Ide Cemerlang Pengusaha Belia Bikin Fashion Ramah Lingkungan

Wawancara Malinda Amalia

Ide Cemerlang Pengusaha Belia Bikin Fashion Ramah Lingkungan

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Rabu, 03 Apr 2019 08:19 WIB
Ide Cemerlang Pengusaha Belia Bikin Fashion Ramah Lingkungan
Foto: Malinda Amalia/Herdi Alif Alhikam
Linean itu apa?
Jadi aku bikin Linean ini sejak Januari 2017, brand kita ini kearah eco-friendly gitu, kita membawa apa yang namanya slow fashion movement gitu. Kayak kalau fast fashion movement gitu seperti H&M, Zara, dan lainnya itu kan pembuatannya tuh selalu kayak bikin terus tapa lihat sekitarnya, seperti limbahnya ataupun pekerjanya. Mereka bahkan pernah kasus seperti di Bangladesh, pekerjanya cuma dibayar Rp 1.000/hari, tapi bikin bajunya massif gitu.

Dari brand aku sendiri kita melihat sekali kasus seperti itu maka kita mencoba untuk berpindah menuju ke slow fashion movement, di mana kita pikirin mengenai limbahnya. Contoh bahannya kita bikin pakai serat tanaman rami, linen. Ke depannya pun kita akan kembangkan bahan ramah lingkungan lain, eco katun, dan bahan eco friendly lain.

Bukan hanya bahannnya aja, limbahnya pun kita tetap perhatikan, misalnya ada sisa bahan potongan gitu kita buat jadi aksesoris seperti tempat sedotan logam, kita bikin totebag, atau tempat make up. Jadi kita pikirin sekali limbahnya ini agar nggak cuma kebuang gitu aja.

Linen ini karakteristiknya bagus gitu, ketahanannya juara. Dari dulu bahkan zamannya Cleopatra di Mesir pun mereka pakai Linen, mumi pun diurapi pakai Linen. Karena ketahanan, anti bakteri, dan bisa menyesuaikan suhu juga. Jadi ada nilai yang kita angkat untuk product knowledge ke customer, kalau disini kita jual barang yang bagus buat customer tapi ramah lingkungan juga gitu. Kita pun dalam pewarnaan juga menggunakan warna alami, misalnya secang, tingih terus natural dying.

Jadi slow fashion movement ini mengubah pola pikir masyarakat di mana kita mau masyarakat berpikir berapa kali mereka harus belanja dan berapa kali harus pakai ini karena ini merubah lingkungan juga gitu, dan beberapa forum di luar negeri sudah kecam para fast fashion ini untuk lebih melihat lingkungan.

Contohnya ada peneliti bilang kalau di 2045 aja, butuh setidaknya empat bumi untuk menampung limbahnya para fast fashion itu, dan itu aja untuk Amerika aja. Itu dia concernnya para fashionpreneur mau shifting ke slow movement.

Kita pun sesuai dengan para pekerja kita gitu kan kita bayar dengan baik kita treat dengan baik, karena kalau pabrikan besar itu sering tidak melihat para pekerjanya, bahkan di Bangladesh sampai ada gedung yang runtuh cuma gara-gara pihak pabrikan nggak mengurusi para pekerja dan tempatnya gitu. Sampai ada yang sakit dan meninggal juga lho.

Pernah menang kompetisi BUMN, boleh diceritakan?
Iya jadi kita ikut namanya kompetisi wirausaha mandiri gitu, applicantnya 16 ribu orang, kemudian diseleksi sekitar 66 orang dan diseleksi lagi sampai ada pemenangnya. Alhamdullilah si Linean ini menang juara satu, lalu di sana aku sempet dikarantina gitu dengan Kementerian BUMN dan Bank Mandiri, kita dikasih knowledge mengenai bisnis dan sempet dipertemukan dengan beberapa pengusaha muda sukses juga kita. Itu tahun lalu akhir tahun 2018 sekitar September, waktu itu Linean udah mau jalan setahun.

Kenapa berpikir bikin slow fashion movement ini?
Karena memang beranjak dari lingkungan aku sih, banyak nih yang ajak pakai barang yang ramah lingkungan dong kurangi plastik, jangan pakai sedotan, dan sebagainya. Terus ada juga temen yang mikir kayak bikin bisnis bareng yuk, dia itu fashion designer dan aku basicnya IT dan Statistik, yaudah kita kolaborasi, dia urusan creative directornya aku lebih ke part bisnis.

Karena kita interest sama hal-hal eco friendly, kita nggak mau egois sama bumi dan mau pikirin untuk manfaatkan seoptimal apapun meski limbah sekalipun makanya kita coba pikirkan bahan apa ya yang bisa dukung eco friendly gitu? Terus kami ketemu sama salah satu temen yang bergerak di fashion consulting dan dia tawarin pakai bahan Linen. Alhamdullilah setelah menjajaki wirausaha muda kami pun dapat investor disana, nah dari situ bikin kita berkembang deh.

Dalam berbisnis kita itu mau menjadi penjawab masalah sosial, misalnya Gojek Grab dia kan memecahkan masalah sosial di masyarakat kayak macet-macetan pengen cepet mereka bikin ojek online, even Nadim Makarim juga dia maunya disebut sebagai sosiopreneur kan bukan entrepreneur. Nah kita concernnya ke sana, kita mau jadi problem solver gitu di masyarakat, nah masalahnya itu dia kita bisa menjaga bumi dan tidak egois sama lingkungan.

Oh ternyata fashion itu nggak melulu yang di produksi terus, fashion tuh bukan yang orang beli cuma karena suka, fashion dibeli tuh ternyata karena ada meaningnya gitu ada product knowledgenya di dalamnya, bahwa ini tuh baju mereka bisa mau dikemanain atau mau diapain sama baju ini. Gimana caranya kita berikan product knowledge ke pasar agar mereka nggak cuma beli aja tapi mencintai isi produknya.

Hide Ads