Mendag Klaim Inflasi Pangan RI 5 Tahun Terakhir Stabil

Mendag Klaim Inflasi Pangan RI 5 Tahun Terakhir Stabil

Vadhia Lidyana - detikFinance
Rabu, 04 Mar 2020 14:26 WIB
Mendag Agus Suparmanto
Foto: Vadhia Lidyana
Jakarta -

Menteri Perdagangan Agus Suparmanto menyatakan, dalam 5 tahun terakhir stabilitas harga bahan pokok dan inflasi pangan terjaga atau stabil.

"Kita telah berhasil menjaga stabilitas harga bahan pokok dan inflasi pangan selama 5 tahun terakhir," ucap Agus dalam Rapat Kerja Kementerian Perdagangan di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (4/3/2020).

Menurut Agus, meski pada tahun 2019 neraca perdagangan Indonesia masih defisit US$ 3 miliar, angka tersebut menunjukkan peningkatan dibanding tahun 2018.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Walaupun nilai tersebut menunjukkan perbaikan defisit mencapai US$ 8,7 miliar dibandingkan tahun sebelumnya," ungkap Agus.

Dalam menghadapi bulan Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri sendiri, secara khusus Kemendag akan mengawasi pergerakan harga, terutama bahan pokok yang permintaannya tinggi di peringatan besar tersebut.

ADVERTISEMENT

"Kemudian, menjaga inflasi, terus menjaga stabilitas harga dan ketersediaan pasokan bapok dan barang penting terutama menjelang puasa dan Hari Keagamaan Besar Nasional (HKBN)," ucap Agus.

Pihaknya juga akan memperkuat regulasi yang menetapkan harga acuan barang, jarga eceran tertinggi (HET) demi mengontrol stabilitas harga.

"Kemudian penguatan regulasi Kemendag antara lain dengan mengatur Harga acuan, HET, distribusi bapok, dan pemantauan dan pengawasan," tutur dia.

Ekspor non migas dalam RPJMN 2020-2024 ditargetkan tumbuh 5,2-9,8%. Agus mengatakan, target tersebut ditetapkan melihat kinerja ekspor non migas pada tahun 2019 surplus US$ 6,15 miliar.

"Kinerja ekspor non migas tahun 2019 tercatat surplus sebesar US$ 6,15 miliar yang berasal dari ekspor non migas sebesar US$ 154,99 miliar," kata Agus.

Meski begitu, Agus mengakui dalam menjaga neraca perdagangan ini masih ada hambatan. Pada tahun 2019 juga, Kemendag mencatat impor sebesar US$ 148,8 miliar. Sehingga, neraca perdagangan Indonesia sebesar US$ 3 miliar pada tahun 2019.

"Faktor-faktor yang mendorong terjadinya defisit tersebut antara lain dipicu oleh impor Indonesia yang tumbuh lebih cepat dibandingkan tahun sebelumnya. Perlambatan ekonomi global karena meningkatnya hambatan perdagangan di dunia serta beberapa negara," imbuh Agus.

Dalam perencanaan strategis Kemendag 5 tahun ke depan, pihaknya akan mengendalikan impor dengan mengutamakan bahan baku industri.

"Kemudian mengendalikan impor secara selektif, fokus impor pada bahan baku penolong untuk penguatan industri ekspor dan investasi," pungkasnya.


Hide Ads