Lalu apa alasan mereka hingga kini masih memberikan cashback tak kunjung henti?
Director of Enterprise Payment OVO Harianto Gunawan menjelaskan, fintech pembayaran sama seperti startup pada umumnya. Mereka saat ini masih dalam tahap untuk menunjukkan keberadaannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya untuk membangun rasa percaya di masyarakat, membutuhkan kerja keras dengan waktu yang tidak singkat. Dia mencontohkan perbankan yang sudah hadir jauh lebih lama, juga melakukan upaya panjang untuk membangun rasa percaya masyarakat.
"Jadi butuh investasi dalam membangun rasa percaya konsumen," tambahnya.
Sementara yang jelas misi utama pemain e-Wallet adalah mengalahkan penggunaan uang tunai. Sementara di Indonesia, uang tunai masih diandalkan dalam setiap transaksi.
Untuk mengubah kebiasaan itu menurut Harianto dibutuhkan insentif yang diberikan kepada pengguna. Tujuannya agar masyarakat minimal mau mencoba bertransaksi non tunai.
Sementara CEO GoPay Aldi Haryopratomo menegaskan, jika memang disebut sebagai bakar-bakar uang, setidaknya apa yang dilakukan mereka tidak membakar pihak lain.
Aldi sepakat dengan pesaingnya itu, namun dia menegaskan bahwa GoPay cenderung melihat dari sisi mitra UMKM. Dengan melakukan promo, setidaknya GoPay bisa ikut membantu ekonomi paling bawah untuk berkembang.
"Kami tanya ke UMKM, coba dong pakai ini, mereka tanya kenapa harus, kan ada tunai. Kami bilang kami akan bantu promosikan Anda, dan yang terjadi omzet mereka naik dua kali lipat. Bakar duitnya jadi tidak penting. Ya memang sebagai konsumen mereka selalu ingin cashback. Tapi yang terpenting melihat dampaknya ke UMKM," tuturnya.
Baca juga: Untung-Rugi Dompet Digital (1) |
(das/fdl)