Silmy Karim, Nakhoda Baru yang Ditugasi Rini 'Obati' Krakatau Steel

Wawancara Dirut Krakatau Steel

Silmy Karim, Nakhoda Baru yang Ditugasi Rini 'Obati' Krakatau Steel

Ardan Adhi Chandra - detikFinance
Jumat, 14 Sep 2018 07:44 WIB
Silmy Karim, Nakhoda Baru yang Ditugasi Rini Obati Krakatau Steel
Foto: Krakatau Steel (istimewa)
Kalau sekarang di KS saat ini apa yang dilakukan?Saya paralel aja antara menyerap dan aksi itu paralel. paling tidak semakin banyak yang saya serap semakin banyak informasi yang saya perlukan untuk mengambil suatu keputusan. Ada beberapa hal yang harus saya laksanakan dalam empat bulan ke depan, salah satunya sudah saya susun A, B, C, Dnya.

Contohnya apa aja?
Misalnya investasi harus selesai tahun ini.

Investasi apa?
Ini penyelesaian pabrik supaya bisa beroperasi tahun ini, udah mundur kan jadi saya.

Perluasan pabrik?
Ada salah satu fasilitas produksi yang memang itu akan mensupport produksinya KS.

Fasilitas ini selesai produksi baja bisa bertambah?
Satu bisa nambah, kemudian bisa lebih efisien. Ada dua investasi, satu adalah yang bisa mengefisienkan sekaligus menambah kapasitas, terus satu lagi yang memang menambah kapasitas. Besarnya KS yang muungkin dalam delapan bulan ini dua-duanya harus jadi. Dua-duanya di Cilegon. Satu kita targetkan Desember, yang satu lagi kita targetkan April-Mei 2019.

Efisiensi yang tahun ini. Ini udah project lama cuma belum jadi-jadi, kita harus segera. Terus ada beberapa hal yang lain yang perlu dilakukan. Kalau bicara baja itu kan di manapun negara memberikan suatu mungkin kalau dibilang proteksi terlalu manja, tapi ada suatu upaya untuk menjaga eksistensi daripada industri baja di setiap negara, biasanya pemerintah concern.

Seperti Amerika Serikat (AS)?
Ya saya nggak tepat kalau ngomongin negara lain, di setiap negara pasti Korea, China, Jepang, Amerika pasti dia akan ada kepentingan menjaga kelangsungan daripada industri itu karena ambil contoh.

Kenapa baja strategis? Seandainya perang kira-kira buat armored vehicle dan alat lapis baja, senjata segala macam itu kan awalnya dari industri bajanya. Kalau industri bajanya nggak diproteksi terus mau impor.

Kaya misalnya gini, pembangunan butuh baja, kalau baja harus impor, bukan hanya kualitas, supplynya, kecepatannya, efisiensinya. Jadi memang perlu ada suatu upaya dari pemerintah untuk menjaga kelangsungan industri baja, dan bukan hanya untuk KS, untuk industri baja secara umum.

Industri baja itu jangan diadu misalnya dengan impor. Impor itu kan bisa jauh lebih murah dan mungkin juga disubsidi dan mungkin juga karena hal-hal lain kalau kita hanya mendasari kepada hanya harga, itu nanti pada in long run jangka panjang itu akan sangat merugikan kita karena kita tergantung dengan negara lain.

Sehingga yang terbaik adalah menjaga kelangsungan. Kalau dibilang murah mahal itu kan relatif. Kalau KS itu kan kualitasnya terjamin, itu udah terkenal. Tanya di manapun perusahaan konstruksi atau developer kalau mau bagus kualitasnya pakai produk KS. Itu udah jaminan mutu.

Tantangan KS ke depan menjaga propduk KS tetap menjadi prioritas?
Bukan, itu bukan isu. Kalau kualitas sudah harus. Menjaga supaya bagaimana bersama-sama pemerintah kelangsungan daripada industri baja nasional itu bisa tetap iklimnya baik.

Paling nggak jadi orang yang dipercaya suatu hal yang sangat menyenangkan ya. Orang percaya sama kita kalau saya sangat mengapresiasi.

Tantangan KS ke depan?
Tantangannya bagaimana kita bisa memproduksi. Kita kan targetnya 10 juta ton KS grup. Insya Allah kita akan berusaha KS grup biar 10 juta dalam waktu mungkin 3-5 tahuun.

Sekarang berapa?
3 juta tapi mesti cek lah.

Produksi ada juga yang diekspor?
Ada yang diekspor. Kita ekspor. Kita tahun ini ekspor sekitar kurang lebih US$ 100 juta.

Ke mana aja?
Ada Australia, yang terbesar ke Malaysia, Selandia Baru.

Impor baja untuk bangun infrastruktur?
Baja nggak harus. Di sana ada pabrik juga. Ada yang bisa dipakai untuk industri mobil, ada yang bisa dipakai buat industri kaya developer properti.

Udah lama ekspor?
Ekspor dari dulu ada ekspor, cuma tahun ini agak besar.

Tahun depan?
Kita kalau bisa ekspor why not. Sekarang problemnya bukan kecukupan, tapi malah diserang. Kenapa luar negeri malah beli produk kita? Karena terkenal bagus mereka ga beli dari China malah kita yang beli. Kita sebanyak-banyaknya itu memang tidak mudah juga. Misalnya ada di sana yang atau di negara tujuan ekspor mereka fight harganya.

Hide Ads