Jakarta -
Seorang pria asal Gresik, Jawa Timur yang bernama Muhammad Ismail Fahmi tengah disibukkan dengan bisnisnya yang laris-manis di tengah pandemi virus Corona (COVID-19). Bisnisnya adalah produksi jamu tradisional yang siap diminum, atau lebih tepatnya minuman tradisional khas Gresik yang diberi merek Temulawak Eson.
Bisnis minuman tradisional khas Gresik itu merupakan terusan dari orang tuanya. Lalu, pada tahun 2006, 1 tahun setelah lulus SMA ia menjalankan bisnis itu sendiri. Berselang 4 tahun, tepatnya di 2010 ia gulung tikar alias menutup bisnisnya itu. Lalu, ia baru memulai bisnisnya lagi 5 tahun kemudian.
"Saya mulai bisnis tahun 2006. Terus gulung tikar lagi 2010 akhir. Dan saya bangkit kembali itu di tahun 2015," ungkap Fahmi kepada detikcom, Kamis (28/1/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan, kala itu ada kesalahan dalam mengelola bisnisnya. Ia mengaku, dirinya meminjam modal terlalu besar dari bank, sementara pendapatannya tak bisa menutupi kredit itu.
"Kalau yang dulu kan kebanyakan melakukan pinjaman ke perbankan, kebanyakan pinjamnya, tapi pemasukannya kurang," urai Fahmi.
Namun, ketika memulai kembali di tahun 2015, ia mulai mengendalikan operasional bisnisnya. Ia fokus pada penjualan offline, salah satunya menitipkan minuman tradisionalnya itu di warung-warung. Ia sendiri optimistis dengan potensi produknya yang masih dibuat dengan resep legendaris keluarganya sejak tahun 1981.
"Idenya dulu dikarenakan di Kabupaten Gresik kan sudah dikenal minuman tradisional temulawak, minuman khas di sini. Dan ini resep warisan juga dari orang tua sejak 1981. Racikannya sampai saat ini tetap menggunakan racikan leluhur orang tua," terang Fahmi.
Klik halaman selanjutnya untuk cerita sukses Fahmi hingga mendapatkan omzet Rp 100 juta/bulan.
Memasuki tahun 2020 sampai bulan April, omzet penjualannya anjlok hingga 80% karena kabar pandemi yang baru merebak di dunia dan Indonesia. Namun, setelah Hari Raya Idul Fitri 1441 Hijriah, dengan maraknya pembahasan khasiat temulawak untuk meningkatkan daya tahan tubuh selama penyebaran COVID-19, produknya pun langsung dilirik masyarakat.
Dari volume produksi, memang sama dengan sebelum pandemi, yakni 1.000 botol per hari. Namun, pandemi ini membuat penjualannya beralih ke online, melalui Facebook dan Instagram, kemudian juga meningkatkan kreativitas timnya karena bisa membuat variasi kemasan produk.
"Kalau sebelum pandemi kita offline, hanya 1 varian produk. Nah selepas pandemi kita bisa punya 7 market yang berbeda-beda, varian kemasan. Kalau pandemi kita hanya menggunakan 1 botol kemasan untuk di warung kopi (warkop) dan warung makan. Nah sekarang ada gelas cup untuk suguhan tamu, ada botol model jaman dulu untuk kafe-kafe besar, lalu kemasan 1,5 liter untuk pedagang kaki lima (PKL), jadi semakin kreatif," imbuh dia.
Peluang Usaha Temulawak Eson Foto: Dok. Muhammad Ismail Fahmi |
Fahmi mengatakan, dengan cara itu ia masih bertahan di tengah pandemi Corona. "Yang penting kita tidak tergerus di pandemi," ujarnya.
Kini omzetnya bertahan di angka Rp 4 juta per hari, atau sekitar Rp 100 juta per bulan. Selain itu juga, ia masih mempertahankan 10 karyawannya di saat banyak pelaku usaha yang terpaksa melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat dampak pandemi.
"Karyawan alhamdulillah 10 orang tetap. Saya memberdayakan masyarakat di wilayah Gresik," katanya.
Saat ini, Fahmi sedang bekerja sama dengan pihak ketiga untuk memasarkan produknya ke e-commerce. Ia mengaku belum bisa memasarkan ke e-commerce secara langsung dikarenakan kurangnya keahlian dan juga sumber daya manusia (SDM).
"Karena kekurangan SDM, jadi saya hanya bisa offline. Dan kalau marketing online kurang bisa, namanya orang dulu. Tapi selama ini saya hanya menjajal Facebook dan Instagram, dari situlah kita pakai sistem kemitraan, jadi reseller. Nah reseller ini yang menjual di e-commerce," pungkasnya.