Orang Terkaya RI Bicara soal PR Jokowi hingga Hobi Bagi-bagi Duit

Wawancara Khusus Tahir

Orang Terkaya RI Bicara soal PR Jokowi hingga Hobi Bagi-bagi Duit

Ardan Adhi Chandra - detikFinance
Senin, 07 Okt 2019 06:34 WIB
Orang Terkaya RI Bicara soal PR Jokowi hingga Hobi Bagi-bagi Duit
Foto: Ardan Adhi Candra

Kondisi ekonomi Indonesia sekarang ini terpengaruh juga dengan global. Kalau pandangan bapak mengenai kondisi ekonomi Indonesia sendiri saat ini seperti apa?
Jadi bahwa mau tidak mau American- China trade war pasti membawa dampak yaitu untuk Indonesia dan negara yang lain. Tetapi, ada suatu kesempatan yaitu di China ini terjadi relokasi. Nah, kelihatannya kita punya pejabat ini ndak tahu nggak membaca atau kurang sigap. Padahal round pertama dua tahun yang lalu itu China sudah kehilangan 10 juta manusia punya employment dan itu ternyata yang mendapatkan keuntungan terbesar Vietnam, karena Vietnam yang paling sigap dia membaca, eh ada kesempatan ini. Thailand dapat sedikit, Kamboja dapat sedikit tapi terbanyak Vietnam.

Nah sekarang Vietnam itu dia punya biaya produksi per worker buruhnya sama Indonesia itu sama, kurang lebih basic salary-nya kira-kira Rp 1,5 juta per bulan, basic-nya ya. Kita Jawa Tengah Rp 1 juta basic ya, plus-plus. Ya kita ini menurut saya kurang sigap ya. Ini satu kesempatan menurut saya golden opportunity gitu loh, ini pertama.

Kedua, lebih besar lagi bukan 10 juta malahan dan ekonomi China untuk mempertahankan growth 6% sudah berat menurut dugaan Amerika bisa mendekati 5%. Ini menurut saya artinya pasti relokasi pabrik banyak yang ke luar karena kena tax. Nah kita bapak Presiden juga sudah meihat situasi ini waktu 3-4 tahun lalu subsidi kita dihilangkan, kita tidak mau dibebankan subsidi dan uang dipindahkan ke infrastruktur, belum tentu produktif, tapi infrastruktur.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kita ketahui bahwa infrastruktur ini adalah suatu jangka panjang. Dan kebetulan infrastruktur itu dibuat di luar Jawa, apakah itu dam, apakah itu jalan tol, apakah itu pelabuhan atau itu perbaikan landing land, airport. Nah, ini dampaknya ke Jawa itu nggak terlalu banyak. Saya mau ingatkan, kita bukan Jawa sentris tapi adalah faktanya 60-70% penduduk ada di Jawa.

Jadi, dan kita punya aktivitas ekonomi seluruh Indonesia 70% ada di Jakarta luar biasa nggak coba, maka itu Jawa ini bukan karena ada orang Jawanya, bukan. Memang ekonomi Jawa perlu diperhatikan karena dia akan dampak seluruh Indonesia. Ini lah sedikit adjustment.

Selanjutnya bagaimana pak?
Kedua, stimulus ekonomi itu bagus, udah dipelajari namun ada suatu hal yang perlu diperhatikan oleh pejabat pemerintah itu adalah kita sudah 20 tahun ini real sector kurang digalakkan. Menurut saya sebagai seorang belajar ekonomi bahwa menata ekonomi ada tiga faktor ada menggunakan moneter, yaitu naiknya bunga, suku bunga dan kendornya kredit maupun pengetatan kredit. Jaman dulu mafia Barclays sedikit-sedikit senang pengetatan liquidity. Nah, ini moneter.

Lalu ada namanya fiskal, yaitu tax holiday, income tax diturunkan, tax amnesty. Tapi real sector ini selama 20 tahun ini ternyata kurang diperhatikan.

Apa saja sektor riil yang dimaksud?
Sekarang saya memberikan contoh yang paling gampang dimengerti, ada sawah satu hektare, satu hektare menghasilkan sembilan ton beras padi. Saya kasih stimulus, pak saya kasih stimulus deh. Ini mau kerja 24 jam ya nggak bisa meningkatkan produksi karena produksi sudah maksimum, tanpa stimulus juga demikian dengan stimulus ya masih demikian. Stimulus tidak efektif. Yang namanya real sector itu harusnya, mencetak sawah lagi satu hektare.

Lalu pabrikan, biasanya menurut Amerika punya catatan suatu revolusi industri itu 20 tahun. Nah kita punya pabrik baja, tekstil gulanya kita itu gula 60-70 tahun. Udah nggak efisien, high cost economy. Tekstil juga yang menyerap begitu banyak tenaga kerja tidak ada perubahan pabrik kita poliester, pabrik spinning masih yang lama-lama 30-40 tahun. Demikian juga pabrik besi baja. Nggak ada pabrik besi baru selama 20 tahun ini mendirikan. Ada yang giant, yang giant itu added value bagus tapi tidak membawa dampak untuk employee. Karena kita ada 2,8 juta new forces masuk ke market ini lah menurut saya perlu diperhatikan real sector ini perlu digalakkan.

Caranya bagaimana pak?
Cara galakkannya gini, kalau dulu di Amerika ya orang bisa menjadi PR atau masuk menjadi citizen dia kasih investasi di federal tapi investasinya gini you tiap invest US$ 50.000 bisa menghasilkan berapa orang Amerika. lalau kalau US$ 100.000 bisa pakai hire berapa orang Amerika.

Nah itu harus dikasih stimulus supaya orang mau invest, domestik mau invest, foreign juga mau invest. Jadi stimulus kena sasaran. Sekarang banyak stimulus ekspor padahal produksi kita sudah maksimum, kelapa sawit maksimum malahan dapat ada hambatan-hambatan banned Eropa malahan stimulusnya tidak efektif. Ini problem menyangkut effectiveness.

Jadi real sector harus digalakkan, stimulus adalah untuk bagaimana anda memperluas kapasitas membuat pabrik baru kita kasih stimulus, khususnya kalau misalnya pabrik itu padat karya bisa menghasilkan banyak pekerja atau pabrik orientasi ke ekspor. Ini lah maksud saya stimulusnya terarah.

Hal-hal tersebut sudah cukup untuk mendongkrak ekonomi Indonesia?
Satu lagi yang penting, adalah ini investasi masuk ke Indonesia, kita adakan reformasi BKPM menurut saya tidak efektif juga karena sulitnya bukan di BKPM, kesulitan waktu investor ke daerah.

Perizinan di daerahnya belum sinkron?
Bukan hanya perizinannya, mentalitasnya kita punya pejabat di lokal, lalu belum lagi ketemu-ketemu ya ada putra daerahnya ada kekuatan daerah dan lain-lain ini yang mempersulit investasi kita. Maka itu alangkah baiknya kalau bapak presiden bisa mendirikan suatu namanya departemen khusus mengawal investasi.

Jadi investasi dikawal supaya bagaimana caranya dolar menjadi rupiah. Kalau sampai jadi rupiah lho, kalau belum jadi, belum investasi. Padahal minat investasi Indonesia itu lebih kuat dari India. Jadi dari negara utara itu maunya Indonesia dulu baru India. Kita bayangkan, Indonesia begitu kayanya misalnya sekarang bicara perikanan kelautan.

Padahal the largest archipelago country itu kan di Indonesia, harusnya industri yang berkaitan itu misalnya buat pelabuhan, kapal kecil shipping company, buat cold storage dan buat feri, lapangan terbang, ini semuanya yang berkaitan dengan integrated mengenai kepulauan ini perlu digalakkan.

Kita sebenarnya nggak usah takut asing mau masuk menangkap ikan, hanya diatur aja seperti Pertamina, bagi hasil. You boleh menangkap ikan di zona ekonomi kita, tapi 80% harus diserahkan ke darat. Ke darat ini terserah, harus bikin. nilai tambah, perkalengan. Ini yang menurut saya, yang kurang digalakkan yang saya sayangkan selama lima tahun Bu Susi (Pudjiastuti, Menteri Kelautan dan Perikanan) kerja selain prestasi nenggelemin kapal ya, nelayan juga masih belum sejahtera, belum signifikan. padahal gusti Allah memberikan satu harta karun kita di lautan. Kalau ini mengolah bagus ya, itu sangat membantu ekonomi Indonesia.

Sektor apalagi yang harus digalakkan?
Tourism, pariwisata ini unique requirement yaitu culture. Ada daerah-daerah tertentu yang nggak terlalu welcome dengan turis, ini culture. Saya ke Maldives, saya kasih tips US$ 100 ke waiter-nya, ngomong terima kasih saja nggak. Tapi kalau you ke Bali, kasih Rp 100.000 ke orang Bali, aduh terima kasih pak, terima kasih. Ini culture dan ini nggak bisa dicetak sudah bawaannya.

Maka itu, culture ini kita ciptakan 10 ini bagus secara grand plan-nya, tapi dalam realisasinya belum tentu mudah. Menurut saya cari fokus beberapa daerah, Manado, Bromo, Borobudur, daerah-daerah ini. Misalnya Raja Ampat bagus, Labuan Bajo ini daripada Mandalika itu kita pernah ketemu dirutnya sekarang kita punya izin MotoGP. Saya ingatkan pak dirutnya, pak dirut mohon maaf ya, saya juga termasuk orang senang balapan.

Itu F1 aja itu di seluruh dunia itu rugi kalau nggak didukung pemerintahnya, Singapura sudah tutup. Malaysia sudah tutup. Singapura tiap tahun itu pemerintahnya keluar uang ratusan juta Singapore dolar untuk dukung F1 karena Singapura global city dia perlu promotion. Bukan hanya hari itu F1 selesai, dia ada rembetannya.

Saya ndak mellihat ada orang mau lihat balapan motor ke Mandalika. Menurut saya rationality saya nggak masuk. jangan bilang itu, bikin di Jakarta, Sentul itu sudah terbukti ndak sukses. Dulu juga mau F2 F3 ndak sukses ndak gampang. F1 itu semua perusahaan rugi, tidak pernah ditangani oleh swasta.

Di China di Shanghai, China duitnya banyak dia support lah bikin Disneyland terbesar, F1 itu hanya meramaikan ke Shanghai, tapi jangan lupa kota Shanghai didukung bukan karena F1-nya, ada lima industri, satu dia pusat keuangan, satu dia pusat perkapalan, heavy industry, pabrik baja terbesar itu di daerah sana itu. jadi dia ada beberapa faktor industri yang mendukung Shanghainya itu. Flamboyannya itu adalah Disneyland ada F1-nya, tapi basic-nya itu pabrik steel, pabirk kapal, pekabuhan, financial center, itu basicnya.

Menurut saya hal ini lah yang perlu dilihat. Saya kira kita mungkin bagus di dalam bagaimana mengamankan bagus, tapi grand plan mengenai bagaimana makroekonominya mungkin kita kurang.

Masih ada lagi pak?
Ketiga pengolahan kembali sumber daya alam (SDA). Jadi dari mulai emas, perak, timah, temabaga, nikel, batu bara, bauksit, biji besi, aluminium, timah, perlu penataan kembali secara komprehensif. Jangan sepotong, saya hari ini benahi batu bara dulu tahun depan ini, harus ditata kembali.

Mana yang perlu dikenakan pajak, mana yang perlu didorong, mana downstream-nya ini semua penataan kembali. Ini kekayaan yang luar biasa, di dunia jarang yang kaya seperti Indonesia semua ada. Hanya menterinya menurut saya harus lihat secara keseluruhan.

Yang paling ironis adalah batu bara mencapai titik yang tertinggi jaman SBY. Waktu itu tidak dikenakan pajak, eh setelah pak Jokowi dapat harga jatuh, mau dipajakin ya bagaimana mereka sudah babak belur. hal-hal begini ini sinergi strateginya yang kurang tepat.

Tidak ada siapa yang salah, saya mengajak melihat cara mengolahnya itu tourism. Nah, keempat ini yang terpenting bagaimana menciptakan nilai tambah pada BUMN padahal ini UUD mengatakan kekayaan ada di negara melalui BUMN.

Saya pernah cerita bahwa semua pengusaha keturunan ini digabung uangnya suruh beli Pertamina nggak mampu. Tetapi masalahnya Pertamina sendiri ngolahnya kurang. Malaysia minyaknya sedikit, untungnya Petronas lebih gede dari Pertamina.

Hal itu lah yang menurut saya bagaimana yang nggak pas. Saya bicara logic aja Petronas tidak menghasilkan minyak, sedikit lah, Pertamina menghasilkan kok Pertamina kok untungnya bisa, kadang bisa rugi lagi kok kalah sama Petronasnya. Ini what's wrong with that.

Kita harapkan pada lima tahun pak Jokowi ini, ini semua menjadi prioritas.

Sumber daya manusia (SDM). Kita kan melihat Almarhum pak Habibie mengirim orang untuk belajar teknologi. Ini adalah suatu teladan yang luar biasa maka itu kita di wali amanat Gadjah Mada mendirikan namanya Leadership Entrepreneur School, belum ada ini, baru mau dari UGM. ini leadership perlu karena ingin memproduce manusia-manusia yang unggul di masa depan 20 tahun ini. Caranya melalui pendidikan, nggak ada cara lain.

Ini jaman pak Harto saya ketemu menterinya, pak Marlin, saya bilang pak Marlin, tahun 1990 ini, saya bilang China ini sekarang adakan deregulasi, hati-hati loh. Mereka sekarang dengan deregulasi mereka mau promosikan China itu.

Pak Marlin jawabannya, pak Tahir jangan takut. Kita punya kekuatan, satu kita foreign exchange bebas, kedua stability politik, ketiga punya buruh murah. Ini yang ditekankan terus, padahal menurut saya adalah salah kalau jual buruh murah, itu namanya perbudakan, kita harusnya jual buruh skill.

Turis misalnya, Thailand kecil dia terjadi transformasi, dia bicara shopping, healthcare, OEM sparepart. Ini what's wrong dengan kita, apa ini wrong-nya padahal Thailand apa. Dulu kita kenal sex industry sekarang dia reformasi menjadi sesuatu shopping, kemudian mau berobat pertulangan dan jantung bagus, ketiga jadi basic OEM banyak dibikin di Thailand.

Sekarang kita kan makanan kecil banyak, tapi Thailand ada namanya Or Tor Kor itu pasar khusus jual makanan. Kita kok nggak ada, ini ndak tahu salah di mana ini padahal makanan kecil bagus kita. Indonesia restoran berapa hal ya nasi goreng, lodeh, sayur asem, ada sesuatu menurut saya missing link.

Menurut saya harusnya menteri yang akan datang satu bulan pertama bikin grand plan apa saja yang mau dikerjain, targetnya apa. Jangan menjadi tukang pemadam kebakaran, artinya ada masalah diselesaikan, ini ada lagi padamin. Jadi tiap hari disibukkan memadami tapi tidak bisa create suatu inovasi, kreatif ekonomi kita nggak ada. Jadi kita tidak ada waktu lagi bikin inovasi kita, next 20 years bagaimana.

BUMN create value. Tahun 1960 China penduduknya 400 juta orang makannya apa? Kulit pohon. Miskinnya sampai begitu. Kulit pohon dimasak sama air dimakan. Tahun 1960 400 juta penduduk. Sekarang 1,4 miliar penduduk dan semua makannya kenyang. Ini lah namanya value added, negara sama tetap China, hampir empat kali rakyatnya makmur.

Lanjut ke halaman berikutnya

Hide Ads