Kisah Len Blavatnik, Imigran Ukraina Berharta Rp 228 T

Kisah Inspiratif

Kisah Len Blavatnik, Imigran Ukraina Berharta Rp 228 T

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Kamis, 15 Agu 2019 09:39 WIB
Foto: Leonard Blavatnik (Forbes)
Jakarta - Namanya memang tak sepopuler orang kaya dunia lain seperti Jeff Bezos, Bill Gates, ataupun Mark Zuckerberg. Namun, Forbes menempatkannya sebagai salah satu orang terkaya di dunia.

Ia adalah Len Blavatnik. Dalam catatan Forbes, ia berada di rangking 59 dalam daftar orang terkaya dunia dengan total kekayaan US$ 16,3 miliar atau setara dengan Rp 228,2 triliun (kurs Rp 14.000).

Perjuangan Blavatnik untuk memperoleh kekayaan terbilang tidak gampang. Lahir di Odessa, Ukraina, 1957 lelaki ini sulit berpindah tempat dari Moskow karena statusnya sebagai Yahudi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Hal itu juga yang membuatnya sulit masuk ke universitas bergengsi sehingga akhirnya ia belajar di Moscow Institute of Transport Engineers.

Namun keberuntungan datang saat Uni Soviet melonggarkan kebijakan untuk Yahudi. Pada 1978, saat ia berusia 21 tahun, keluarganya memutuskan untuk migrasi Amerika Serikat (AS) dan menetap di Brooklyn.

Blavatnik kemudian bisa mencari sekolah yang lebih baik dengan masuk ke Columbia University. Setelah itu, ia melanjutkan studinya ke Harvard Business School.

Saat belajar di Harvard tahun 1986, Blavatnik mendirikan perusahaan investasinya Access Industries yang kelak menjadi perusahaan raksasa.

Peluang datang di periode 1990, saat program privatisasi Boris Yeltsin gagal. Blavatnik menangkap peluang dengan menggandeng mitra Rusia membeli pabrik aluminium dengan harga murah dan menjadi pemain terkemuka di pasar Rusia . Setelah itu, ia melakukan diversifikasi bisnis dengan menjadi pemain batu bara dari tambang di Kazakhstan.


Blavatnik kemudian melebarkan sayapnya ke bisnis minyak melalui perusahaan TNK, di mana ia berseteru dengan BP untuk mengendalikan perusahaan minyak lain Chernogorneft.

Namun, belakangan ia menggeser bisnisnya. Ia sekarang membangun kerajaan bisnis konten. Lantaran, ia membeli Warner Music dan investasi di Spotify dan Deezer.

Sebagai tambahan, dalam catatan Forbes ia membeli Warner Music di tahun 2011 dengan harga US$ 3,3 miliar. Warner Music sendiri merupakan salah satu perusahaan rekaman terbesar di dunia bersaing dengan label rekaman lain seperti Sony BMG, EMI dan Universal.


(ara/ara)

Hide Ads