"Nggak pernah menyangka usaha ikan asin dan bandeng cabut duri ini bisa bikin saya sukses. Ide ini datang dari anak saya yang kerja di Restoran Nusa Karamba. 13 tahun yang lalu saya didorong oleh anak coba usaha ikan asin dan bandeng karena dahulu jarang yang jualan seperti ini. Saya yang pertama usaha seperti ini di sini," ujar Mur, sapaan akrab Murtasiah, Senin (18/2/2019) lalu.
Mur memulai usahanya dengan modal Rp 100 ribu pada 13 tahun yang lalu. Modal tersebut ia gunakan untuk membeli aneka ikan untuk dijadikan ikan asin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mur menjual ikan asin dalam 1 bungkus plastik yang dihargai Rp 10 ribu. Satu bungkus diisi dengan 3-4 ikan. Sehari-harinya, Mur bisa menjual 10 bungkus ikan asin yang dibeli warga sekitar.
"Kalau ada wisatawan bisa lebih, sering ada orang Jakarta dan Depok yang ke sini langsung ambil 500 bungkus untuk dijual lagi di darat," katanya.
Selain ikan asin, Mur juga berjualan bandeng cabut duri. Usaha ini ia coba setelah mendapat rekomendasi warga Pulau Pramuka, yang makin membuat usahanya sukses,
![]() |
"Cara olahnya dibuang dulu tulang tengahnya, terus dicabut duri tengah dan halusnya pakai pinset, terakhir di-fillet," jelas Mur.
Mur mengaku tak mudah membuat bandeng cabut duri karena dibutuhkan keahlian untuk mencabut duri yang jumlahnya hampir 200 dalam 1 ikan. Jika tidak rapi, ikan justru bisa hancur.
"Kalau bandeng cabut duri saya jual Rp 45 ribu per kilogram, kalau belinya Rp 25 ribu per kilogram. Bandeng yang dipakai bandeng Dengklok atau Karawang karena air laut, jadi nggak bau lumpur. Ikannya juga gurih dan enak," katanya.
Untuk pemasarannya, Mur telah memiliki langganan sejak 5 tahun lalu dari salah satu restoran di Pasar Minggu, Jakarta. Dalam seminggu, ia bisa mengirim 60 kilogram bandeng cabut duri ke Jakarta. Sehari-harinya, Mur juga menjual bandeng cabut duri untuk katering wisatawan di Kepulauan Seribu.
Kini Mur bisa meraup untung Rp 5 juta per minggunya dengan berjualan ikan asin dan bandeng cabut duri atau Rp 20 juta dalam sebulannya. Namun usaha yang dijalankan Mur tak selalu semulus.
Ia sempat jatuh sakit berbulan-bulan dan kehabisan modal untuk berjualan. Di tengah terpuruknya usaha tersebut, Mur memutuskan untuk mengambil pinjaman ke Bank BRI di Teras BRI Kapal Bahtera Seva I.
"Tahun lalu saya pinjam Rp 50 juta ke kapal Bank BRI untuk dibelikan freezer biar bisa simpan ikan tetap fresh. Lebaran kemarin sempat rusak freezer, kalau di sini harus beli karena nggak ada yang bisa reparasi," katanya.
Ia mengaku dengan kehadiran Teras BRI Kapal Bahtera Seva I, usahanya bisa tetap berjalan dan sukses meraup untung.
"Alhamdulillah bisa dapat pinjaman dari Bank BRI. Setiap Senin kapal Bank BRI ke Pulau Pramuka. Tahun lalu itu saya ingat, Senin ini saya ajukan, Senin depan sudah cair. Saya kira susah dan lama cairnya, ternyata seminggu kemudian ditelepon sudah cair. Ya alhamdulillah nggak perlu menunggu lama buat dapat pinjaman, usaha alhamdulillah jadi lancar," pungkasnya.
Baca berita lainnya mengenai Teras BRI Kapal Bahtera Seva di Ekspedisi Bahtera Seva. (idr/ara)