Pasalnya, negara-negara lain pun dinilai akan menahan ekspor kekayan alamnya seperti komoditas pangan untuk dijual ke luar negeri. Karena situasi pandemi memunculkan ketidakpastian, banyak negara yang menahan komoditasnya untuk digunakan di dalam negeri.
"Ketika kita mau lakukan importasi, negara mana yang kemudian bersedia melakukan ekspor bahan pangan ke domestik kita? Karena kebanyakan negara menahan produksinya untuk dikonsumsi di domestiknya sendiri," jelas Dhenny dalam video conference Indef bersama wartawan, Rabu (8/4/2020).
Dhenny menilai banyak negara juga menahan komoditasnya, Vietnam dan Thailand misalnya. Kedua negara ini menjadi penyuplai beras di lingkungan Asia Tenggara, karena Corona mereka menahan beras untuk dijual ke luar negeri.
"Contoh, Vietnam dan Thailand sudah menangguhkan ekspornya ke luar negeri. Padahal Vietnam Thailand adalah eksportir besar soal beras ke negara di Asia Tenggara," jelas Dhenny.
Rusia juga disebut Dhenny menahan komoditasnya. Rusia menahan produksi gandumnya untuk diekspor ke luar negeri.
"Rusia saja hambat produksi gandumnya, banyak negara yang hambat dan batasi ekspor pangsa pasar di luar negeri," kata Dhenny.
Bukan cuma negara-negara lain yang saling tahan komoditas saja, Dhenny menilai birokrasi Indonesia juga cukup lambat untuk melakukan impor. Sehingga bila tahu-tahu ada kebutuhan pangan yang kekurangan pasokan tidak bisa langsung terpenuhi lewat importasi.
"Hambatan lainnya juga kecepatan importasi, ada rantai birokrasi yang panjang yang mesti dipenuhi. Ketika butuh barang cepat supply terhambat, birokrasi terhambat. Ini mengganggu," kata Dhenny.
(dna/dna)