Curhat Anak Orang Terkaya RI Garap Bisnis Rumah Sakit

Curhat Anak Orang Terkaya RI Garap Bisnis Rumah Sakit

Vadhia Lidyana - detikFinance
Minggu, 11 Agu 2019 09:05 WIB
Curhat Anak Orang Terkaya RI Garap Bisnis Rumah Sakit
Foto: Vadhia Lidyana
Jakarta - Jonathan Tahir adalah anak Dato Sri Tahir yang merupakan salah satu orang terkaya di Indonesia dengan nilai kekayaan US$ 4,5 miliar atau setara dengan Rp 63,8 triliun (kurs Rp 14.200). Jonathan adalah anak laki-laki satu-satunya.

Ternyata, menjadi anak orang terkaya tak selalu manis. Jonathan pun memiliki banyak tantangan ketika membawa nama sang ayah, yang merupakan pendiri Mayapada Group dan Tahir Foundation.

Kemudian, di usianya yang masih belia ini juga ia sudah menjabat sebagai Komisaris Utama Mayapada Healthcare yang memiliki dua cabang usaha Mayapada Hospital dan Mayapada Clinic.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kepada detikFinance, Jonathan membeberkan suka-duka jadi anak orang terkaya RI dan sepak terjangnya dalam memimpin bisnis RS.

Simak berita lengkapnya di sini.
Jonathan mengungkapkan sebagai anak laki-laki satu-satunya ia harus memikul beban yang cukup berat di usianya yang masih belia.

"Dengan responsibility yang besar dan saya masih muda pun ya seram juga. Itu saya tidak bohong, masuk pertama tanggung jawab saya sudah besar, karena biasanya kan orang masuk pertama itu mulai dari sedikit-sedikit dulu kan. Saya langsung saja ini diberikan tanggung jawab besar untuk menangani suatu hal dengan keputusan saya," terang Jonathan ketika ditemui detikFinance di Mayapada Tower, Jakarta, Kamis (8/8/2019).

Ia pun pernah merasa gugup ketika diberi tanggung jawab besar oleh ayahnya. Di kala berusia 22 tahun, Jonathan sudah memikul beban yang cukup berat di pundaknya.

"Pasti bebannya besar. Karena satu adalah Pak Tahir, beliau mempercayakan banyak hal kepada saya. Jadi hal pertama itu tanggung jawab yang lumayan besar. Waktu itu pun saya baru berusia 22 tahun. Saya sangat nervous, stress karena tanggung jawabnya besar sekali," ungkap Jonathan.

Mayapada Hospital yang merupakan cabang usaha dari Mayapada Group kini telah berdiri selama 11 tahun. Rumah sakit (RS) ini dibangun oleh Dato Sri Tahir dan anaknya, Jonathan Tahir pada tahun 2008.

Jonathan mengungkapkan, Mayapada Hospital awalnya dibangun dengan ketidaksengajaan. Kala itu, sang ayah yang sering berkunjung ke National University Hospital (NUH) untuk kegiatan amal mendapatkan ide untuk membangun RS di Indonesia yang memiliki standar layaknya NUH dari kenalannya di sana.

Lalu, sebagai RS yang dibangun oleh kedua pendiri yang tak memiliki latar belakang pendidikan medis, Mayapada Hospital awalnya cukup sulit bersaing dengan RS-RS lainnya.

Jonathan menuturkan, tahun-tahun belakangan ini dirinya melihat perkembangan RS sangat baik dari pelajaran-pelajaran yang ditelannya ketika awal mula adanya Mayapada Hospital.

"Jadi in the beginning it was quiet hard, tapi saya sekarang melihat sudah lebih familiar masyarakat dengan RS Mayapada. Jadi the last few years ini sangat banyak membantu kita dalam pertumbuhan juga, dan itu sudah terefleksi dalam pertumbuhan kami," ujar pria kelahiran 1987 tersebut.

Bisnis rumah sakit memiliki cara tersendiri dalam melakukan promosi. Jonathan mengatakan, mempromosikan RS-nya tak bisa semena-mena melalui iklan besar-besaran.

"Bedanya, bisnis RS ini tidak bisa iklan. Kami tidak bisa iklan di suatu media misalnya dan menuliskan operasi jantung diskon 50%, itu malah tidak ada yang mau datang. Jadi kita harus melakukan pendekatan secara halus, karena ini masalah kepercayaan. Tidak bisa kita bicara frontal, setiap hari pasang advertisement di media itu tidak bisa. Jadi gayanya sangat beda," beber Jonathan.

Hal utama yang dapat dilakukan untuk mempromosikan Mayapada Hospital ini dengan menciptakan kepercayaan di pasien-pasiennya. Jonathan menuturkan, cara terbaik menarik orang ke RS-nya adalah melalui referensi dari orang lain juga yang sudah pernah menerima pelayanan terbaik dari Mayapada Hospital.

"RS itu tergantung kepada kepercayaan. Dan kepercayaan itu bukan hal yang bisa gain over night. Untuk orang mempercayai sesuatu itu butuh waktu dan butuh juga pengalaman, atau juga butuh reference poin. Perlu referensi dari kenalan mengenai Mayapada. Dengan adanya referensi dari orang yang dikenal, maka orang tersebut akan percaya untuk berobat di Mayapada," kata Jonathan.

Saat ini, Mayapada Hospital sudah memiliki tiga cabang, yaitu di Tangerang, Lebak Bulus, dan Bogor. Rencananya, dalam dua tahun ke depan Mayapada akan membuka empat cabang baru yaitu dua di Surabaya, satu di Bandung, dan terakhir di Kuningan-Jakarta Selatan.

Insiden listrik padam massal di setengah Pulau Jawa pekan lalu berimbas pada ketiga cabang Mayapada Hospital.

Ketiga cabang tersebut berlokasi di Tangerang, Lebak Bulus, dan Bogor, yakni lokasi yang sempat tak mendapatkan pasokan listrik rata-rata hingga 8 jam. Padahal, RS sendiri tak boleh berhenti melayani pasiennya. Apalagi jika ada yang tengah menjalani operasi dan tentunya membutuhkan aliran listrik.

Namun, Jonathan Tahir mengatakan, ketiga RS-nya mampu bertahan ketika di tengah insiden pasokan listrik dari PLN tersebut sempat terhenti.

"Jadi kemarin itu, saya benar-benar langsung menanyakan kondisi RS kepada tim di RS. Bagaimana cara mereka mengatasinya. Dan saya mendapat laporan Mayapada Hospital dalam insiden ini 100% tercover," tutur bapak dari tiga anak tersebut.

Jonathan mengungkapkan, dengan pasokan listrik cadangan dari genset yang memadai, Mayapada Hospital tetap memberikan pelayanannya seperti biasa kepada para pasien.

"Untuk listrik mati kita sudah persiapan, karena sangat berbahaya listrik mati ini. Terutama bila ada pasien yang sedang operasi ini berpotensi kehilangan nyawanya apabila tak ada listrik. Jadi kondisi listrik mati ini risikonya lebih besar terhadap RS. Tapi untungnya kita sudah backup oleh genset yang sangat memadai untuk meng-cover 100% RS. Jadi kalau masyarakat ke RS kami kala itu terasa tak ada perbedaan karena semuanya itu operasional seperti biasa," terang Jonathan.

Jonathan memastikan, ketika listrik padam kemarin, tak ada kejadian pemindahan pasien, dan tak ada pasien Mayapada Hospital yang sedang menjalani operasi. Menurutnya, hal tersebut merupakan keberuntungan besar bagi Mayapada Hospital.

"Tidak ada kejadian seperti pemindahan pasien, dan sebagainya, di ketiga RS kami itu tidak ada. Setahu saya tidak ada. Ada yang mau dioperasi, makanya kita ini beruntung. Ini kan masalah timing semua, jadi memang kebetulan tidak ada yang sedang dioperasi. Memang ada yang baru akan dioperasi, tapi kita pastikan switch genset baru sudah lebih efektif. Jadi setelah genset beroperasi, RS beroperasi seperti biasa, pasien tersebut kembali dioperasi," jelas bos Mayapada Hospital tersebut.

Hide Ads