Setelah Dior, Arnault semakin agresif mengakuisisi berbagai merek-merek fesyen dan barang mewah lainnya seperti Moët & Chandon (produsen sampanye) dan Hennessy (produsen cognac).
Kemudian, ia mendirikan grup Louis Vuitton Moët Hennessy (LVMH). Sejak dari itu, Arnault terus-terusan menaklukkan perusahaan-perusahaan terkemuka di Eropa lainnya yang bergerak di bidang fesyen, wewangian, perhiasan, jam tangan hingga minuman beralkohol. Hingga akhirnya di 2008, LVMH tercatat sudah mengakuisisi sebanyak 79 merek ternama dari Prancis dan seluruh Eropa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, Arnault tak berpuas diri sampai di situ. Pada 2011, perusahaannya itu kembali melakukan akuisisi pasar, kali ini untuk perusahaan perhiasan Italia, Bulgari.
Dua tahun kemudian, ia membeli perusahaan pemasok wol halus Loro Piana seharga US$ 2,6 miliar.
Akuisisi terbarunya pada April 2019 terhadap grup hotel ternama yang berbasis di London, Belmond, yang kepemilikannya meliputi Hotel Cipriani di Venesia, jalur kereta api mewah Orient Express dan 3 pondok safari ultra-mewah di Botswana.
Namun, Arnault tak selalu sukses dalam setiap aksi penaklukannya. Ia juga pernah gagal menaklukkan sebuah merek dagang yang diincarnya. Salah satu yang terbesar adalah rumah mode Italia, Gucci. Merek ini berhasil dimenangkan oleh pesaingnya sendiri yakni François Pinault.
Namun, tak mau patah semangat begitu saja, selama dekade berikutnya, LVMH pun melanjutkan aksi akuisisinya tadi. Arnault menggunakan taktik tersembunyi, hingga akhirnya secara diam-diam berhasil mengakuisisi 17% produsen barang fesyen mewah Hermès. Namun, lagi-lagi semua tak berjalan mulus begitu saja. Hermès kemudian merebut kembali sebagian besar sahamnya dari Arnault. Hingga pada 2017, LVMH pun melepaskan sebagian besar saham Hermès.
Kini, kapitalisasi pasar LVMH mencapai US$ 194,3 miliar. Menjadikan grup ini sebagai salah satu perusahaan publik terbesar di dunia.
(eds/eds)