Berani inovasi menjadi kunci kesuksesan bagi seorang Anis Riyati Primastuti. Berkat inovasi yang dilakukan yakni memproduksi abon nabati atau vegetarian, kini Anis memperoleh omzet puluhan juta, bahkan pernah menembus angka ratusan juta.
Anis membuka bisnis abon pada tahun 2012 lalu. Wanita berdomisili Sleman, Yogyakarta ini membuat bisnis dengan nama Daun Emas.
Mulanya, Anis memproduksi abon seperti abon pada umumnya yakni abon ayam, sapi dan ikan tuna. Seiring berjalannya waktu, persaingan bisnis abon pun semakin sengit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ide pun muncul untuk membuat abon vegetarian. Kebetulan, ada permintaan dari seseorang untuk membuat abon tersebut.
"Kemudian saya melihat kok ada peluang lain di vegetarian. Komunitas itu pernah request, ada satu orang pernah request ke saya, 'Mbok saya dibuatin abon yang vegetarian'," katanya kepada detikcom seperti ditulis, Selasa (31/8/2021).
Berbagai eksperimen pun dilakukan hingga akhirnya ketemu buah kluwih yang kemudian dikombinasikan dengan kacang tolo. Namun, berbagai percobaan terus dilakukan hingga akhirnya ketemu kombinasi yang ia rasa paling tepat yakni mengkombinasikan kluwih dengan kacang koro.
"Karena sebenarnya, kalau buah kluwih itu pengganti serat dengan daging, rasa gurih daging ternyata ada di koro," ujarnya.
Tak berhenti di situ, ia juga mengembangkan jantung pisang untuk dibuat abon. Berbeda dengan abon buah kluwih, abon jantung pisang belum 100% non hewani karena ia masih memakai campuran ayam untuk penggurihnya.
Dia melanjutkan, abon vegetarian yang terbuat dari buah kluwih ini memiliki beberapa kelebihan. Sebutnya, pertama, abon ini digoreng dengan minyak kelapa. Kedua, abon digoreng dengan minyak baru atau non jelantah.
"Kemudian non MSG, non hewani, 100% nabati. Itu unique selling dari abon nabati," imbuhnya.
Memang, butuh modal yang tak sedikit untuk membangun bisnis tersebut. Anis mengaku, setidaknya ia meorogoh kocek sampai Rp 50 juta, di mana modal tersebut kebanyakan dihabiskan untuk memodifikasi alat masak.
Anis melanjutkan, produk-produk abon tersebut kemudian ia pasarkan baik offline maupun online. Untuk offline, ia menitipkan abon-abon tersebut ke toko-toko dan swalayan. Di online, ia mengoptimalkan Instagram hingga berbagai marketplace.
"Pandemi Corona memaksa saya harus bisa lebih mengoptimalkan penjualan online," ujarnya.
"Di Instagram yang dikelola sendiri, melalui marketplace, Tokopedia sama Shopee. Saya juga mulai mengaktifkan Google my Business. Kemudian saya ada web seperti itu. Intinya mengoptimalkan penjualan online," paparnya.
Simak juga Video: Kemnaker Beri Modal Usaha Bagi Tenaga Kerja Mandiri Mojokerto
Untuk abon nabati 150 gram, Anis menjualnya dengan harga Rp 23 ribu. Abon hewani ia jual dengan harga yang sama namun beratnya lebih ringan yakni 100 gram.
Usaha yang dibangun Anis saat ini berbuah manis. Sebelum pandemi, omzet yang ia dapat mencapai Rp 105 juta hingga Rp 110 juta.
"Kalau sekarang itu karena pandemi Corona saya memang hanya bertahan, sebagian toko offline sudah banyak turun. Masih sekitar Rp 70 juta," ujarnya.
Bukan bisnis jika tanpa tantangan. Anis bilang, tantangan berat yang ia hadapi ialah mengedukasi pelanggan terhadap produknya. Berkat kegigihannya, masalah itu pun bisa dilewati.
"Jadi melalui tahapan-tahapan, jadi ini sama aja dengan marketing ya," terangnya.
(acd/zlf)