Hal senada disampaikan Lidia Rohma Doningsih (34), istri petani tembakau Mustopa (41). Ia mengaku, suaminya ikut program kemitraan di Wonogiri dari tahun 2017.
Seperti cerita Erni, dampak program kemitraan bagi ekonomi keluarga Lidia cukup signifikan. Lidia mengatakan perekonomian keluarganya meningkat sejak suaminya ikut bergabung program kemitraan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Contohnya tahun 2017, dari hasil panen saat itu saya dapat membeli hewan ternak seperti sapi dan kambing," kisahnya.
Setahun berikutnya, Lidia dapat membeli mesin penggilingan beras untuk usaha kue yang ia miliki.
"Alhamdulillah, sekarang saya bisa menggiling sendiri tanpa pergi ke tempat lain," kata dia.
Tidak hanya itu, sebuah sepeda motor juga dapat ia beli dari hasil panen tahun 2019.
"Malah kemarin tahun 2023, bisa untuk membeli tanah. Jadi suami saya bisa menambah jumlah tanaman tembakau untuk tahun ini," ujarnya.
Pengolahan tanah lebih modern
Selain perekonomian yang meningkat, ungkap Lidia, perbedaan yang dirasakan sejak suaminya ikut program kemitraan pemasok Sampoerna adalah cara mengolah ladang menjadi lebih efisien dan efektif.
"Dulu, kami mengolah tanah secara manual, misalkan pakai cangkul sehingga memakan waktu berhari-hari. Sekarang pengolahan tanah menggunakan mesin cultivator yang hanya memakan waktu dua hari. Jadi bisa menghemat biaya," ujarnya.
Lidia juga mengungkapkan, selama ikut program kemitraan, suaminya mendapat alat pelindung diri (APD) untuk menjaga keselamatan saat bekerja.
"APD-nya berupa topi, masker, baju lengan panjang ber-apron, sarung tangan karet, sepatu karet. Jadi dengan ini, suami saya terjaga keselamatan kerjanya," kata Lidia.
Kompak, Erni dan Lidia berharap program kemitraan petani tembakau di Wonogiri dapat terus berlanjut dan bahkan berkembang lagi.
(fdl/fdl)