Orang Terkaya RI Bicara soal PR Jokowi hingga Hobi Bagi-bagi Duit

Wawancara Khusus Tahir

Orang Terkaya RI Bicara soal PR Jokowi hingga Hobi Bagi-bagi Duit

Ardan Adhi Chandra - detikFinance
Senin, 07 Okt 2019 06:34 WIB
3.

PR Jokowi dan Hobi Bagi-bagi Duit

Orang Terkaya RI Bicara soal PR Jokowi hingga Hobi Bagi-bagi Duit
Foto: Ardan Adhi Chandra/detikFinance

PR pemerintah ini bisa meredam ancaman resesi atau ada strategi lain lagi?
Kita harus tahu resesi itu sebabnya apa dulu, kenapa terjadi. Tahun 1997, George Soros melihat bahwa currency di regional ini tidak sesuai dengan dia punya GDP, over value dia gebuk. Sebelum dia gebuk ASEAN, dia gebuk dulu Inggris, Bank of England dihantam kena 1 miliar poundsterling, eh dia rasa enak nih mulai lihat negara Thailand, Korea, Indonesia. Waktu itu dengan orde baru ini para ekonom kita yang disebut Berkeley Mafia terbuai, kenapa? Growthnya tinggi, 8-9%. Padahal sejak tahun 1990 sudah ada tanda-tanda negatif, foreign direct investment mulai mengecil, ekspor menurun, ini tidak dilihat, wah saya ada growth 8-9% senang, terlena. Padahal 1990 sudah ada tanda-tandanya foreign direct investment turun, inflasi naik, lalu ekspor turun. Ini tidak dibaca. Jadi itu tidak dibaca sehingga FDI rendah lalu inflasi naik dan ekspor turun. Growth itu menurut ekonom ada yang relatif, yang penting isi growth apa, kalau 9% dan isiinya konsumtif itu babak belur, tinggal meledaknya.

Pak Jokowi begitu inpower beliau telah mengejar beberapa hal, satu subsidi dihilangkan, kedua efisiensi dwelling time diefisienkan, reformasi BKPM dan lain-lainnya, ketiga dia mengejar keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia maka dia didirikan di Papua out of Jawa, Sumatera tol, Kalimantan bikin dam, Sulawesi bikin dam lalu Papua. Ini bagus mengisi growth. China tahun 2008 begitu terjadi krisis China mengeluarkan 4 triliun renmimbi untuk infrastruktur bikin 20 ribu km speed railway, yang untung 6% Beijing dan Shanghai. Tetapi dengan adanya infrastruktur ini ekonominya. Ini contoh terbaik. Kita bisa belajar.

Menurut saya, untuk lima tahun akan datang, tourism, kelautan, SDM, BUMN, penataan kembali SDA ini lima bisa dijalankan sudah luar biasa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bisa meredam resesi juga?
Bisa

Ancaman resesi di luar negeri lebih terasa dan orang-orang kaya di sana mulai tarik uang tunai, itu bagaimana?
Kita lihat dari faktualnya saya tidak mau analisa ilusi. Likuiditas perbankan di Indonesia sekarang longgar, Bank Mayapadasecond reserve yang ditentukan BI 10% kita sudah 17%, likuiditas terjadi. Hanya sekarang bagaimana likuiditas menjadi multiplier effect itu yang penting. Kalau misalnya bikin cuma di satu tempat lalu di lingkungan terlalu high tech kadang nggak punya dampak multiplier effect.

Kita perlu tahu kondisi negara kita, kita perlu teknologi, perlu, tapi jangan lupa kita ada 2,8 juta buruh tiap tahun yang masuk ke market. Padat karya industri perlu digalakkan. Lalu mengindustrikan agriculture. Pertama agriculture, kedua industri, ketiga service industry, tapi janga hanya dicopy, itu Amerika berjalan, China berjalan tapi belum tentu di Indonesia berjalan karena kita masih agriculture country banyak penduduk kita masih petani, petambak, perkebunan. Ini masih mendominasi 60-70% penduduk Indonesia. Ini yang perlu dilihat. Teknologi cuma nyerap berapa orang aja, nggak banyak. Betul perlu teknologi perlu orang jadi pintar, tapi jangan lupa kita punya konstruksi demografi kita pekerjaan kita buruh, petani, nelayan, petambak itu besar. Ini yang menurut saya perlu disoroti. Karena kita SDA terlalu kaya, jadi kita bisa stand for the crisis.

Disertasi saya itu, 1997-1998 informal institusi mempengaruhi formal institusi. Informal ada budaya korupsi, nepotisme mempengaruhi formal. Bank Indonesia (BI) tidak bisa independen, sekarang BI independen berarti tidak usah ada dewan moneter ngatur semua termasuk bapak presiden ikut ngatur kok waktu itu menentukan bunga aja. Sekarang sudah independen ada pemisahan, BI bikin policy, PJK realisasinya which is very very good.

Ancaman resesi ke Indonesia tipis?
Saya lihat tipis.

Soal filantropi, kenapa memilih jalan ini daripada membesarkan usaha sendiri?
Jadi begini, ada berapa background yang menyebabkan hal ini. Orang tua saya itu kan cuma kerjanya menyewakan becak. Jadi saya dari kecil itu lahir dan dibesarkan oleh setoran daripada abang becak. Itu kan cukup nggak mampu itu, khususnya pribadi itu minder ya sangat dalam sekolah sampai nikah kenal keluarga besar Mochtar Riady lebih minder lagi.

Itu sangat dalam pukulan atau terukir dalam diri saya manusia ini Tahir menjadi faktor penting sehingga ada perasaan, orang kan attitude gini, kalau ada serangan dua hal, you jadikan sebagai motor fight lebih maju atau tenggelam karena serangan itu. Saya punya sikap yang positif saya anggap bahwa semua serangan itu saya terima memang pedih dan sangat menyakitkan tapi saya ada suatu motor yang menggerakkan saya bisa lebih maju lagi.

Kedua, kita ini logika konsep logika hari ini Tahir menjadi ada sedikit kesuksesan, kan kesuksesan itu tidak bisa dipisahkan dari mana ia dapatnya, yaitu dari Indonesia. DIa warga negara Indonesia, lahir di Indonesia, dia orang Indonesia dan kalau tanpa Indonesia, tadi saya bicara sama anak saya kalau kita lahir di Syria itu nasib kita. Apapun kemampuannya nasib kita itu. Kalau you tinggal di Libya itu nasib you, kalau Sudan perang saudara nggak selesai sampai hari ini ya nasibmu itu, you mungkin jadi refugee.

Kita bersyukur kita lahir di Indonesia, aman membuat kita bisa usaha lebih baik dan bisa hari ini mempunyai hasil. Jadi give it back, mengembalikan itu adalah sebuah konsekuensi sebuah logika bukan hal yang menyulitkan, bukan hal yang aneh, bukan hal yang perlu dibanggakan.

It's so simple take it from society and give it back to society. Itu sebenarnya logika, simple aja.

Kalau ada orang yang untung dari Indonesia yang nggak mau keluarkan itu bagi saya yang justru nggak simple. Saya nggak tahu apa yang di benak pikiran dia itu saya nggak bisa ngerti. Saya bicara yang orang normal aja, rasional aja, logika aja. Kita kan orang pengusaha itu logical yang kuat. Kita belajar ilmu pasti, namanya ilmu sudah pasti jadi itu lah logical.

Ketiga, pasti ada pendidikan orang tua kita. Dia ngajarin kita apa? Ngajarin kita suruh nyuri, ngempllang duitnya pemerintah itu kebetulan orang tua saya ayah dan ibu tidak ngajari saya itu, ngajarin saya supaya kerja keras. You harus bisa satu hari melebihi papa mama you, saya sebagai orang tua saya kerja keras berharap anak saya tidak lagi seperti saya. Kesaksian-kesaksian itu mempengaruhi.

Manusia adalah kontainer. Dari kecil isi apa? Kalau isi kejujuran, ketulusan, kerja keras pasti suatu hari bersinar. Tapi kalau isi tipu muslihat, pencuri, nakal, apa semua pasti tidak akan terang, akan padam. That's is simple.

Dengan berbagi nggak takut habis uangnya?
Ini menarik. Saya kok belum pernah lihat orang kerja sosial bangkrut. Saya tuh lihat dengan mata sendiri konglomerat terkuat namanya Bank of America, Merrill Lynch, Lehman Brothers yang lebih dari 100 tahun dan manajemennya sudah profesional mungkin lulusan Harvard lulusan apapun dan tinggal di Amerika yang sistem hukumnya begitu kuat, jatuh. Tapi kok nggak pernah dengar ya kaya Bill Gates itu ya, Bill Gates itu telah menyumbang, sudah menyumbang US$ 33 miliar masih orang terkaya nah itu logikanya dari mana.

Menurut saya kalau kita sebagai orang beragama, saya tidak setuju dengan sebagian pendeta mengajari you harus banyak nyumbang nanti Tuhan berkati you 10 kali. Itu saya nggak percaya, jujur saya nggak percaya. Jadi saya nyumbang nanti saya pulang di bawahnya ada uang, saya kok nggak percaya.

Yang saya percaya, ada balasannya, tapi balasannya tidak harus uang. Misalnya keluarga harmonis, anak kita tidak nyandu, kesehatan, punya ibadah yang baik. Itu adalah sudah barokah. Menurut saya berkat.

Kalau hari ini saya bisa ke satu tempat di mana orang susah di sana, lalu saya melakukan kebaikan itu yang pertama yang diberkati saya dulu, bukan orang itu. Orang itu nanti dia dapat liburan, bantuan orang itu juga diberkati. Saya yakin saya kok dipakai, kok saya yang dikasih kesempatan, kok nggak orang lain.

bahwa di hidup ini ada hal yang kita tidak bisa pilih, lahir di Solo, lahir di Surabaya, kapan dan tanggal berapa dan pagi atau sore malam itu sudah takdir. You adalah keturunan orang Jawa, saya adalah keturunan orang Tionghoa itu saya nggak bisa milih. Jadi saya jangan disalahin dong, eh China itu bukan saya memilih, saya lahirnya demikian, saya kalau bisa jadi anaknya Bill Gates, nggak bisa.

Namun, dalam hidup ada yang bisa milih, yaitu mau pilih jadi baik atau buruk dan saya jatuhkan pilihan itu. Saya memilih untuk menjadi baik dan saya konsisten.

(ara/ang)
Hide Ads