Cerita Petani Tembakau, Ekonomi Meningkat-Bisa Beli Tanah Berkat Kemitraan

Cerita Petani Tembakau, Ekonomi Meningkat-Bisa Beli Tanah Berkat Kemitraan

Fadhly Fauzi Rachman - detikFinance
Rabu, 14 Agu 2024 12:01 WIB
Ilustrasi Petani Tembakau di Tuksongo Magelang, Jawa Tengah.
Ilustrasi Petani Tembakau/Foto: Rachman_punyaFOTO
Jakarta -

PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna) menjalankan program kemitraan dengan petani melalui perusahaan pemasok yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani hingga kualitas tembakau. Kemitraan ini dijalankan di berbagai sentra pertanian tembakau, salah satunya di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.

Perekonomian warga yang mengikuti program kemitraan meningkat. Di antaranya ada yang menggunakan penghasilan dari pertanian tembakau untuk membeli alat produksi, membeli kendaraan untuk mendukung produktivitas, memperluas ladangnya agar semakin banyak tembakau yang ditanam, dan bahkan membangun rumah bagi keluarganya.

Salah satunya dirasakan Erni Atmiarsih (49), istri Suprapto (53) yang merupakan salah satu petani mitra pemasok Sampoerna. Erni menceritakan, suaminya bergabung dalam program kemitraan petani tembakau sejak 2016.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat itu, istri para petani juga mendapatkan sosialisasi terkait program kemitraan dan pertanian tembakau. Sehingga, Erni tidak kaget saat suaminya memutuskan ikut bergabung sebagai petani mitra.

"Jadi istri mendapat penjelasan soal program kemitraan. Hingga kini, saya ikut mendampingi bapak menanam tembakau," kata Erni ditemui di Wonogiri, Jawa Tengah.

ADVERTISEMENT

Erni mengaku, program kemitraan telah memberikan dampak positif yang nyata bagi perekonomian keluarganya.

Dari cerita Erni, perekonomian keluarganya mengalami peningkatan setelah Suprapto ikut program kemitraan. Ia bisa merenovasi rumah, membeli kendaraan, dan membuat sumur sendiri sehingga tidak bergantung orang lain.

"Perbedaannya banyak. Dulu rumah masih lantai tanah. Alhamdulillah sekarang sudah tidak. Dulu kendaraan cuma satu, sekarang sudah punya dua. Terus sumur dulunya masih ikut umum, sekarang mandiri," ungkap dia.

Di samping itu, Erni mengatakan bahwa ia dapat membiayai pendidikan anaknya juga karena hasil pertanian tembakau.

"Alhamdulillah, berkat hasil tanam tembakau, saya bisa menyekolahkan anak sampai lulus kuliah," ceritanya.

Erni juga mengamati perbedaan dari cara suaminya bertani. Jika sebelumnya sang suami mengolah tanah secara manual, sejak ikut program kemitraan, kini pengolahan tanah menjadi efisien dan efektif dengan menggunakan mesin modern.

Beli hewan ternak dan tanah di halaman berikutnya.

Hal senada disampaikan Lidia Rohma Doningsih (34), istri petani tembakau Mustopa (41). Ia mengaku, suaminya ikut program kemitraan di Wonogiri dari tahun 2017.

Seperti cerita Erni, dampak program kemitraan bagi ekonomi keluarga Lidia cukup signifikan. Lidia mengatakan perekonomian keluarganya meningkat sejak suaminya ikut bergabung program kemitraan.

"Contohnya tahun 2017, dari hasil panen saat itu saya dapat membeli hewan ternak seperti sapi dan kambing," kisahnya.

Setahun berikutnya, Lidia dapat membeli mesin penggilingan beras untuk usaha kue yang ia miliki.

"Alhamdulillah, sekarang saya bisa menggiling sendiri tanpa pergi ke tempat lain," kata dia.

Tidak hanya itu, sebuah sepeda motor juga dapat ia beli dari hasil panen tahun 2019.

"Malah kemarin tahun 2023, bisa untuk membeli tanah. Jadi suami saya bisa menambah jumlah tanaman tembakau untuk tahun ini," ujarnya.

Pengolahan tanah lebih modern

Selain perekonomian yang meningkat, ungkap Lidia, perbedaan yang dirasakan sejak suaminya ikut program kemitraan pemasok Sampoerna adalah cara mengolah ladang menjadi lebih efisien dan efektif.

"Dulu, kami mengolah tanah secara manual, misalkan pakai cangkul sehingga memakan waktu berhari-hari. Sekarang pengolahan tanah menggunakan mesin cultivator yang hanya memakan waktu dua hari. Jadi bisa menghemat biaya," ujarnya.

Lidia juga mengungkapkan, selama ikut program kemitraan, suaminya mendapat alat pelindung diri (APD) untuk menjaga keselamatan saat bekerja.

"APD-nya berupa topi, masker, baju lengan panjang ber-apron, sarung tangan karet, sepatu karet. Jadi dengan ini, suami saya terjaga keselamatan kerjanya," kata Lidia.

Kompak, Erni dan Lidia berharap program kemitraan petani tembakau di Wonogiri dapat terus berlanjut dan bahkan berkembang lagi.


Hide Ads