George Soros merupakan salah satu miliarder dunia yang memperjuangkan nasib LGBT, pengguna narkoba, serta memperjuangkan keadilan dan kesetaraan gender. Soros juga membiayai pendidikan ribuan anak-anak karena diskriminasi.
Tidak hanya itu, ia juga mendukung kelompok-kelompok pinggiran yang terzalimi. Dirinya juga sempat merasakan bagaimana menjadi korban intoleransi secara langsung.
Pengalaman pria Yahudi kelahiran Hungaria 1930 itu yang membuat dirinya bisa kaya dan terkenal. Sejak kecil, Soros hidup melalui pendudukan Nazi di tahun 1944-1945, yang mengakibatkan 500.000 orang Yahudi Hungaria tewas. Untungnya Soros dan keluarga tidak tertimpa nasib malang tersebut.
George Soros dan keluarganya bisa selamat karena membuat dokumen identitas palsu dan membantu orang lain melakukan hal yang sama demi bertahan hidup.
"Alih-alih tunduk pada nasib kami, kami melawan kekuatan jahat yang jauh lebih kuat dari kami, namun kami menang. Kami tidak hanya selamat, tetapi kami berhasil membantu orang lain," ungkap Soros dikutip dari laman resmi georgesoros.com, Selasa (22/2/2022).
Demi melanjutkan hidupnya, Soros pergi ke London pada tahun 1974 dan bekerja paruh waktu sebagai porter kereta api dan pelayan klub malam. Kini ia jadi miliarder berharta US$ 8,6 miliar atau Rp 122 triliun (kurs Rp 14.300)
Pada tahun 1956, ia pindah ke Amerika Serikat (AS) yang membuatnya mendapatkan kekayaannya. Itu karena Ia berkecimpung di dunia keuangan dan investasi, dengan mendirikan Soros Fund Management pada 1973.
Kerja kerasnya di AS ternyata membuahkan hasil sampai bisa menjadi investor paling sukses dalam sejarah AS. Dengan kekayaannya itulah Ia menciptakan Open Society Foundation yang merupakan jaringan yayasan, mitra, dan proyek di lebih dari 100 negara
George Soros sebar beasiswa. Cek di halaman berikutnya.
Simak juga Video: Saham Mark Zuckerberg Merosot, Kini Tak Masuk Daftar 10 Orang Terkaya