Pemanfaatan 20.000 ton beras Bulog, antara lain dijual dengan harga murah jika dinyatakan masih layak konsumsi. Lalu, dialihfungsikan menjadi tepung atau pakan ternak. Terakhir jika memang tak layak konsumsi maka beras tersebut dapat diolah jadi ethanol.
Direktur Utama Bulog, Budi Waseso (Buwas) mengatakan pihaknya akan menunggu kepastian dari Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati terkait dengan selisih harga beras yang dijual oleh Bulog.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Harga jual beras Bulog akan semakin murah jika hasil rekomendasi dari BPOM dan Kementerian Pertanian menunjukkan hanya boleh untuk ethanol. Sehingga, biaya selisih yang ditanggung Sri Mulyani menjadi lebih besar.
"Yang jadi masalah kan itu, kan nanti ada yang dijadikan ethanol, itu nanti nilainya lebih jauh lagi, kalau tidak salah hanya dapat penawaran Rp1.800 per kilogram. Jadi tidak banyak, tapi selisih harga itu (dari Rp8 ribu) itu nanti Menteri Keuangan," jelas dia.
Hingga saat ini, Bulog masih menunggu hasil pengecekan dari laboratorium, BPOM, dan juga rekomendasi Kementerian Pertanian (Kementan). Hasil tersebut nantinya akan menentukan 20.000 ton beras Bulog akan dijual berdasarkan alternatif yang mana.
Setelah itu, Buwas mengaku akan menyampaikan laporan penjualan kepada Menteri Keuangan untuk menentukan selisih yang harus dibayarkan pemerintah kepada Bulog.
"Ya nanti, kami laporkan dulu secara detail, akan dihitung oleh Ibu Menteri Keuangan berapa nilainya dan yang akan dialokasikan," ujarnya.
(hek/ang)