Kisah 3 Sekawan Rintis Bisnis Live Streaming Kondangan, Cuannya Bikin Ngiler

Saatnya Jadi Bos

Kisah 3 Sekawan Rintis Bisnis Live Streaming Kondangan, Cuannya Bikin Ngiler

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Rabu, 13 Jul 2022 17:03 WIB
Bisnis Live Streaming Kondangan
Bisnis Live Streaming Kondangan. Foto: Dok. Reddot Livestream
Jakarta -

Pernahkah anda berhalangan hadir dalam sebuah acara pernikahan dan hanya bisa menyaksikan prosesinya melalui media sosial seperti Youtube? Apa yang Anda saksikan itu ialah buah karya inovasi yang cukup menjanjikan di era pandemi. Sebuah peluang usaha yang bernama wedding live stream.

Berangkat dari keinginan membantu seorang sahabat yang frustasi karena pernikahannya terhalang pandemi Covid-19, Muhammad Rafki menemukan sebuah peluang usaha dengan prospek menjanjikan kala itu. Bersama dengan kedua rekannya, M. Haidar dan Isam, mereka mendirikan Reddot Livestream, sebuah bisnis live stream di Jabodetabek. Pada 2021, pendapatan bisnisnya melesat hingga lebih dari 900% dari tahun sebelumnya.

"Reddot ini terlahir dari membantu. Awalnya dari frustasi salah satu sahabat kita yang nikahnya ditunda, terus ditunda lagi, lama-lama frustasi. Gimana caranya nikah ini bisa tetap terjadi dalam keterbatasan ruang, waktu di kala pandemi 2020 itu. Dan masyarakat di kita ini kental sekali dengan silaturahmi. Kalau udah lama nggak silaturahmi ini gatel juga lama-lama," ujar Rafki kepada detikcom, Jumat (01/07/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari sanalah, ia melihat ada kebutuhan mendasar yang sulit terpenuhi, demand tersedia sementara supply-nya belum ada. Akhirnya dia bersama kedua rekannya itu memutuskan untuk menjawab tantangan tersebut dengan sebuah produk atau service. Potensi itu terlihat semakin besar dengan masyarakat yang semakin hari semakin bisa menerima peralihan ke arah dunia serba digital.

"Dari situlah, konsepnya mempermudah, menghubungkan mereka yang jauh untuk bisa datang ke sebuah acara dengan lebih terjangkau. Terjangkau ini bisa dalam bentuk materi, bisa juga dalam bentuk jarak karena tidak memungkinkan untuk berkumpul seperti saat pandemi kemarin. Jadi tagline kami 'luaskan jangkauan', itu bener-bener literally meluaskan apapun," tambahnya.

ADVERTISEMENT

Bisnis yang sudah berjalan hampir 2 tahun ini dimulai dengan modal yang kecil. Dirinya mengaku, modal terbesarnya pada kala itu ialah sumber daya manusia yang kompeten, dalam bentuk rekan-rekannya.

"Awalnya kita tuh bener-bener coba-coba. Bahkan, kita bilang ke klien pertama ini bahwa ini live pertama, jadi kalau nggak lancar, mohon maaf. Ya alhamdulillahnya lancar. Kita di sini, tiga orang ini, orang yang passionate. Jadi aku percaya, sebenarnya dengan punya sumber daya manusia yang kompeten itu adalah modal awal kita," ujar Rafki.

Hingga saat ini, Rafki mengatakan dirinya bersama Haidar dan Isam membangun Reddot secara bertahap selama 2 tahun terakhir dengan modal dan revenue yang mereka dapatkan, dan belum membuka peluang untuk investor.

"Karena di sini kita berjalan memang sesuai dengan passion kita, hobinya kita, jadi kita masih seneng dengan menjalankannya sendiri." ujar Rafki.

Pada awal pergerakannya itu, Rafki mengatakan strategi yang digunakan Reddot ialah dengan menanamkan awareness terlebih dulu ke para calon customer-nya. Dari sanalah, ia kemudian mencoba membangun trust.

"Pertama pasti kita harus kasih trust dulu buat calon customer. Bisnis wedding ini lumayan unik, dimana bisnis lain itu bisa repeat order. Kalau wedding agak susah repeat order, paling repeat order ke keluarganya. Seperti itu model bisnisnya," tuturnya.

Lanjut ke halaman berikutnya.

Tidak berhenti sampai di situ, dia pun mulai memasang target bagaimana cara semua orang di sekitarnya menggunakan Reddot. Semula, ia menargetkan minimal satu setiap minggu. Lama kelamaan target pun terus bertambah, hingga barulah mereka mulai mempekerjakan orang lain. Dari sana, ia dan rekannya mulai mengembangkan strategi baru, salah satunya dengan 'menggaet' influencer.

"Akhirnya kita rubah strategi gimana caranya awareness tidak hanya di sekitar kita, tapi ini meluas ke luar sana. Akhirnya kita sasar influencer," ujar Rafki.

"Tapi reach influencer ini agak susah, makanya kita coba sasar si temen-temennya influencer ini. Nah secara nggak langsung nanti ketika si influencernya ngucapin, di situ kita dapat eksposure ini dari influencernya," tambahnya.

Ketika awareness telah terbentuk, barulah Rafki beserta rekan-rekannya mulai memperbesar paket-paket produknya. Hal itu dilakukan supaya kebutuhan semua kelas customer dapat tergapai. Untuk range harganya, Rafki mematok mulai dari Rp 2 juta-an untuk live youtube dimana jumlah kamera juga turut menentukan harganya.

"Karena sebenarnya live stream ini versi compactnya dari studio broadcast. Dari effortnya sendiri lumayan besar, tapi kita bisa patok harga di Rp 2 juta-an itu termasuk sangat murah. Bahkan untuk online multi-camera sekaligus dalam satu layar, kita bisa," kata Rafki.

Rafki mengaku, pandemi mendorong pertumbuhan Reddot hingga cukup signifikan. Bahkan, semakin ke sini telah terbentuk budaya live streaming di setiap acara. Dalam sebulan ia bisa mendapatkan 25-45 acara di akhir pekan. Meski demikian dia menambahkan, Reddot bukan merupakan bisnis yang profit oriented.

"Dengan adanya pandemi ini bener-bener meng-accelerate kebutuhan live stream ini. Semua orang butuh live stream. Aku rasa kondisi ini bener-bener sebuah kelebihan buat Reddot. Dengan kondisi Covid sudah mulai menurun, ini juga tidak menyusutkan minat orang untuk live stream," ujar Rafki.

"Lama-lama live stream ini jadi sebuah trend, yang mana orang beli live stream ini karena mereka ingin menekan budget pernikahan atau hanya untuk gengsi. Mereka jadi merasa bergengsi karena acaranya ini disiarkan kembali di Youtube," tambahnya.

Meski Reddot merupakan bisnis live stream, khususnya di wedding industri, Rafki mengatakan ke depannya tidak menutup kemungkinan Reddot membantu menyukseskan event lain, di luar wedding.

"Tidak menutup kemungkinan ke depannya kita lebih banyak menyasar event-event di luar wedding. Kita juga banyak membantu di kegiatan keagamaan, kita biasa memberi gratis untuk event keagamaan sebagai bentuk terima kasih Reddot untuk mereka," ujar Rafki.

Lanjut ke halaman berikutnya.

Karena dorongan awal terbentuknya Reddot adalah untuk membantu, Rafki mengatakan jadilah hingga saat ini mereka terus melakukan kegiatan untuk membantu sesama. Salah satunya ialah menjalankan people development. Di sini, Reddot merekrut orang-orang yang sama sekali tidak memiliki skill untuk dilatih dan dipekerjakan.

"Asal mereka mau belajar dan orang ini rata-rata ada yang masih kuliah karena keterbatasan ekonomi, ada yang sudah berkeluarga dan dipecat karena dampak pandemi. Kita ajarin dan akhirnya mereka punya skill, yang mungkin suatu saat ketika mereka udah nggak di Reddot bisa mereka pake buat ke mana-mana," tutur Rafki.

Tidak hanya itu, Reddot juga menjalankan satu program bernama ReddotX. Program ini dimaksudkan untuk membantu vendor-vendor lain dalam bentuk kolaborasi dan bertumbuh bersama. Dari sini, Rafki berharap para vendor memperoleh exposure dari para tamu yang hadir.

"Misal dari bantu portofolionya. Kita bikinin portonya dalam bentuk suara dan file yang bisa di sebarkan untuk keperluan pekerjaan. Terus ada juga WO yang kita bantu angkat namanya dengan cara kita cantumkan namanya seperti Reddot x WO mana dan lain sebagainya," tuturnya.

Bahkan menariknya, Rafki mengatakan Reddot juga turut membantu para kompetitornya. Tidak sedikit dari mereka yang bertanya kepadanya dan minta konsultasi dalam hal pengembangan bisnis live stream.

"Bahkan pesaing kecil yang baru muncul banyak yang kontak ke Reddot untuk bertanya. Ada beberapa dari mereka yang menurutku udah bagus juga di luar kota. Ketika ada customer kita yang mau live di luar kota, kiat bisa forward ke mereka juga, ini jadi mitranya Reddot," ujar Rafki.

Dengan segala kesibukannya, Rafki mengaku saat ini dirinya beserta kedua rekannya masih menyandang status sebagai pegawai di perusahaan swasta. Meski demikian, hal ini tidak menghambat upaya mereka untuk terus mengembangkan Reddot tanpa meninggalkan kewajiban sebagai karyawan di perusahaan terkait.

"Sampai saat ini, Reddot masih bisa dijalankan bersamaan. Harapannya, inovasi ini akan membantu mereka yang membutuhkan pada event pernikahan maupun event lainnya, agar dapat mengoptimalkan budget acara sehingga lebih efisien. Lalu buat masyarakat juga kan minimal mengurangi macet," tutup Rafki sembari tertawa.



Simak Video "Alasan Turunnya Peringkat RI Sebagai Destinasi Wisata Muslim "
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads