Kertas limbah biasanya selalu tak terpakai dan berakhir di tempat sampah. Namun hal itu tidak akan terjadi jika berada di tangan ibu rumah tangga asal Lembang, Bandung ini.
Adalah Azifah An'Amilah (26), ia menjadi pelopor pembuat kertas daur ulang bisa ditanam. Kemampuannya tersebut dijadikan sebagai ladang bisnis yang ia tekuni sejak 2016 dengan nama benihbunbun.
Berawal dari kegelisahannya akan tumpukan kertas skripsi, Azizah mulai dengan mengutak-ngatik agar kertas tak terpakai itu bisa bermanfaat dan digunakan kembali. Kemudian muncul lah ide menggabungkan kertas daur ulang dengan biji-bijian tumbuhan hias, biji buah, hingga sayur-sayuran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Eksperimen yang dilakukannya bersama sang suami pun berbuah manis. Kertas daur ulang yang di dalamnya ada biji itu pun tumbuh meskipun tidak diberikan media tanam (tanah atau kompos).
"Akhirnya tumbuh dan kok rasanya seneng banget apalagi buat saya yang dulu nggak suka tanam menanam. Saya jadi bisa tau fakta menanam itu nggak mesti pake tanah, apalagi modelnya masih semai. Jadi kita ngecambahin biji itu kuncinya air sampai akhirnya dia bisa berkecambah dan ngeluarin akar itu," kata Azifah kepada detikcom beberapa saat lalu.
![]() |
Bisnisnya pun berlanjut dengan menjual kertas daur ulang yang bisa ditanam menjadi souvenir edukasi. Dia mengatakan, biasanya peminat suvenir ini datang dari acara pernikahan, workshop, CSR, dan lain-lain. Produknya pun di yakini sebagai yang pertama ada di Indonesia.
"Iya betul untuk produk kertas benih yang dijadikan sebagai souvenir edukasi menanam itu bisa saya bilang pertama di Indonesia," ujarnya.
Setelah berjalan lima tahun, Azifah pun sudah membuka peluang kerja bagi ibu-ibu di kampungnya. Beberapa di antaranya dipekerjakan sebagai perajin saat Azifah mendapatkan proyek suvenir besar-besaran.
"Sejak adanya benihbunbun, saya pribadi juga punya harapan agar mampu mengisi kegiatan ibu rumah tangga di sekitar sini. Jadi memang benefitnya nggak cuman saya dan internal yang senang, ibu-ibu di sekitar kami juga ikutan senang," sambungnya.
Dia mengatakan, modal usahanya sekitar Rp 2 jutaan untuk printer, alat sablon, dan kertas bekas. Kertas bekas ia dapatkan dari sumbangan kertas tak terpakai dari sekolah atau madrasah. Sedangkan biji tanamannya ia dapat dari panen lokal di rumahnya sendiri.
Omzet yang bisa dikumpulkan mencapai puluhan juta. Cek halaman berikutnya.