Selama 3 tahun berdiri setelah dibeli Buffett, Berkshire-Hathaway bekerja hanya dengan dua pabrik manufaktur dan sekitar 2.000 karyawan. Kondisi pun mulai membaik. Tetapi, di tahun 1967 Buffett membawa Berkshire-Hathaway ke bisnis yang sangat berbeda, yakni sektor asuransi dan investasi. Tak disangka, keputusan Buffet itu menjadi salah satu taruhan paling sukses dalam sejarah bisnis AS.
Saham pertama yang dibeli Berkshire-Hathaway adalah adalah National Indemnity Co pada tahun 1970. Beberapa tahun kemudian, Berkshire mengambil ancang-ancang lagi, membeli saham ekuitas di perusahaan asuransi untuk pegawai pemerintahan atau GEICO.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain tekstil dan asuransi, pada tahun 1970-an dan 1980-an Berkshire membeli saham di perusahaan-perusahaan dalam industri yang beragam seperti permen, perusahaan gas dan utilitas.
Bersama rekannya yang bernama Charlie Munger, mereka membawa Berkshire untuk membeli saham-saham yang berpeluang. Tapi, cara penilaian sahamnya tak seperti investor pada umumnya, yang berpatokan pada aset dan arus kas.
Hingga saat ini, Berkshire telah memiliki portofolio saham pada perusahaan-perusahaan kelas kakap dunia. Sebut saja Bank of America dengan porsi saham 11,9%, Kraft Heinz Co 26,6%, Coca Cola 9,3%, Apple 5,9%, Amazon 0,1%, General Motors Company 5,2%, dan 33 portofolio saham lainnya berdasarkan data yang diperoleh dari CNBC.
Baru semalam, Buffett mencetak keuntungan sebesar US$ 10 miliar atau sekitar Rp 140 triliun karena empat portofolio saham terbesarnya melonjak naik. Lonjakan itu dipicu oleh perusahaan farmasi Pfizer yang baru saja mengumumkan vaksin Corona (COVID-19) yang dikembangkannya efektif 90% untuk menyembuhkan pasien.
Dilansir dari Business Insider, saham Apple naik sebanyak 2,8%, meningkatkan nilai sekitar 981 juta lembar saham yang dimiliki Berkshire, dan mencapai nilai lebih dari US$ 3 miliar atau sekitar Rp 42,19 triliun. Sementara itu, saham Bank of America, naik sebanyak 12%, menghasilkan keuntungan kertas US$ 3 miliar lagi untuk Berkshire.
Begitu juga dengan saham Coca-Cola yang melonjak 8%, mengangkat nilai saham yang dimiliki Berkshire pada perusahaan minuman bersoda itu dari US$ 400 juta atau sekitar Rp 5,6 triliun, menjadi US$ 1,5 miliar atau sekitar Rp 21 triliun. Terakhir, American Express juga naik 20%, dan menambah US$ 3 miliar lagi untuk Berkshire.
Beberapa kepemilikan Berkshire lainnya juga naik nilainya. Misalnya, perusahaan memperoleh masing-masing sebanyak US$ 400 juta dan US$ 270 juta atau sekitar Rp 3,79 triliun atas saham Wells Fargo dan JPMorgan, karena kedua saham bank tersebut melonjak sekitar 10%. Saham Berkshire di Visa, Mastercard, Synchrony Financial, dan Suncor Energy juga melonjak nilainya.
Dengan sejumlah portofolio di perusahaannya, Warren Buffett tercatat memiliki kekayaan sebesar US$ 83,2 miliar atau sekitar Rp 1.169 triliun menurut data Forbes. Pria berusia 90 tahun itu masih menduduki posisi ke-4 sebagai orang terkaya di dunia. Kekayaannya naik 5,28% yakni sebesar US$ 4,2 miliar atau setara dengan Rp 59 triliun dalam semalam, tentunya dilatarbelakangi oleh saham-saham yang dimiliki Berkshire mengalami kenaikan nilai.
Simak Video "Video: BKPM Catat Investasi Rp 2 Ribu T Gagal Masuk RI di 2024, Kenapa?"
[Gambas:Video 20detik]
(zlf/zlf)