Lewat Buah Kelapa, Mantan Nelayan Berdayakan Masyarakat Desa

Lewat Buah Kelapa, Mantan Nelayan Berdayakan Masyarakat Desa

Uji Sukma Medianti - detikFinance
Selasa, 24 Sep 2019 17:17 WIB
Foto: Rifkianto Nugroho
Simeulue - Keterbatasan memang kerap kali membuat orang berpikir lebih kreatif. Namun, lain ceritanya dengan warga Pulau Simeulue, Provinsi Aceh, Rasudin.

Lewat program Tapal Batas, detikcom berkesempatan menemui langsung pemilik usaha rumahan pengolahan kelapa di Desa Busung, Simeulue.

Saat ini lelaki berusia 55 tahun itu memang sedang mengembangkan bisnisnya. Menurut pengakuan Rasudin, bisnis yang dimulainya sejak 10 tahun silam ini memang belum menghasilkan keuntungan yang besar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya bangga bisa membuka lapangan pekerjaan di sini, walaupun hidup saya (masih) pas-pasan," kata Rasudin.




Sebagai warga pulau, Rasudin justru bertolak dari zona nyamannya sebagai pelaut. Ketika menjadi pelaut dulu, uang yang ia dapatkan tidak lah sedikit. Sebab hasil tangkapan laut seperti teripang hingga lobster bernilai jutaan rupiah.

Namun, ada hal yang mengganjal pikirannya. Kalau terus-terusan jadi pelaut uang akan habis begitu saja, tak ada nilai tambah dan juga memberikan kemajuan bagi desa tempat tinggalnya.

"Sebagai kepala keluarga berpikirnya adalah bagaimana bisa menciptakan lapangan pekerjaan untuk orang sekitar. Ada apotek hidup atau sayur-sayur," terangnya.

Akhirnya pada usia menjelang kepala lima zona nyaman hidupnya mulai terusik. Ia mulai mengumpulkan pundi-pundi uang dari hasil melaut untuk dibelikan lahan murah. Namun, uang tabungannya ternyata tidak cukup. Ia membutuhkan dana tambahan dari perbankan.

"Dulu waktu melaut harga teripang saja bisa jutaan per kilogram. Tapi seperti pegang garam saja, uangnya habis. Sehingga cara berpikir kita jadi berbeda. Ini saya mulai 2011. Waktu masih melaut saya pinjam uang di bank daerah lalu saya kembangkan terus," ungkapnya.

Rasudin yang mengaku hanya lulusan Sekolah Dasar (SD) saja ini bilang kalau ia memang tak punya kemampuan manajemen yang baik. Namun, karena memiliki rencana yang cukup matang akan perkembangan bisnisnya ia lalu dilirik oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI) untuk menjadi nasabah Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Nilai pinjamannya lebih besar dari saat meminjam dari bank daerah. Meski tak menyebut angka pasti. Namun dari usaha pengolahan kelapa ini, Rasudin bisa mendapatkan untung hingga puluhan juta.

Ia juga telah mempekerjakan ibu rumah tangga di sekitar rumahnya hingga 30 orang. Upahnya memang tidak banyak, namun ibu-ibu sekitar rumahnya bisa memiliki tambahan pemasukkan untuk membantu suami mereka.

"Di sini saya mengupas kelapa upahnya Rp 20 ribu per hari. Tapi gak apa walaupun sedikit bisa bantu suami kan buat jajan anak sekolah juga," kata salah seorang ibu pengupas kelapa.



Rasudin pun berpesan ada baiknya jika masyarakat di Pulau kecil seperti Simeulue ini mampu menciptakan nilai tambah minimal untuk desanya sendiri.

"Dulu saya melaut, hidupnya senang (berkecukupan) 30 tahun lebih. Tapi itu kan ga bisa selamanya. Lalu saya ga pernah terpikir buat beli tanah dan dijadikan lahan produktif," terangnya.

"Nah kalau sekarang ada pemasukkan lebih saya pilih untuk cari lahan yang dijual murah. Mau dijadikan apa ya nanti saja tapi ada investasi dulu," pungkasnya.

detikcom bersama Bank BRI mengadakan program Tapal Batas yang mengulas mengenai perkembangan infrastruktur, ekonomi, hingga wisata di beberapa wilayah terdepan. Untuk mengetahui informasi dari program ini ikuti terus berita tentang Tapal Batas di tapalbatas.detik.com!


(ujm/ujm)

Hide Ads