Sulap Salak Jadi Brownies hingga Kopi, Wanita Ini Raup Puluhan Juta

Sulap Salak Jadi Brownies hingga Kopi, Wanita Ini Raup Puluhan Juta

Anisa Indraini - detikFinance
Senin, 30 Nov 2020 11:56 WIB
Sulap Salak Jadi Brownies hingga Kopi, Wanita Ini Raup Omzet Puluhan Juta
Foto: Dok. Salaku
Jakarta -

Siapa bilang makan buah salak membosankan? Di tangan Shelly (45), Salak bisa dijadikan berbagai varian kuliner yang lezat. Ide bisnis muncul pada 2016 saat dirinya bersama suami tidak memungkinkan lagi untuk bekerja, sedangkan mereka harus tetap menghidupi tiga anaknya.

Shelly memilih salak sebagai bahan baku utama karena buah tropis itu lah yang saat itu sering ada di rumah. Awalnya dia hanya mengolah salak menjadi brownies salak (brownlak), namun seiring waktu menu yang dijual semakin bertambah seperti kukis salak (kuklak), sambal ebi salak (sambilak), ayam geprek sambilak, kerupuk salak (kruplak), kopi biji salak (kojilak), teh kulit salak (tehkulak), sari buah salak (sarlak), dan asinan salak (sinlak).

"Saya sukanya ngolah-ngolah makanan, terus yang ada di rumah waktu itu bapak seringnya beli salak untuk makanan, jadi mulainya dari yang mudah di dapur terus mulai ngolah-ngolah salak. Awalnya dulu dari brownies, terus saya posting-posting saja di sosial media ternyata responsnya nggak disangka. Setelah itu saya berpikir kayaknya oke nih kalau diseriusin," kata Shelly kepada detikcom, Senin (30/11/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Awalnya dia menjalankan bisnis salak ini hanya dari rumah, sampai akhirnya semakin berkembang dengan memiliki dapur sendiri beserta 3 pegawai, dilengkapi berbagai macam alat yang mendukung, serta outlet di Bekasi. Bisnisnya semakin berkembang hingga omzet yang diraihnya bisa Rp 20 juta per bulan.

Shelly mengaku tantangannya dalam berbisnis ini adalah memperkenalkan produknya kepada masyarakat agar mau mencoba. Sebab, produknya ini terbilang unik dan masih sangat asing di masyarakat.

ADVERTISEMENT

"Bisnis saya kan masih cukup awam ya salak dibuat seperti ini, jadi masyarakat mau coba mungkin takut nggak enak. Tapi untungnya saya bekas anak kantoran karena sudah umur 40 ya sudah nggak mungkin kerja kantoran, ya udah ngolah-ngolah saja, background saya juga bekas PR, jadi walaupun usaha belum besar saya rajin branding," imbuhnya.

Sulap Salak Jadi Brownies hingga Kopi, Wanita Ini Raup Omzet Puluhan JutaFoto: Dok. Salaku

Shelly menjelaskan sedikit gambaran bagaimana cara mengolah salak jadi sebuah produk yang lezat. Jika membuat brownies, dia memisahkan salak dari biji untuk buahnya dijadikan brownies. Pembuatannya sebenarnya seperti brownies pada umumnya, hanya saja ada salak yang ditambahkan untuk bahan baku dan topping.

"(Kalau) kopi dan teh cara pembuatannya sama kita punya mesin. Mesin dehydrator, mesin pengering. Setelah biji dan kulit lepas dari dagingnya kita cuci bersih, kita masukkan modelnya kayak oven cuma dia ada blowernya jadi dia kering mengambil cairan di dalam kulit dan biji. Nanti pas dia sudah kering nggak ada cairan, kalau kulit langsung kita haluskan, kita ayak terus jadi bubuk, kita packing dalam kemasan olive oil," kata Shelly saat menjelaskan pembuatan teh Salak.

Namun dikarenakan terdampak pandemi, omzetnya turun 50%. Reseller dari beberapa tempat oleh-oleh di Indonesia banyak yang berhenti karena tutup, termasuk reseller dari Singapura. Penjualannya saat ini hanya mengandalkan marketplace yang menjangkau hampir seluruh Indonesia.

"Dulu kita satu bulan bisa sampai Rp 20 juta, sekarang untuk mencapai Rp 10 juta saja sudah bagus. Tapi sekarang sudah membaik sih, kalau kemarin benar-benar zonk banget, sekarang sudah mulai karena orang sudah mulai ada kegiatan. Saya sudah mulai dapat pesanan-pesanan 50-100 box yang ready to eat. Terus juga saya baru dapat pasar di Cimory, saya bisa masukin cookies saya di Cimory," jelasnya.

Kira-kira modalnya berapa ya? Klik halaman selanjutnya.

Modal usaha yang dirogoh Shelly untuk memulai bisnis ini hanya Rp 50 ribu. Uang tersebut digunakan untuk membeli bahan baku salak dan pelengkap lainnya.

"Modal awal dari 2016 si nggak banyak cuma Rp 50 ribu, tapi kalau sekarang mungkin sudah Rp 50-100 juta (yang dikeluarkan). Dulu modal segitu karena saya mau usaha nggak ada pemasukan, jadi saya mulainya dari yang ada. Saya istilahnya cuma beli salaknya saja waktu itu masih Rp 5.000-an sekilo, terus beli cokelatnya, sama kemasan," ujarnya.

Sulap Salak Jadi Brownies hingga Kopi, Wanita Ini Raup Omzet Puluhan JutaFoto: Dok. Salaku

Untuk memastikan jika produk dari salaknya berkualitas baik, Shelly mengaku selalu memilih bahan baku yang baik dan segar. Biasanya satu kali belanja 30 kilogram (kg) salak, akan langsung diolah agar tidak membusuk. Tidak ada limbah yang tersisa dan terbuang, karena semua bagian Salak diolah termasuk biji yang digunakan untuk membuat kopi dan bagian kulitnya digunakan untuk membuat teh.

"Kalau brownies semua yang dipakai dagingnya. Kerupuk, sambal juga yang dipakai daging. Kecuali teh ini dari kulit kita proses keringkan pakai mesin, terus kita grinder jadi teh, itu alami tanpa perasa, tanpa pewarna. Kalau kopi itu dari biji," jelasnya.

Untuk membuat produknya, yang paling lama proses pembuatan adalah teh dan kopi dibutuhkan waktu satu minggu. Hal itu dikarenakan proses oven yang butuh waktu berhari-hari agar kering, hingga mengeluarkan aroma alami kopi dan teh dari salak.

Harga produk yang dijual pun beragam mulai dari Rp 15 ribu untuk kruplak, sinlak dan sarlak,hingga Rp 75 ribu untuk frozen food ayam penyet dengan sambilak.

Bagi yang berminat ingin coba makanan serba dari salak ini bisa mengunjungi akun Instagram @salakuolahansalak, aplikasi pesan antar makanan, atau melalui toko online. Shelly menyarankan untuk pengiriman jauh hanya memesan produk yang kering seperti frozen food, kerupuk, teh dan kopi.

"Kalau yang basah-basah kita tidak anjurkan. Kayak asinan nggak mungkin saya kirim jauh-jauh ke pulau Jawa. Tapi kalau Jawa Barat, Jawa Tengah masih oke karena ongkos kirim maksimal 2 harinya masih ter-cover, tapi kalau yang lainnya pasti lebih mahal jadi saya sarankan tidak untuk dipesan," imbuhnya.


Hide Ads