Kementerian BUMN mengungkapkan, pembelian kembali (buyback) saham tergantung dari kondisi keuangan masing-masing perusahaan. BUMN yang likuiditasnya 'seret' tidak akan melakukan buyback.
Demikian disampaikan Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo saat berkunjung Rumah Sakit Pertamina Jaya, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Rabu (11/3/2020).
"(Buyback) Rp 8 triliun tergantung likuiditas masing-masing, secara proporsi, besar memang perbankan karena perbankan lebih besar dananya kan, untuk konstruksi mereka yang nggak punya likuiditas seperti Adhi (PT Adhi Karya Tbk) mungkin nggak masuk," katanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kementerian BUMN sebelumnya menyatakan, 12 BUMN akan buyback saham. Dana yang dikucurkan untuk buyback mencapai Rp 8 triliun. Aksi ini sudah direstui.
"Buyback itu ada 12 perusahaan BUMN yang big cap seperti BBRI, BMRI, JSMR, WSKT. Mereka menyediakan dana total Rp 8 triliun. Mulai hari ini dapat persetujuan, mungkin mulai besok muncul keterbukaan informasi untuk diumumkan bahwa mereka dapat persetujuan buyback," ujarnya.
Meski begitu, ia bilang, buyback tidak dilakukan sekaligus. Pihaknya akan memantau kondisi pasar.
"Tapi kita akan taktis tidak gelontorkan sekaligus, kita lihat, karena situasi kan mungkin akan cukup lama. Mereka sediakan dana tapi penggunaan tergantung perubahan fundamentalnya," paparnya.
(acd/ara)