Dua PLTU ini masing-masing memiliki daya sebesar 1.000 megawatt (mw). Menurut Direktur Operasi PT Indoraya Tenaga Yudianto permono proyek ini akan memakan biaya US$ 3,5 miliar, pembiayaannya akan bekerja sama dengan Korea Selatan.
"Investasi total ini dua pembangkit besarnya US$ 3,5 miliar. Hampir 50% itu dari pihak Korea, Korea Export-Import Bank (KEXIM), dan Korea Trade Insurance Corporation (K-Sure)," kata Yudianto di Kantor PLTU Suralaya, Merak, Selasa (24/9/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Benarkah PLTU Jadi Dalang Polusi Jakarta? |
"Ada juga pihak Barito Pasifik yang bakal biayai," tambahnya.
Dua PLTU ini akan memulai konstruksinya di tahun depan tepatnya bulan Januari. Targetnya, di tahun 2023 PLTU IX akan beroperasi, setahun setelahnya PLTU X yang akan mulai operasi.
"Milestone kita ikutin RUPTL, targetnya 2023 unit IX udah operasi dan untuk unit X di tahun 2024. Konstruksi bakal mulai tahun depan, Januari bisa lah dimulai, awal tahun," kata Yudianto.
Yudianto menjelaskan dua PLTU ini akan memakan batu bara 7 juta per tahunnya untuk beroperasi. Menurutnya, batu bara yang digu akan pun kalorinya menengah.
"Ini 2.000 megawatt dua unit, konsumsi batu baranya tujuh juta ton per tahun untuk dua unit. Kalori batu baranya menengah 4.400," sebut Yudianto.
Sebelumnya di Suralaya sendiri sudah ada delapan PLTU. PLTU I-VII masing-masingnya memiliki daya sebesar 600 mw, dan PLTU VIII dayanya sebesar 650 mw.
(dna/dna)