George Soros, Porter Kereta yang Kini Hartanya Nggak Habis Buat 7 Turunan

Kisah Inspiratif

George Soros, Porter Kereta yang Kini Hartanya Nggak Habis Buat 7 Turunan

Iffa Naila Safira Widyawati - detikFinance
Rabu, 23 Feb 2022 07:19 WIB
George Soros
George Soros/Foto: Reuters
Jakarta -

George Soros merupakan salah satu miliarder dunia yang memperjuangkan nasib LGBT, pengguna narkoba, serta memperjuangkan keadilan dan kesetaraan gender. Soros juga membiayai pendidikan ribuan anak-anak karena diskriminasi.

Tidak hanya itu, ia juga mendukung kelompok-kelompok pinggiran yang terzalimi. Dirinya juga sempat merasakan bagaimana menjadi korban intoleransi secara langsung.

Pengalaman pria Yahudi kelahiran Hungaria 1930 itu yang membuat dirinya bisa kaya dan terkenal. Sejak kecil, Soros hidup melalui pendudukan Nazi di tahun 1944-1945, yang mengakibatkan 500.000 orang Yahudi Hungaria tewas. Untungnya Soros dan keluarga tidak tertimpa nasib malang tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

George Soros dan keluarganya bisa selamat karena membuat dokumen identitas palsu dan membantu orang lain melakukan hal yang sama demi bertahan hidup.

"Alih-alih tunduk pada nasib kami, kami melawan kekuatan jahat yang jauh lebih kuat dari kami, namun kami menang. Kami tidak hanya selamat, tetapi kami berhasil membantu orang lain," ungkap Soros dikutip dari laman resmi georgesoros.com, Selasa (22/2/2022).

ADVERTISEMENT

Demi melanjutkan hidupnya, Soros pergi ke London pada tahun 1974 dan bekerja paruh waktu sebagai porter kereta api dan pelayan klub malam. Kini ia jadi miliarder berharta US$ 8,6 miliar atau Rp 122 triliun (kurs Rp 14.300)

Pada tahun 1956, ia pindah ke Amerika Serikat (AS) yang membuatnya mendapatkan kekayaannya. Itu karena Ia berkecimpung di dunia keuangan dan investasi, dengan mendirikan Soros Fund Management pada 1973.

Kerja kerasnya di AS ternyata membuahkan hasil sampai bisa menjadi investor paling sukses dalam sejarah AS. Dengan kekayaannya itulah Ia menciptakan Open Society Foundation yang merupakan jaringan yayasan, mitra, dan proyek di lebih dari 100 negara

George Soros sebar beasiswa. Cek di halaman berikutnya.

Simak juga Video: Saham Mark Zuckerberg Merosot, Kini Tak Masuk Daftar 10 Orang Terkaya

[Gambas:Video 20detik]



Sang filsafat, Karl Popper juga berpendapat bahwa tidak ada filsafat atau ideologi yang sama dengan yang dilakukan Soros dalam mendukung perkembangan masyarakat untuk membebaskan ekspresinya.

Sebagai bentuk awal kejayaannya di tahun 1979, Soros memberikan beasiswa pendidikan kepada orang kulit hitam Afrika Selatan. Setelah Tembok Berlin runtuh, Ia baru mendirikan Universitas Eropa Tengah di Budapest sebagai ruang pengembangan pemikiran kritis para kelompok budaya muda dan pemikiran inisiatif lainnya.

Soros juga merupakan salah satu suara terkemuka yang mengkritik perang dunia terhadap penggunaan ganja. Ia malah membantu penyaluran ganja ke dunia medis di AS.

Pada awal tahun 2000-an, Ia juga menjadi pendukung utama dalam upaya pernikahan sesama jenis. Meskipun banyak rintangan dari waktu ke waktu, karena pro kontra yang terus terjadi, Ia tetap memperjuangkan cita-citanya demi masyarakat dengan pemikiran terbuka.

Sekarang di usianya yang ke 80-an, Soros juga terus mengambil langkah aktif dalam pekerjaannya di Open Society Foundations, dan travelling secara luas untuk mengadvokasi perubahan kebijakan positif para petinggi dunia baik secara publik maupun pribadi.

Pada tahun 2017, Open Society Foundations mengumumkan bahwa Soros telah mentransfer US$ 18 miliar atau Rp 257,4 triliun kekayaannya untuk mendanai pekerjaan yayasan di masa depan. Total pemberiannya kepada yayasan sejak 1984 menjadi lebih dari US$ 32 miliar atau Rp 457,6 triliun.


Hide Ads