Tepis Badai Kritik Desain Istana IKN hingga Tak Mau Dibayar

Wawancara Khusus Nyoman Nuarta

Tepis Badai Kritik Desain Istana IKN hingga Tak Mau Dibayar

Aulia Damayanti - detikFinance
Senin, 21 Feb 2022 14:03 WIB
Nyoman Nuarta GWK
Foto: Nandang Astika/detikTravel

Jadi tidak mengambil keuangan apapun ya pak dari desain ini?

Kalau nanti saya ikut terlibat jangan sampai saya punya utang, takut karena sudah tua. Jangan sampai itu aja. Saya akan kerjakan semampu saya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Boleh kita diceritakan soal desain tentang bagaimana istana ibukota baru ini terlihat dari apa yang bapak sudah sampaikan pak Presiden?

Istana ini haruslah milik masyarakat dan dirasakan oleh masyarakat, jangan dijauhkan rakyat, maka dari itu saya memohon diberikan lahan 100 hektar untuk membangun botanical garden yang luas di depan istana. Dan juga jangan ada bangunan bangunan memblok view ke istana. Maksudnya begini kalau ini disetujui bapak Presiden sih sudah iya, tetapi kan yang lain lainnya.

ADVERTISEMENT

Misalnya begini bayangkan saudara-saudara saya dari Bali datang ke sana pengin lihat istana tetapi istana ditutup tidak bisa lihat, kecewa kan? Datang saudara-saudara kita dari Aceh karena kebetulan ada tamu agung nggak boleh masuk ke istana. Kekecewaan ini yang seperti itu akan menjauhkan masyarakat.

Maka saya usulkan di depan istana itu ada bukit tingginya hampir sama dengan istana, bagus sekali ada 3 titik yang viewnya bagus ke Istana. Botanical garden agar jalur tamu agung akan lewat ke sana. Tetapi setidaknya saling membangun, kita buat jalan masyarakat tidak akan bingung untuk formal tadi. Jalan aja masyarakat ingin jalan. Kita mendesain tidak sekadar indahnya, tetapi juga mengatur flow supaya apa namanya protokoler. Jadi coba bayangkan saudara-saudara dari Manado datang ke sana nggak bisa lihat.

Jadi bisa berfoto dengan latar belakang istana dengan jelas begitu ya?

Selfie Pak Presiden itu sudah pesan sama saya 'Jangan lupa itu poin-poin untuk selfie' itu sudah pesan. Presiden sudah begitu, masa arsiteknya yang lain nggak ngerti.

Jadi Pak Jokowi juga titip spot selfie disediakan begitu ya?

Betul iya. Ini kedua kita sudah pengalaman memiliki monumen nasional, di Jakarta itu Monas. Lihatnya nggak sekarang? Aturannya dulu itu tidak boleh ada bangunan tinggi di sekeliling monas. Makanya lihat itu Hankam pendek, yang lain menjulang tinggi. Padahal aturannya tidak boleh. Tetapi harga tanah begitu mahal. Kebutuhan space mendesak nggak mau, pasti orang akan membuat tinggi, itu otomatis. Makanya aturan itu kurang kuat. Itu tergantung nanti siapa yang berkuasa.

Makanya menurut saya bebaskan di depan istana tidak boleh ada bangunan tinggi atau bangunan saja tidak boleh. Kecuali botanical garden. Karena begini paru-paru dunia dikenal dunia itu Kalimantan. Kita harus kembalikan, bukan kota bangunan-bangunan mencaplok hutan, bukan. Malah dibalik, kalau saya, saya balik hutannya yang mencaplok bangunan seperti gurita. Itulah AC kita, itulah smart city bukan smart city pencet sana pencet situ, bukan.

Kalau menurut saya namanya smart city itu kita bagaimana kita memanfaatkan alam. Ingat kita ini ini di khatulistiwa, panas. Kalau nyalain AC terus menerus mahal biayanya. Walaupun itu dari apa namanya solar sel. Tetap bagusnya bagaimana kita mendinginkan mengurangi CO2 itu dengan tanaman.

Konsepnya di dalam hutan ada kota, bukan hutan menjadi kota?

Betul. Di samping itu kalau bangunan saya di tengah bangunan ada pohon, ada hutan nya. Di sayap-sayap istana itu ada hutannya. Kurang lebih seperti itu. Jadi kita pendingin itu tidak berpikir pake AC, walaupun nanti tenaga AC-nya solar. Saya lebih bagus alami.

Seperti di studio kita ini di Bandung saya ini menanam pohon 3.000 pohon yang sudah besar-besar. Ini saya pakai baju hangat ini juga karena tempatnya sudah menjadi dingin juga. Itu di samping teman-teman menanam hutan beton saya benar-benar hutan

Berarti total ada berapa bangunan yang didesain Pak Nyoman dan tim?

Kita itu di istana itu ada 12 bangunan, di situ ada Istana, Kantor Presiden, lapangan itu lihat rata diratakan ada lapangan, terpaksa karena lapangan dibutuhkan untuk upacara.

Istana ini ada garis-garisnya, bilah-bilah sebenarnya. Ada dua alternatif bahan yang kita ajukan, satu tembaga satu kuningan. Itu dua-dua free maintenance, ada juga bahan murah tidak sustainable dan tidak free maintenance, rawatnya mahal. Kita usulkan ada tembaga, ada kuningan jadi lebih bertahan.

Jadi total luasnya berapa?

Luas yang dilihat ini luasnya 55 hektar. Tetapi kita ajukan taman ke depan itu, ini sebenarnya ada gambarnya tetapi belum kita launching, kalau mau lihat boleh sih tapi lama 10 menit. Nah itu 90 hektar di depan istana panjang. Kurang lebih di depan istana itu ada 2,5 kilometer. Wajarnya ribuan hektar kenapa kita bersempit-sempit.

Bangunannya cuma 8%, kan kecil itu, nah tanahnya besar. Jangan seperti sekarang Pemda-Pemda nggak punya tanah, sempit-sempit bingung aneh. Di daerah nggak punya tanah juga. Jadi kalau kita mau mengembangkan sesuatu sulit banget, tanah sudah mahal. Jadi saya usulkan lahan-lahan departemen itu harus dibuat besar. Bangunannya boleh secukupnya. Jadi tamannya luas tanamannya hutan-hutannya bagus gitu loh. Ini nggak seperti di Singapura dipepet-pepet. Karena kita memiliki tanah yang sangat luas.

Saat ini, basic design kemarin dimantapkan Detail Engineering Design (DED). Nah untuk DED-nya sendiri prosesnya sudah sampai mana?

Ini kan design and build, ini harus tender. Siapa yang memenangkan saya nggak tahu. Karena ini tender memang saya diminta pak Presiden ikut aktif terus mengawasi desain itu. Saya diminta mengawasi agar nggak berubah. Karena beliau sudah happy dengan desain itu. Jadi saya disuruh terlibat.

Dari Pak Jokowi itu kan ada statement bahwa Istana harus bisa pindah di semester I-2024. Artinya dalam waktu 2 tahun ke depan sisa waktu yang bisa dimiliki untuk membangun istana ini? Itu bisa? Possible?

Kalau seandainya kalau yang mengerjakan Gedung Garuda misalnya saya diperintahkan. Saya yakin bisa. Contoh, misalnya patung motor Pak Jokowi belum tahu ini, patung motor hanya saya kerjakan 3 minggu Mandalika. Itu besar loh 4 meter kali 6 meter, 3 minggu dan itu sulit. Mukanya harus mirip, motornya harus betul dan segala macam.

Ini permasalahannya, menurut saya cuma satu permasalahannya itu kita transportasi dari Bandung itu yang mahal sekali. Kemarin kita sudah survei satu truk itu Rp 50 juta. Jadi saya berpikir, kalau kita mengerjakan lebih bagus kita membeli truknya mungkin Rp 1 miliar. Lebih efisien karena sewa menyewa itu mahal. Ini hitung-hitungannya supaya membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih murah karena di situ kan belum ada, yang penting pelabuhan bongkar muatnya sudah ada yang deket di situ.

Jadi tantangan justru di logistik?

Iya logistik karena terlalu mahal, jadi kita mau buat gimana itu. Karena kita membutuhkan teknologi modern. Karena kita ingin strukturnya dari baja tahan karat, struktur kulit gedung gitu, dari bahan free maintenance.

Merawat Gedung Istana kan tidak setiap saat, ada tamu kita berhenti. Nggak bisa ini, agar tidak perlu seperti itu. Kita minta bahannya yang bagus salah satu usulan kita itu tembaga. Pak Presiden minta ada nggak yang bahan, ada satu yang murah ada kuningan itu juga tidak panas. Karena dia penghalang panas justru.

Jadi yang paling possible dibangun selesai di 2024 Istana Garuda itu?

Saya kira yang sulit itu, yang lain kan kerjaan biasa.

Jadi itu yang duluan dibangun ya Pak?

Nggak tahu, tergantung pemenang tendernya.

Sudah ada estimasi belum pak akan dimulai kapan? Kira-kira dimulainya pada saat itu selesainya kapan?

Ya kita segala macam sudah kita persiapkan sesuai pengalaman kita. Pengalaman struktur yang paling rumit itu GWK, di samping uangnya tidak ada itu memang berat.

Ketinggiannya dari permukaan laut 271 meter, angin nya saja besar. Kalau ini ketinggiannya 88 meter di atas permukaan laut (DPL), di atas jalan itu kan cuma 44 meter, dan lantainya ke atas cuma 4 lantai. Nggak ada yang tinggi. Menurut saya kalau segala macam lancar kalau pekerjaan saya. Kalau misalnya saya ditunjuk itu beres. Kalau kita kan nggak ada harus menunggu uang muka. Kalau ada perintah jalan.

Seperti kayak kita bikin patung Mandalika itu, mau dipakai syukur, nggak juga nggak apa apa.

Boleh cerita sedikit Pak, gimana awalnya bisa buat itu. Tadi Pak Nyoman sendiri bilang Pak Jokowi belum tahu bahwa patung itu dibikin?

Ya nggak etis itu patungnya beliau itu, biarlah diam-diam aja, ya kan.

Kenapa kepikiran bikin patung itu, Pak?

Gini, kalau saya menghubungkan dengan sikap beliau terhadap percepatan pembangunan kan luar biasa. Kita harus jujur. Mau suka atau tidak suka apa yang Anda lihat itu jangan lihat Presidennya, tetapi apa hasilnya luar biasa. Beliau terbang ke mana, saya lihat kayak, nggak, saya kayaknya nggak kuat. Syukur menteri PUPR kuat banget itu bolak balik. Pak Basuki bukan main. Saya bilang Anda ini punya nyawa berapa kok bisa seperti itu.

Nah, Pak Jokowi ini kan gemar naik motor. Satu-satunya Presiden yang gemar naik motor, gaya anak muda. Biasanya Presiden itu kan lebih anggun naik kuda, naik mobil yang gimana gitukan. Ini kan naik motor, motornya pun custom buatan anak bogor.

Mungkin maksudnya bukan berarti Pak Presiden tak bisa beli Harley, pastilah Presiden. Tetapi beliau ingin menghargai produk buatan anak-anak bangsa ini. Ini misinya besar artinya. Maka dari itu saya melihat, speed judulnya entah apa nanti namanya, dari saya itu speed. Sekarang ini akselerasi semua ini ditingkatkan.

Itu swadaya juga dari Pak Nyoman?

Nggak tahulah, pokoknya begitulah. Pokoknya gitulah.

Tetapi ini inisiatif dari Pak Nyoman?

Sama teman-teman, kita terserahlah.

Berapa waktu total bangun patung?

Tiga minggu sudah selesai. Sekarang ini sudah siap masuk sudah dipack, mungkin besok sudah naik ke truknya. Truknya model doli kita pakai yang 70 centi. Kalau nggak mentok ke mana mana.

Mungkin Pak Nyoman bisa cerita, secara singkat apa sih suka duka menjadi pematung di Indonesia. Apa juga harapan dengan dibangunnya Istana di IKN baru ini?

Ya kalau dukanya ada, tetapi tidak terlalu disesalkan. Kita sudah kehilangan patung-patung besar, dibongkar di mana-mana, yang dijarah mau dirusak, ditulis tulisin, dibongkar. Itu patung-patung super besar itu ya hilang juga. Ada patung kepala yang rencananya kita buat 60 meter, baru kepalanya sudah hilang. Kepala itu segede rumah, rumah besar lagi. Tingginya 20 meter, bisa hilang dijarah. Jadi kita lihat dukanya iyalah.

Kalau kita ngelamun mengenai duka itu nggak bangkit- bangkit. Buat saya di hidup itu biasa, ada yang suka dan tidak ada yang menghancurkan ada yang membuat. Itu sudah umum di dunia. Jadi nggak usah terlalu disesali kita jalan aja. Tetapi jangan kita mati karena penyesalan. Kita harus bangkit terus dan optimisme. Optimis itu nomor satu buat saya.

Kemudian kita kan selalu ngomong gotong royong-gotong royong, mari kita perlihatkan gotong-royong ada nggak dalam membangun istana ini. Kita pengin istana keren, ayo kita bangun sekarang bersama-sama. Jadi jangan ngomong doang. Ngomong gampang.

Kita ini terus terang saja, lebih banyak sukanya, kalau dukanya 25% yang lainnya senang-senang. Setiap kali kita bisa mewujudkan mimpi itu senangnya sudah luar biasa. Apalagi terus, orang lain senang. Kita kan membuat karya itu membuat orang lain senang. Melihat respons kita terhadap apa saja, terus orang lain senang, senyum-senyum kan kita dapat double. Itu sebenarnya jadi pematung itu buat saya itu.

Memang sedihnya pematung dipersulit nggak boleh begini-begitu. Dikaitkan-kaitkan dengan agama. Repot itu.

Harapannya tidak seperti itu ya pak?

Harapannya tidak seperti itu.


(eds/eds)

Hide Ads