Bapak diundang apakah sendiri, diminta secara khusus, atau dibandingkan beberapa pilihan lain?
Kita itu ada 4 arsitek dan saya satu. Entah itu saya namanya pematung arsitek, pokoknya diundang disebutnya di situ ahli. Saya ikut, presentasi lah kita semua itu presentasi di depan Menteri, di depan Dirjen, diselesaikan dalam waktu 10 hari. Saya ini biasa kerja maraton, bisa kerja cepat sekali karena saya memiliki teknologinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian, 10 hari cukup untuk saya. Kita tampilkan dalam bentuk video-video. Tetapi tidak sesempurna itu, karena kita tidak tahu kontur tanahnya seperti apa dan sebagainya. Kita ngarang aja ada namanya juga gagasan, permintaannya sudah ada tapi kan tanahnya cuma kecil cuma 30 sekian hektar, tetapi permintaan banyak sekali, kita buatlah dengan info yang kita dapatkan.
Waktu kita paparan, maaf nih cuma kita yang lengkap. Ini boleh tanya ke Menterinya, kita yang lengkap. Bukan sekadar sketsa, konsep ada, gambar ada, bahkan video. Memang tidak sempurna namanya juga 10 hari tapi kita memperlihatkan kemampuan kita. Itu penting. Inilah kemudian kita serahkan.
Vakum cukup lama karena COVID barangkali, ada setahun tidak dengar kabar. Tapi ada mulai ada gosip-gosip saya dengar bahwa kita dipilih desain istana dan masjid agung. Ini yang dipilih baru gosip nih, tetapi setelah setahun sudah lama lupa saya, saya dipanggil lagi, untuk membuat basic design. Yang tadi basic desain, saya ingin basic design plus supaya tidak akan diubah-ubah orang. Jadi apa yang sudah disetujui Pak Presiden tidak diutak-atik terlalu banyak dengan alasan alasan tertentu.
Jadi basic desain ini sudah melibatkan ahli-ahli. Jadi ada 70 orang yang terlibat, ada profesor dokter, ahli struktur, ahli green building, ahli jalan, ahli jembatan. Tim ini saya yang usulkan, orang orang termasuk landscape, juga studi green building, ini kan berkaitan dengan panas dinginnya di sana. Kita ingin membuat gedung ini nyaman. Jadi orang-orang yang tidak paham bekerja membangun proyek yang besar, jadi dia pikir saya semua.
Kaya gini, pertanyaannya, jadi yang bertanya belum tahu cara membangun gedung. Kan nggak mungkin kita harus punya ahli struktur, kita pertama harus tahu kualitas tanah, mekanika tanah seperti apa. Kita bayar lagi itu untuk bor-bor itu. Itu dilakukan oleh PU, kita yang minta di mana yang harus di bor.
Karena begini, tanah itu macam-macam, yang berbahaya di sana itu ada serpihan batuan tanah liat keras sekali, tapi kalau kena air dia meleleh mengembang. Ini harus kita hindari. Berapa kedalamannya di sana? Ternyata kedalamannya 14 meter. Jadi cut and fill nya itu tidak boleh lebih dari 5 meter. Itu cara cara kita untuk menghindari jangan sampai menyentuh itu, khususnya jangan kena air.
Jadi desainnya ini bukan soal estetikanya saja, tetapi dengan whole desainnya itu juga diperhatikan keamanan, kenyamanan, topografinya?
Betul. Makanya agak aneh saya dengar arsitek mau buat Undang-undang arsitek, saya pikir bingung banget saya. Saya pikir undang-undang itu akan membatasi kreativitas. Ini seperti mau menjegal jegal orang gitu loh.
Berarti bapak tidak setuju?
Nggak setuju. Gini-gini tahun 76 saya ikut grup seni rupa baru, itu kita justru kita tidak setuju dengan isme-isme yang membatasi kreativitas. Terus ada pengkotakan-kotakan itu kita sikat itu. Itulah apa yang Anda lihat sekarang seni rupa sekarang luar biasa kebebasannya kreativitasnya, itu seniman Indonesia. Itu usaha kita tahun itu berapa tahun lalu. Masa sekarang arsitek kita masih seperti itu itu, membatas-batasi diri.
Begini, kalau gedung itu runtuh, jangan buru-buru arsiteknya, arsiteknya sudah melalui belum ahli struktur, gempa, dan segala macamnya sudah belum. Jadi kita mau mengambil alih pekerjaan orang, arsitek lebih masalah estetika dan fungsi dan kenyamanan, apalagi green design. Ini bukannya saya menggurui tetapi begitu seharusnya. Jangan mau bikin undang-undang, maksudnya mau membatas-batasi seorang.
Kita kembali lagi ke topik soal Istana yang baru di Kalimantan. Waktu itu bertemu Pak Jokowi ada permintaan khusus dari Pak Jokowi nggak istananya harus apa yang membedakan istana yang lama di Jakarta dan di beberapa daerah di Indonesia? Ada nggak permintaan khusus yang bapak ingat dari Pak Jokowi?
Begini, saya itu baru ketemu pak Jokowi kemarin ini, beberapa minggu itu nggak ketemu, dapat tugas itu nggak ada. Beliau ini Presiden yang sangat terbuka, yang paham terhadap seniman terhadap arsitek. Jadi nggak ada ikut campurnya, jangan pernah percaya itu. Nggak ada ikut campur. Cuma saya membantu alasan-alasan kenapa ide dari garuda.
Begini, garuda adalah lambang kita sudah sebagai bangsa Indonesia kita commit dengan itu. Tidak boleh diganggu gugat, itu kita harus pertahankan. Kenapa begitu? Kenapa garuda? Karena Indonesia ini terdiri dari 1.300 suku katanya. Bagaimana kita bisa membangun suatu identity dari masing-masing suku, masing-masing punya rumah khasnya, ada tekstilnya, ada ornamennya, makanannya, dan sebagainya.
Bagaimana kita bisa membangun istana dengan semua tampak itu? Kan sulit sekali dan nggak mungkin. Misalnya gini, kebetulan saya orang Bali, saya ingin memperlihatkan Bali dong, ya orang Padang, Jawa apa nggak marah. Mentang-mentang desainnya bikin orang Bali, bikin itu. Ini kita hindari.
Saya tidak mau desain istana itu menjadi hanya menampilkan sosok-sosok tertentu saja, kekhasan. Jadi harus merasa dimiliki seluruh bangsa. Yang sekarang marah-marah itu nggak ada dari suku-suku itu, yang ada dari arsitek-arsitek itu. Loh benar loh. Jadi ini gambarannya, kenapa pakai garuda, tetapi walaupun tidak pancasila, tetapi orang mengetahui.
Dari awal memilih garuda sebagai desain besarnya?
Di samping garuda itu gagah, banyak yang kita harus kita improvisasi di sana dari sayapnya, penampilannya memang gagah. Negara negara pakai lambang garuda itu banyak sekali. Ada Jerman, Amerika hampir banyak. Tetapi Garuda kita beda dong, itu loh. Yang bikin patung garuda banyak sekali bukan saya saja.
Sama kayak orang bikin patung kuda, kudanya si A kudanya si B banyak, kudanya saya beda. Sama juga kita membuat patung orang, patung saya saya dengan patung gaya si B beda. Karena subject matter beda. Jadi harus paham itu. Nah banyak yang menggurui saya. Bingung saya juga nih, saya sudah sekian puluh tahun menjadi pematung masih diajarin mematung. Saya bingung juga.
Dari yang saya tangkap berarti Pak Nyoman banyak mendengar suara-suara sumbang setelah merilis desain ibu kota negara baru ini pak?
Saya sih mendengarnya justru bukan saya langsung mendengarnya justru teman teman saya. 'Kamu tuh katanya begini begini' saya nggak pernah peduli. tetapi teman-teman saya nggak respons. Ah malas.
Perbedaan apa yang paling mencolok dari desain istana baru dengan istana sebelumnya? Selain rupa burung garuda?
Begini, istana kita itu bukan istana, dijadikan istana oleh kita tadinya rumahnya bos-bos belanda. Itu saya nggak mau itu lagi. Kita harus bangkit menjadi manusia Indonesia punya identitas sendiri, ini yang harus kita kejar. Bagaimana bisa bangsa yang berdaulat kalau kita saja niru, rumah kita niru, istana kita niru. Sampai ada yang ngajarin saya kenapa nggak seperti di Washington DC, saya bilang eh kamu itu melayu, kamu tuh itu punya, walaupun jelek tunjukkan diri kamu sendiri.
Lihat patung-patung saya. Waktu saya menjadi pematung, patung saya kan romeng-romeng kan sobek-sobek. Dulu waktu ujian ditanya 'Ini patung sudah jadi atau rangka saja?'. Coba bayangin jawabnya gimana? Dosen kita nanya begitu? Pusing saya kan namanya mahasiswa. Tetapi suatu saat ada yang cemburu luar biasa, saya diledek abis di depan orang depan Menteri, saya balikkan sederhana saja. Itu mas, bangsa ini memang sudah gila, patung saya, saya sobek-sobek malah tambah laku apalagi yang utuh saya jual pasti lebih laku. Abis mau jawab gimana. Ini kurang lebih begitu.
Kita ini harus pindah dalam program ini sebabnya pindah, kelakuan kita harus pindah. Makanya saya usulkan sempat ke Bapak Presiden dengan hormat waktu saya sempat ke istana. Kita ini sibuk dengan APBN dalam membangun, rakyat itu bisa loh menyumbang, kita nyumbang semua lah dengan tulus. Ini yang kita harus bangkitkan. Kasihan ibu Sri Mulyani mikirin duit melulu. Padahal kita ini mampu, sekarang 260 penduduk kita, anggap sekarang Rp 5-10 juta, itu sudah dapat bejibun itu. Kalau hanya untuk istana, supaya keren. Maka itu mumet gitu loh.
Apa bapak masalah kalau dana untuk istana digunakan dari APBN?
Aku mau menyumbang lebih dulu. Sekarang aja saya nggak mau dibayar. Benar.
Sampai saat ini nggak ada benefit dari sayembara yang diterima sama sekali sebagai hadiah sayembara?
Saya bilang, kasihan pemerintah bayar saya mahal loh. Betul-betul. Saya bilang lebih bagus jangan bayar saya, bayar yang lainnya. Karena saya ingin mengajak teman-teman saya, ayo kita bangun sama sama, semua harus begitu. Terutama yang kagum kagum lah yang nggak kagum biar aja nggak ikut nggak apa apa.
Saya tergelitik 'ini saja tidak dibayar'. Jadi ini nggak dibayar sama sekali?
Bukan, jangan ngomong ini saja tidak dibayar. Saya tidak mau dibayar. Itu beda ya. Saya nggak mau dibayar, karena apa? Saya ingin nyumbang untuk negara saya. Itu komitmen saya. Jadi desain itu jangan dipikirkan membayar saya. Jangan dipikirkan, pikirkan yang lain aja. Loh emang orang banyak yang bilang saya sombong, niat itu dari hati saya. Hidup saya nggak dari itu. Saya hidup dari patung saya. Itu sudah cukup.
Berarti ini karya yang diberikan tulus kepada negara? Sebuah karya yang benar-benar merepresentasikan Indonesia begitu?
Saya sudah sampaikan kepada Bapak Presiden, boleh nggak kita menggalang dana. Ini usul dari teman-teman, teman-teman kolektor. Kolektor saya nggak ada yang miskin. Hidup senang sekali, karena saya tidak dapat dari orang kecil tetapi dari orang kaya-kaya. Saya bahagia, yang beli patung saya orang kaya semua. Beliau beliau itulah 'Gimana pak Nyoman kita bisa ikut nyumbang nggak nih?' Gini deh aku akan setiap penyumbang kita kasih patung istana itu. 'Wah kita mau borong' Ada yang sudah begitu.
Jadi ini inisiatif bapak menggalang dana untuk menyumbang pembangunan Ibu Kota baru begitu ya?
Terutama untuk istana, kan ada gosip mahal. Kalau dibayar sama kita gimana?
Bagaimana responsnya Pak Presiden?
Beliau pikir-pikir dulu katanya, ya jelas dong seorang Presiden harus berpikir dulu, apakah salah begitu? Kalau kita ini kan sifatnya spontan tulus. Ya apakah bisa diterima. Ini contoh GWK itu sewaktu asetnya Rp 1,2 triliun saya sumbangkan ke negara 100% saham saya itu tidak dikerjakan. Termasuk pernah kita bawa ke Pemda Bali terserah mau diambil sahamnya gimana pokoknya harus jadi.
Kata Pak Gubernur itu bisa asal bertahap. Tetapi saya disuruh menjelaskan ke DPR, begitu saya jelaskan, baru duduk mereka menyerang saya. Ini jadi pertanyaan, jadi Anda-anda berpikir berbuat baik itu gampang di negara kita. Mudah-mudahan pada era Pak Jokowi itu gampang.
Ada lagi yang pesimis, saya sadar orang pesimis mana yang bisa membangun, nggak ada itu. Orang-orang optimis yang baru bisa diandalkan, orang pesimis haduh ngeluh aja.
Jadi jangan pesimis, justru harus optimis dengan berbagai macam ketidakmungkinan pun harus optimis ya, Pak?
Harus optimis, kalau kita pandang ini menjadi sesuatu yang baru dan akan merubah karakter bangsa, kenapa tidak? Makanya saya bilang jangan berpikir, saya ini sudah cukup hidup dari patung kok, benar-benar hidup dari patung.