Renungi, maknai dan syukuri. Inilah tiga 'mantra magis' yang selalu dipegang Direktur Utama BRI Sunarso dalam menjalani karir profesionalnya. Terdengar sederhana memang, namun ternyata memiliki makna yang begitu dalam.
Sebagai nakhoda salah satu bank terbesar di Indonesia, tentu kiprah Sunarso sebagai bankir sudah diakui banyak orang. Namun tahukah Anda, jika pria asal Jawa Timur ini merupakan seorang Sarjana Agronomi dari Institut Pertanian Bogor (IPB)?
"Ya saya sejatinya tukang sayur," kelakarnya saat berbincang dengan sejumlah media di The Ritz-Carlton Hong Kong, Kamis (27/7/2024).
Namun ternyata garis tangan Sunarso berkata lain, meski ia berlatar pendidikan pertanian namun tenyata karir profesionalnya menanjak di dunia perbankan. Ia berfilosofi, karir itu ibarat mendaki bukit. Dimana dalam proses perjalanannya pertama harus direnungi, memaknai, dan terakhir adalah mensyukuri prosesnya.
"Tapi kalau misalkan kita punya ide, tenaga dan semangat tentunya jangan camping (berdiam diri-red.) di bukit itu. Tetapi kita harus menciptakan bukit berikutnya untuk kita mendaki, kemudian prosesnya kita ulang yaitu kita kembali merenungi, memaknai dan mensyukuri prosesnya sampai tiba saatnya nanti akankah saya masih kuat atau tidak untuk mendaki bukit berikutnya," ungkapnya.
Lahir dari keluarga petani, justru membuat Sunarso tak bercita-cita menjadi seorang penggarap sawah. Sunarso muda melihat lahan sawah yang dimiliki keluarganya tak akan mampu mengubah nasibnya. Sebaliknya, demi modal kuliah di IPB, ia justru meminta izin ibunya untuk menjual sawah di kampung halamannya.
"Waktu itu saya jual sekitar 1.200 meter untuk modal ke Bogor. Dapat sekitar Rp 1 juta, saya taruh kaos kaki di kanan kiri dalam perjalanan ke Bogor," ungkapnya sembari tertawa mengenang masa mudanya dulu.
Dan ternyata apa yang dulu disemai Sunarso kini sudah terlihat 'hasil panennya'. Dalam acara bertajuk TheFinance AsiaAwards and Asia's Best Companies Poll Gala Dinner 2024 di Hong Kong, Sunarso menerima penghargaan The Best CEO.
"Ketika menerima penghargaan ini pertama kali, saya mungkin menganggap ini sudah pencapaian luar biasa. Tetapi lalu saya melihat ada tantangan pekerjaan lainnya yang harus diselesaikan atau setidaknya menanamkan fundamental untuk diteruskan penerus saya, dan itu adalah pencapaian lain lagi ketika bisa membangun fundamental korporasi," kata Sunarso ditemui usai acara penghargaan.
Menurutnya, korporasi manapun -- terutama BUMN -- hal yang paling penting itu di jiwa Good Corporate Governance (GCG). Dimana jika GCG-nya baik, maka diyakini akan kuat secara sistem dan eksekusi strategi perusahaan.
Hanya saja memang untuk membuat GCG yang baik itu tak cukup oleh seorang CEO, melainkan juga melibatkan seluruh pemangku kepentingan (stakeholder). Mulai dari sosialisasi, memberi contoh tentang GCG itu menjadi penting.
Sunarso pun menegaskan selama ia menjadi dirut, capaian terbaik BRI tak lantas cuma dihitung dari angka. Tetapi justru dari kesadaran teman-teman insan BRIlian untuk melihat masih banyaknya ruang untuk melakukan perbaikan. Jadi jangan merasa cukup, selalu nyaman, sebab berada di comfort zone itu berbahaya.
"Tantangan utama seorang CEO sebetulunya sederhana, cuma ada tiga hal. Pertama, membuat orang tahu apa yang harus dikerjakan. Kedua, membuat orang mampu mengerjakan. Ketiga, membuat orang mau mengerjakan. Itu yang terpenting," tandasnya.
BRI raih 11 penghargaan Finance Awards 2024. Langsung klik halaman berikutnya
(ash/hns)