Edhy Prabowo Siap Revisi Kebijakan Susi Meski Kena Bully

Wawancara Khusus Menteri KKP

Edhy Prabowo Siap Revisi Kebijakan Susi Meski Kena Bully

Vadhia Lidyana - detikFinance
Senin, 13 Jan 2020 17:48 WIB
Foto: Agus Dwi Nugroho / 20detik


Pak Edhy sebelumnya di DPR, Komisi IV yang mitra kerjanya KKP. Dan Pak Edhy posisinya di partai oposisi. Apakah yang disampaikan sekarang sudah disampaikan sebelumnya kritik-kritik itu?
Sudah semua. Itu bahkan jadi kesimpulan rapat. Kalau saya mau tangan bersih, saya tinggal jalankan kesimpulan rapat 5 tahun lalu. Semua saya jalankan. Dari alat tangkap, dari ukuran kapal, ada semua. Termasuk koral. Tapi kan tidak. Kita harus bangun komunikasi yang cerdas, jangan emosional.

Wong saya tanya tentang lobster, 'sudah itu alam saja. Biarkan alam, dari pada kita kasih makan, menghabiskan energi, bla bla bla'. Loh itu saksinya banyak kok. Ada rekamannya bila perlu. Ada kok. Kan saya yang memimpin rapat. Saya ketua komisi. Dan saya nggak pernah menutupi ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saya nggak bermaksud menyerang, saya hanya bicara faktanya. Nyatanya kan saya yang diserang, saya yang dibully. Tapi saya nggak masalah. Belum tentu yang bully itu orang, bisa saja mesin. Maaf ya, kalau dia orang, datang dong ke sini. Kasih tahu ke kantor saya, saya terbuka. Datang ke rumah saya. Kasih tahu kenapa keberatan dengan kebijakan yang saya ambil? Wong kebijakannya belum dirilis.

Apa saya salah melakukan inisiatif? Kalau saya salah kasih tahu dong. Kantor saya ada, tim ada. Dan saya nggak pernah menutup diri. Jadi apa? Masalah penenggelaman kapal? Mau kita blak-blakan soal penenggelaman kapal? Apa? Satgas? Satgas ada kok. Saya tinggal pilih orang untuk memperbaiki Satgas.

Penyempurnaan organisasi? Saya nggak maksud menceritakan kejelekkan orang. Memang faktanya ada 151 jabatan kosong. Baru saya selesaikan, belum lama. 151 jabatan kosong saya isi semua. Banyak juga yang menyalahkan. Sudah yang penting isi dulu. Karena organisasi itu kalau kosong timpang, nggak bisa kerja optimal. Jangan harap lari kencang.

Ibaratkan jari kaki kita cantengan, larinya juga pincang. Apalagi organisasi dengan 150 orang kosong. Ini rasional saya. Saya bukan orang pintar, makanya saya masih terus sekolah, masih terus belajar. Kalau orang pintar kan nggak perlu sekolah lagi. Kalau saya kan begitu.

Soal China menjadi ironi, China mencuri ikan di perairan kita, tapi kita mengimpor ikan dari China. Sampai 40% ikan beku?

Sampai 40% saya nggak tahu ya. Tapi kita mengimpor ikan ada. Tak hanya dari China. Salmon itu kan kita nggak punya salmon. Dari mana saja itu. Makarel kan kita nggak punya. Beberapa ikan yang dipakai untuk bahan industri, tapi produksi kita hanya sedikit, terpaksa kita harus memenuhi kebutuhan industri.

Kita nggak boleh juga tutup mata dengan pertumbuhan industri yang ada. Jadi saya pikir bukan itu masalahnya. Yang jelas kalau pun kita mengimpor dari China, China juga siap kok menerima ekspor dari kita. Itu komitmen. Dan komitmen itu kan juga harus ditunjukkan seperti apa.

Mereka sudah berapa kali mengirim pengusaha-pengusahanya ketemu, dan mereka sangat siap. Mereka tak akan terjun di penangkapan, mereka minta peluang. Semua industri hasil tangkap siap mereka terima, dan mereka siap membangun industri turunannya di Indonesia. Dan mereka siap membantu banyak. Ini kan harus kita buktikan.

Dan kemarin juga saya dengar Dubes China sudah bicara di media, mereka mengakui hubungan dengan kita baik. Tapi sebagai sahabat ada salah persepsi biasa kan. Ya mereka yakin bisa laksanakan. Kita juga sebaliknya yakin.

Saya kok menilai kita nggak usah terpancing jauh. Kalau dihitung, ya hitung rapi saja berapa kerugian. Kan kita nggak melihat juga. Kayak kemarin kapal-kapal Vietnam yang kita tangkap saja kan dia nggak ada ikan yang luar biasa banyak di situ.

Dan saya yakin akan terus banyak, walaupun ditangkap mereka akan lakukan lagi.

Investasi China akan ditempatkan di mana?
Di industri. Termasuk industri kapal, karena industri kapal kita kan nggak terlalu banyak, masih belum banyak mungkin ya. Tapi industri pengolahan, industri turunan lainnya akan kita buka.

Dan sebetulnya sebelumnya sudah banyak juga. China, Jepang, Korea, India juga sudah masuk. Termasuk di budi daya, ini akan kita buka juga. Sekarang China sudah masuk di budi daya Lingga di Kepulauan Riau. Sudah masuk, sudah melakukan. Dan banyak tempat di Indonesia yang saya sangat yakin pertumbuhan di sektor budi daya, termasuk udang yang Pak Jokowi, Pak Presiden memerintahkan saya fokus, nggak usah banyak-banyak. Satu yang penting benar.

Karena beliau kan saya laporkan budi daya udang kita belum efisien. Karena masyarakat kita 1 hektare (Ha) itu hanya menghasilkan 1 ton per tahun. Padahal kalau intensif itu bisa sampai 50 ton per tahun. Jadi kalau masyarakat kita tingkatkan 5 ton saja kan sudah 400% peningkatan.

Sementara tambak di Indonesia sudah sampai 600.000. Itu 300.000-nya udah. Ini kan kalau optimal penuh, kalau sampai 1 ton peningkatan jadi 5 ton itu kan 400%. Kalau 100.000 Ha, jadi 500.000 Ha, sudah meningkat berapa dari yang ada saat ini.

Jadi saya pikir banyak sekali peluang. Tentunya tidak mudah. Kemarin saya ke daerah Mempawah, Kalimantan Barat. Sebelahnya juga tempat budi daya ikan arwana. Mereka juga punya lahan yang luas sekali. 70 kali dari luas kota Pontianak yang luasnya 10.000 Ha. Jadi 700.000 Ha.

Arwana itu ekspor. Tapi tak hanya arwana, bisa juga tambaknya. Tadi pagi juga saya menemui Bupati Pidi, garam di sana mereka minta industri garam karena lumayan tinggi harganya. Bahkan mereka minta dibuat pelabuhan pendaratan ikan.

Jadi setiap daerah, setiap kesempatan mereka datang saya selalu terima. Saya ingin dibangun. Meski anggaran kita terbatas, kita dulukan yang mana. Yang rajin, itu kita dahulukan. Dan saya yakin akan bergilir.

Begitu ini jadi, terbentuk, feed back-nya itu yang ke luar. Seperti SKPT yang ada hanya belum optimal. Pelabuhan-pelabuhan yang dibangun belum sempurna, tapi ini kan harus terus dibina. Kan nggak bisa langsung tumbuh.

Seperti di Untia, sudah dibangun belasan tahun tapi masih saja ada kekurangan. Nah pada saat kekurangan itulah kita isi. Ada perumahan yang dibangun PU, tapi airnya nggak ada. Ada penampung airnya, tapi menarik airnya susah. Ini kan harus dikomunikasikan semua pihak. Ada perumahan anak sekolah nggak ada bus, alhamdulillah Wali Kota mau ngasih. Ini nanti kita cari dari perhubungan bus. Ini nggak masalah, hal-hal kecil ini bisa kita cari. Ini yang jadi permasalahan utama. Kalau kita pemimpin semua mau mendengar keluhan dengan telaten, dengan teliti, saya pikir hal-hal itu bisa terjawab.

Dan saya tak ada masalah dengan itu. Saya 3 periode menjadi Anggota DPR dengan suara yang tidak sedikit, naik terus. Akhirnya apa? Saya sudah terbiasa menghadapi ini. Bagi saya menjadi Menteri adalah kebanggaan. Kalau ditanya lebih santai di mana, ya lebih santai di DPR. Tapi di sini kan punya kebanggaan, punya kekuatan dan bisa melakukan. Kalau di DPR itu kan legislasi, mengawasi, membuat peraturan, Undang-undang (UU). Tapi kan pelaksanaannya ada di kita. Makanya komunikasi harus jalan dengan baik. Saya merasa dengan DPR komunikasi baik, dengan DPD juga, dan dengan Pemda tak ada masalah.

(zlf/ang)

Hide Ads