RI Kebanjiran Impor Produk China, dari Laptop hingga Jeruk

RI Kebanjiran Impor Produk China, dari Laptop hingga Jeruk

Danang Sugianto - detikFinance
Selasa, 17 Des 2019 06:29 WIB
RI Kebanjiran Impor Produk China, dari Laptop hingga Jeruk. Foto: Agung Pambudhy
Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor Indonesia di November 2019 mencapai US$ 15,34 miliar. Angka itu turun 9,24% dibanding November 2018. Sementara dibandingkan dengan Oktober 2019, impor bulan ini naik tipis 3,94%.

Angka impor US$ 15,34 miliar itu terdiri dari impor migas sebesar US$ 2,13 miliar dan non migas sebesar US$ 13,2 miliar.

Impor migas di November 2019 tercatat naik 21,6% dari posisi Oktober 2019 sebesar US$ 1,75 miliar. Meskipun dibandingkan dengan posisi November 2018, angka itu turun 25,55% dari US$ 2,86 miliar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara untuk impor non migas di November 2019 itu tercatat naik 1,55% dari Oktober 2019 sebesar US$ 13,0 miliar. Meskipun jika dibandingkan November 2018 turun 5,91% dari US$ 14,03 miliar.

Dari total impor non migas itu masih paling besar berasal dari China. Pada November 2019 nilai impor China mencapai US$ 4,2 miliar. Sementara negara kedua yang menjadi sumber barang impor RI adalah Jepang sebesar US$ 1,23 miliar.

Barang apa saja yang diimpor dari China?

Impor produk dari China masih didominasi oleh produk-produk mesin dan peralatan mekanis mencapai US$ 1 miliar dan yang kedua adalah besi dan baja yang nilainya mencapai US$ 908 juta.

Namun jika diperhatikan peningkatannya di November 2019 paling besar terjadi di sektor buah-buah yang naik 48,8% jika dibandingkan Oktober 2019. Bahkan jika dibandingkan dengan November 2018 nilainya naik 109,47%.

"Beberapa barang jenis konsumsi yang naik di November antara lain buah-buahan seperti apel dan jeruk mandarin dari China. Itu yang menyebabkan barang konsumsi mengalami kenaikan," kata Kepala BPS Suhariyanto.

Menurut data BPS angka impor apel di November 2019 mencapai US$ 56,16 juta. Angka itu naik 120,98% jika dibandingkan impor apel di Oktober US$ 25,41 juta.

Untuk produk jeruk mandarin impor di November mencapai US$ 12,8 juta. Angka itu naik 190% jika dibandingkan posisi Oktober 2019 sebesar US$ 4,4 juta.

Benarkah laptop dari China merajalela di RI?

Impor barang modal terbilang cukup tinggi yakni mencapai US$ 2,5 miliar. Angka itu naik 2,58% dari bulan sebulan dan turun 3,55% dari November 2018. Dari impor barang modal itu salah salah satu yang paling besar adalah laptop termasuk notebook yang berasal dari China.

"Notebook dari China dan beberapa transporter dan radio equipment dari AS. Itu contoh beberapa barang modal," kata Suhariyanto.

Impor dari China yang meningkat cukup tinggi di November 2019 memang berasal dari mesin dan perlengkapan mekanis yang naik 13,7% dari US$ 885,88 juta menjadi US$ 1 miliar. Dari kelompok itu yang porsi impor yang paling tinggi adalah produk laptop termasuk notebook.

Tercatat impor laptop di November 2019 mencapai US$ 123,14 juta. Angka itu naik 53% dibandingkan posisi bulan sebelumnya US$ 80,46 juta.

Lihat 10 jenis barang impor paling besar di halaman berikutnya.

Sedangkan jika dilihat dari Januari-November 2019 nilai impor mencapai US$ 156,22 miliar. Angka itu turun 9,88% dibandingkan periode yang sama di 2018 sebesar US$ 173,34 miliar.

Impor Januari-November 2019 itu terdiri dari impor migas yang turun 29,6% menjadi US$ 19,75 miliar dan impor non migas yang turun 6,21% menjadi US$ 136,46 miliar.

Jika dilihat dari dari nilainya ada 10 golongan barang impor non migas paling besar di RI. Berikut daftar 10 golongan barang impor paling besar di sepanjang Januari-November 2019:

1. Mesin dan peralatan mekanis US$ 24,5 miliar
2. Mesin dan perlengkapan elektrik US$ 18 miliar
3. Besi dan baja US$ 9,59 miliar
4. Kendaraan dan bagiannya US$ 6,72 miliar
5. Serealia US$ 3,01 miliar
6. Amplas/sisa industri makanan US$ 2,4 miliar
7. Logam mulia, perhiasan/permata US$ 1,84 miliar
8. Gula dan kembang gula US$ 1,5 miliar
9. Bahan bakar mineral US$ 1,44 miliar
10. Buah-buahan US$ 1,25 miliar


Hide Ads