Sebelumnya, pemerintah sudah meluncurkan program biodiesel 20%. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana mengatakan, penerapan B30 bisa mengurangi impor solar sebesar 8 hingga 9 juta kiloliter (Kl).
Dengan volume sebesar itu, maka impor yang bisa dihemat sampai Rp 70 triliun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Jonan Mulai Uji Coba B30 |
Ketua Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) MP Tumanggor menerangkan, kapasitas terpasang industri yang mengolah fatty acid methyl ester (FAME) sebesar 12 juta KL. FAME sendiri merupakan unsur dari sawit yang digunakan sebagai bahan campuran B30.
Sementara, konsumsinya untuk ekspor 1,5 juta KL dan dalam negeri 6 juta KL.
"Sekarang industri terpasang yang memproses FAME lebih kurang 12 juta KL, dari 19 pabrik. Sekarang ekspor 1,5 juta, dalam negeri 6 juta, masih bisa kira-kira 5 juta KL lagi," ujarnya.
Dengan B30, maka diperkirakan ada penambahan konsumsi 3 juta KL. Walaupun ada penambahan, Tumanggor mengatakan, industri masih bisa memenuhi FAME.
"Kalau 2020 tambah lagi 3 juta, baru 9 juta KL. Tambah ekspor 1,5 juta baru 10,5 juta. Masih ada idle 1-1,5 juta. Tapi, dengan kebijakan seperti ini banyak pengusaha sekarang yang sedang mau membangun pabrik biodiesel," tuturnya.
Baca juga: Ancaman Jonan ke Pemasok Campuran B30 |
Simak Juga "95% SPBU Pertamina Sudah Salurkan B20":