Namun, tak mudah bagi Fransisca memasarkan bisnis tas daur ulangnya itu. Ia mengatakan orang lain masih banyak yang memandang sebelah mata, bahkan malu menggunakannya.
"Belum ada yang tertarik waktu itu, bahkan malu. Di perkumpulan ibu-ibu mereka tanya 'untuk apa? nggak dipakai malu' katanya. 'Loh dipakai untuk tas belanja, bu'. Nah ada teman-teman yang saya kasih itu mau dia tas itu untuk belanja," ujarnya.
Meski bisnis ini digeluti dengan modal yang minim, untuk membuat tas dari bahan daur ulang perlu memiliki keterampilan yang tinggi. Fransisca mengatakan satu tas fesyen atau tas belanja bisa menghabiskan waktu seharian atau paling lama tiga hari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tetapi, Fransisca tak patah semangat dalam memasarkan produknya itu. Kini Fransisca dibantu oleh dua karyawan, meski hanya membantu sekedar sambilan.
Adapun produk yang dibuat Fransisca di antaranya tas fesyen yang harganya sekitar Rp 180.000 sampai Rp 200.000, tas belanja Rp 70.000 sampai Rp 100.000, kemudian kotak tisu Rp 15.000, dan gantungan kunci Rp 5.000.
"Untuk tas belanja sendiri ini kuat ya bisa menampung sampai 10 kilogram (kg). Kelemahannya ya satu, kalau hujan kebasahan belanjanya karena ini bolong-bolong," tuturnya.
Saat ini produk daur ulang milik Fransisca hanya dijual melalui online saja, di Instagram pribadi, dan e-commerce ternama. Fransisca sendiri merupakan peserta dari pelatihan yang diadakan oleh perusahaan logistik PT Tri Adi Bersama (AnterAja). Ia mengatakan dalam pelatihan tersebut ia mendapatkan berbagai pengalaman dan pembelajaran untuk membangun bisnisnya.
"Ada perencanaan usaha ya bisnis, kemudian literasi digital, kemitraan, permodalan usaha, kemudian harga untuk produk, kemudian memimpin sebuah tim, kolaborasi dan koordinasi, pengiriman dan pembayaran. Ada perencanaan produksi, terakhir tetap stabil sebagai pengusaha. Yang paling menarik bagi saya, pelatihan memimpin sebuah tim ya itu saya rasa tidak mudah," tutupnya.
(ada/ara)