Pandemi COVID-19 telah memukul banyak kegiatan usaha, termasuk Sabila Craft yang berkecimpung dalam usaha kerajinan kulit kerang di Magelang, Jawa Tengah. Pandemi telah membuat kegiatan usaha ini vakum selama 6 bulan karena tutupnya akses untuk ekspor.
Meski demikian, sang pemilik yakni Syarif Ihsan tak menyerah. Penerus bisnis keluarga ini menjadikan masa vakum itu untuk berbenah.
"Kalau dari pandemi selama beberapa bulan vakum, kesempatan evaluasi dari segala aspek, dari sisi sisi produk kita coba review ulang, setelah pandemi kita harus apa, jadi masa kita untuk berbenah selama pandemi," katanya kepada detikcom seperti ditulis Selasa (23/3/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jatuh bangun merupakan hal yang kerap dijumpai oleh para pelaku bisnis tak terkecuali pada bisnis Sabila Craft. Dia bercerita, bisnis ini dibangun pada tahun 2002 oleh ayahnya. Bisnis ini lahir karena tingginya permintaan kerajinan kerang di Bali.
Kebetulan, ayahnya memang sempat bekerja di Denpasar dan saat itu memiliki hubungan pertemanan dengan para perajin di Bali. Tingginya permintaan akan kerajinan kerang ini membuat ayahnya kemudian terjun sebagai wiraswasta.
"Kalau dari Bali tahun 2000, tapi kalau usahanya bikin tahun 2002 habis itu lokasinya di Bandung. Kita dulu beberapa tahun tinggal di Bandung. Dari 2002 itu nggak langsung memasarkan waktu itu kita trial and error juga 6 bulan karena dari nggak tahu apa-apa, jadi tahu itu perlu proses," terangnya.
Setelah melewati masa percobaan itu, akhirnya usaha tersebut mampu memproduksi kerajinan kulit kerang yang layak. Sasaran awalnya adalah pasar di Bali.
![]() |
Pada tahun 2006 ia dan keluarga memutuskan pindah ke Magelang. Di tahun itu juga, usaha ini mengenal ekspor. Sabila Craft mengenal ekspor karena adanya agen atau perantara yang membantu untuk memasarkan ke luar negeri. Meski, pengetahuan mengenai ekspor kala itu sangat minim.
"Kita berjalan ekspor dari 2007 sampai 2017, 2007-2017 itu kita hampir 90% bisa dibilang melayani pasar ekspor. Tapi secara teknis kita sebenarnya tentang ekspor karena kita tuh hanya sebagai supplier semacam beli dengan rupiah, untuk kemasan proses ekspor itu kita sama sekali nggak tahu," jelasnya.
Kejayaan pasar ekspor ini dirasakan Sabilah Craft dalam 9 hingga 10 tahun. Kala itu, usaha ini bisa mengirim 4.000 sampai 5.000 pcs per bulan.
Namun, usai tahun 2017 tiba-tiba pasar ekspor lenyap. Hal ini pun turut memukul bisnis Sabila Craft. Belakangan diketahui, perusahaan yang biasa membeli produk Sabila Craf bangkrut.
"Ternyata belakangan dapat laporan ternyata buyer atau pembeli kita dari luar itu ternyata perusahaannya bangkrut," ujarnya.
Syarif pun benar-benar melanjutkan bisnis kulit kerang di masa sulit itu. Ia pun berbenah dengan aktif mengikuti berbagai acara seperti pameran yang digelar instansi pemerintah. Dengan begitu, ia mendapat pengetahuan mengenai banyak hal mengenai ekspor.
Berlanjut ke halaman berikutnya.
Sejalan dengan itu, ia juga merapikan berbagai hal di Sabila Craft termasuk masalah pembukuan hingga inovasi produk.
"Pelan-pelan kita binaan Disperindag. Kita kadang diikutkan pameran-pameran nasional, dari situ kita juga kan akhirnya kenal dengan instansi pemerintah dengan Kemendag segala macam, program-program pemerintah itu kan banyak tentang ekspor segala macam, dari situ kita ikuti," katanya.
"Terus 2017 sampai ke sini alhamdulillah berbenah awal banget sampai rapi lagi. Dulu kan kita nggak punya juga pencatatan keuangan kita mulai buat, sisi produksi harus tercatat, inventaris segala macam dirapikan lagi. Terus 2017 pelan-pelan ekspor beberapa box melayani pasar luar nggak terlalu banyak," tambahnya.
![]() |
Kemudian, pandemi COVID-19 melanda di awal tahun 2020 dan membuat vakum selama 6 bulan. Dalam 6 bulan itu ia melakukan berbagai evaluasi termasuk produk. Akhir tahun 2020, ia kembali bisa melakukan ekspor. Ia juga aktif memasarkan dagangannya melalui pameran.
"Terus 2020 akhir kita melayani pasar luar, kita ada order waktu itu 1000 pcs, terus beberapa bulan belakangan kita aktif ikut pameran, kita juga memasarkan lagi secara online mulai bangkit lagi,"ujarnya.
Produk kerajinan Sabila Craft seperti candle holder atau tempat lilin, cermin, piring, hingga mangkok. Harga jualnya pun bervariasi dari paling murah Rp 12.000 sampai paling mahal Rp 1 juta per pcs. Ia memperkirakan, saat ini pasar ekspornya mencapai 80% dan sisanya untuk domestik.
Barang-barang tersebut diekspor salah satunya ke Korea Selatan. Saat ini, ia tengah melakukan negosiasi dengan pembeli Amerika Serikat (AS), Spanyol, dan Kanada. Soal omzet jangan ditanya, ia bilang dalam sebulan bisa mencapai Rp 70 juta.
"Kalau omzet per bulan, bulan ini di bawah Rp 100 juta, Rp 70 jutaan," ujarnya.
(acd/ara)