"Terjadi agresive window dressing untuk menunjukkan trading profitability. Apa maksudnya, ini penyakit trader nggak mau keliatan rugi," katanya di Kawasan Jakarta Selatan, Jumat (27/12/2019).
Hexana pun memaparkan cara kerja window dressing tersebut. Terangnya, Jiwasraya membeli saham tapi kemudian saham itu harganya jatuh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk menyiasati ini, kemudian saham tersebut dijual lewat pasar negosiasi di reksa dana. Sehingga yang terjadi Jiwasraya punya saham dan aset dasar (underlying) reksa dana pada saham yang sama.
"Di window dressing gini misalnya punya saham tertentu, kemudian jatuh karena disaham itu ada pasar negosiasi, misal beli disini jatuh, dijual pasar negosiasi, tapi dibeli reksadana, dan reksadana kita beli balik. Jadi underlying saham dan saham kita sama," paparnya.
"Sehingga tradingnya nggak keliatan rugi dong tapi sembunyi di reksa dana. Itu yang namanya window dressing," tambahnya.
Selain itu, gagal bayar terjadi karena masyarakat mulai sadar keuntungan yang ditawarkan sulit dipenuhi dari investasi yang dilakukan.
"Jadi pencairan Saving Plan semester II 2017 itu sudah tinggi sekali dan puncaknya 2018 sudah negatif antara yang masuk dan mencairkan. Akhirnya 15 Oktober kita menyatakan tidak sanggup lagi membayar jatuh tempo Saving Plan," ungkapnya.
(dna/dna)