva di *Ekspedisi Bahtera Seva*.
https://www.detik.com/bahteraseva (dnu/hns)