Padahal, pria yang akrab disapa dengan Boy Thohir ini sangat erat dengan perusahaan batu bara. Boy Thohir yang merupakan Presiden Direktur PT Adaro Energy Indonesia Tbk mengatakan, dirinya masuk ke GoTo mulanya karena diminta rekan-rekannya membantu perusahaan tersebut.
Namun, ia kemudian mengaku jatuh cinta dengan perusahaan ini karena memberikan kontribusi yang besar pada perekonomian.
"Akhirnya mereka bilang, 'Tolong dong bantu nih bantu yang muda-muda', ya saya ikut aja. Saya ikut bantu. Dan ternyata ya saya jatuh cinta, dalam arti kata melihat anak-anak ini memberikan kontribusi yang begitu besar terhadap perekonomian Indonesia, terutama UMKM, driver-driver ojol, itu luar biasa," kata Boy Thohir dalam program Ask d'Boss di kediamannya seperti ditulis Sabtu (30/4/2022).
Tak cuma bicara bisnis. Boy Thohir juga bercerita mengenai masa kecilnya. Meski kini kaya raya, rupanya masa kecil Boy Thohir seperti anak-anak pada umumnya.
Sekarang sudah mulai 50% lah.
Tidak parno karena memang menurut saya, semua sudah diatur Allah SWT. Yang penting kita tetap hati-hati, ikhtiar, serahkan aja.
Jadi sebetulnya kan jangan melihat saya sekarang. Jangan melihat keluarga saya sekarang. Kita juga walaupun berasal dari keluarga pengusaha, tapi kan ayah saya start dari nol, dari minus. Jadi waktu masa-masa kecil saya, saya juga mengalami, naik metromini, naik becak
Waktu itu tinggalnya di Tebet Timur, di depan Pasar PSPT. Dari rumah, kalau saya mau sekolah ke Asisi, dulu di Menteng Dalam, saya mesti naik pertama naik metromini dari depan rumah, sampai dekat Saharjo naik becak, habis becak terus jalan kaki nyebrang ke Menteng Dalam. Jalan kaki sampai ke dalam.
Iya sama Obama. Jadi jangan melihat kayaknya kalau lihat saya nggak pernah susah.
Karena kan waktu itu, ayah saya sudah kerja di Astra, beliau punya mobil, cuma mobilnya dipakai beliau. Ibu saya kebetulan juga, beliau dagang di Pasar Tebet Barat, naik becak juga, karena mobil cuma satu. Waktu itu mobil ayah saya itu Toyota Corolla yang kecil yang warna hijau itu loh. Mobil cuma satu, kadang pernah diantar naik motor sama om saya, tapi kebanyakan most of the time naik metromini, dan lebih seru.
SD, SMP. SMA-nya ke SMA 3, Setiabudi.
Pada umumnya kalau kita masih anak-anak, kita masih mencari bentuk lah, gitu ya. Cuma memang saya bersyukur, alhamdulillah memang kedua orang tua kami, terutama ayah saya memang walaupun beliau istilahnya dari susah, dari Lampung, merantau ke Jakarta, tapi mungkin beliau dari muda, setelah berkeluarga pengin anak-anaknya juga berkarir di bisnis, di dunia usaha.
Karena ya mungkin pandangan hidup beliau. Dari kecil itu, yang saya ingat, tiap malam, setelah beliau pulang kerja, pasti kan kita ngumpul, makan sama-sama. Itu cerita, biasanya menceritakan tentang sosok-sosok pengusaha yang sukses, yang hebat, yang humble, yang sangat sayang kepada pegawainya apa segala macam. Terutama, sosok Pak William Soeryadjaya karena memang beliau besar di sana. Jadi kita itu, dari kecil ingatnya itu aja, karena diceritain terus, terutama Opa. Kita manggilnya Opa William.
Ayah saya bilang, 'Om tuh, kemarin ulang tahun. Om Rahmat supirnya ayah saya. Pak Rahmat telat balik ke mobil karena disuruh Om William ngasih uang ke sopir-sopir yang lain'. Sangat humanis, sangat generous, sangat down to earth, itu yang selalu diajarkan almarhum ayah saya.
Orang tua dan lingkungan Astra.
Pak Boy dikenal sebagai pengusaha yang malang melintang di bisnis batu bara, energi. Proses kreatif sampai masuk ke GoTo dan AnterAja bagaimana?Sejujurnya saya berterima kasih kepada Tuhan, karena memang kebetulan saya diberikan kesempatan berada di lingkungan, satu yang old economy, otomotif, kan kita masih punya dealership, jadi dagang motor honda, dagang mobil, terus batu bara. Di lain sisi saya juga diberikan kesempatan kenal dengan adek-adek yang muda-muda, Andre, Kevin, Patrick Waluyo, Nadiem waktu itu kan.
Ya, nggak ada spesial, tapi menurut saya, istilah orang, saya berada on the right time, on the right place, on the right lingkungan. Kalau bicara masuk ke GoTo itu, not by design.
Kalau kita balik, sebetulnya karena Mas Nadiem jadi Menteri, adek-adek di GoTo perlu sosok yang lebih senior. Pak Patrick Walujo kenal baik saya, Pak Winarto juga kenal baik saya, Pak Prijono Astra juga kenal baik saya. Akhirnya mereka bilang, 'Tolong dong bantu nih bantu yang muda-muda', ya saya ikut aja. Saya ikut bantu. Dan ternyata ya saya jatuh cinta, dalam arti kata melihat anak-anak ini memberikan kontribusi yang begitu besar terhadap perekonomian Indonesia, terutama UMKM, driver-driver ojol, itu luar biasa. Saya amaze lah sama mereka.
Terus terang kalau membangun bisnis, kalau dulu ya, tanpa teknologi, pasti istilahnya kalau kita menciptakan lapangan kerja 100 ribu saja atau 200 ribu itu mungkin take 50-60 years. Astra itu sekarang kalau nggak salah 300 ribuan.
Gojek, mitra drivernya itu 2 juta. Mitra Gofood merchant-nya itu 500 ribu. Kalau 500 ribu kali 4 orang yang kerja itu sudah 2 juta lagi. Not to mention begitu mereka merger dengan Tokopedia. Dan itu semua karena digital economy within only on the past ten years.
Jadi memang ke depan ini, saya sangat optimis terhadap perekonomian Indonesia. Kenapa? Karena di-drive dengan dua motor utama, satu digilitasi ekonomi yang dengan cepat melakukan terobosan-terobosan. Kedua dengan ya old economy ini. Tetapi terus going deep, masuk ke downstream, hilirisasi, dan segala macam.
Kenapa? On the right time, on the right place dan why not, karena memang menurut saya ini akan menjadi driver utama daripada perekonomian Indonesia ke depan.
Pak Boy sebagai Komut GoTo punya mimpi besar apa terhadap GoTo?
Tentunya kita sebagai bangsa Indonesia, saya sih berharap, bahwa kita harus punya kemampuan. Kita harus bisa menjadi tuan di rumahnya sendiri. Saya tahu persaingan ini begitu beratnya, tapi saya yakin dengan keberadaan mereka, dengan nasionalisme mereka, dengan dukungan dari kita-kita yang lebih senior, dukungan dari pemerintah, insyaallah GoTo ke depan bisa mendominasi dan menjadi tuan rumah di negaranya, di Indonesia. Dan harapan saya tentunya bukan saja di Indonesia kita bisa menjadi pemeran atau pemain utama paling tidak di Asia Tenggara.
The next milestone setelah IPO?
Nanti kan setelah IPO kan kita harus ada dual listing. Ada programnya lah. Tapi sekali lagi, kalau saya memberikan motivasi ke adek-adek ini, pokoknya saya bilang satu, kembangkan bisnisnya. Dan kedua eventually harus make money.
Harus untung?
Harus. Saat ini masih rugi tapi umumnya tech company begitu. Tapi nanti dengan konsolidasi dengan size, dengan future dari Indonesia, dengan penduduk Indonesia yang sekarang milenial dan generasi Z itu mayoritas di negara kita, prospeknya luar biasa.
Target untung kapan?
Manajemen lah. Kalau chairman kan cuma memberikan supervisi.
Saham GoTo di awal kan dinanti sekali, namun ada yang sangsi pada prospek saham GoTo ke depan. Menurut Bapak?
Saya rasa nggak, kita mesti lihat, kalau melihat saham satu perusahaan mesti di benchmark dengan perusahaan-perusahaan sejenis lainnya. Kalau kita lihat, valuasi GoTo dan harga saham GoTo dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang sudah listing di luar negeri. Itu jauh, jauh dalam arti itu turun.
Itu benchmark yang tepat?
Iya dong, harus karena benchmark harus perusahaan sejenis. Nggak bisa misalnya GoTo dibandingkan dengan Adaro nggak bisa. Tentu dibandingkan dengan perusahaan sejenis.
Soal saham GoTo yang dianggap terlampau mahal?
Saya rasa nggak, karena kalau saham-saham teknologi kan harus lihat prospek ke depan.
Akan menjadi the next Amazon?
Insyaallah. Paling nggak Amazon Indonesia. Bicara Amazon, saya bukan orang tech ya, tapi take time untuk Amazon untuk make money. But eventually jadi sebesar itu. Menurut saya, kembali, yang penting itu sekali menurut hemat saya, kenapa Amazon bisa besar, karena negara Amerika itu maju, sukses. Supaya GoTo-nya maju, Adaro-nya maju, Indonesia harus maju, itu kunci utama. Indonesia harus maju, masyarakat Indonesia harus sejahtera, daya belinya meningkat, terus pasti perusahaan-perusahaan yang di Indonesia juga maju.
Akuisisi Anteraja ada hubungannya dengan Goto?
Enggak sih, itu terpisah, sebetulnya kaitannya dengan lebih keluarganya TP Rachmat, karena memang kami bersama-sama dengan TP Rachmat di lingkungan Astra Group.
Memang di Adaro kemudian di Padang Karunia, terus ada di perusahaan-perusahaan lain, saya dengan Pak Aryo, Pak Arif Rachmat sering bersama-sama. Katakanlah waktu Pak Arif Rachmat, Pak Aryo Rachmat bilang, gabung deh. Saya bilang, kalau saya bisa memberikan kontribusi ke AnterAja why not. Tapi itu sekali lagi memang investasi pribadi.
Saya melihatnya kenapa, karena tadi potensi digital economy di Indonesia kan besar. Logistik kan pasti nggak bisa nggak, akan berkembang juga.
Ada potensi ke depan akan konsolidasi dengan GoTo?
Menurut saya kan sekarang servis AnterAja sudah dipakai sama GoTo, sudah dipakai Shopee, sudah dipakai Bukalapak. Dan GoTo pun internally mereka juga punya logistik sendiri. It's okay, karena nanti at the end of the day siapa yang bisa memberikan servis yang terbaik dengan harga yang efisien itu yang menang.
Kita biasa. Kita, Pak Teddy Rachmat, dan keluarga saya itu berkecimpung di dunia otomotif, kita jualan sepeda motor honda. Kita biasa dengan margin yang tipis tapi volumenya yang besar.
Dengan banyaknya diversifikasi usaha, mungkinkah itu nanti semua terkonsolidasi juga dengan Adaro?
Enggak, karena nanti di Adaro sendiri itu kan kita selain publik, juga ada empat pemegang saham utama, masing-masing mereka punya investment holding masing-masing. Ada Saratoga, ada Triputra, ada Persada Capital, ada Trinugraha Thohir. Itu memang part of strategy kita untuk istilah don't put everthing on one basket. Jadi kita strategi investasi lah.
Cuma memang ke depan, khususnya saya, saya akan fokus digitalisasi ekonomi, jadi yang ini, dan juga sumber daya alam tapi sumber daya lebih downstream. Jadi hilirisasinya itu dan eventually nanti kalau kita bicara Adaro, Adaro harus bertransformasi yang tadinya kita dependent on coal, saya ingin men-transform Adaro ke sesuatu yang lebih sustainable.
Saya sudah start dengan Adaro green inisiative tahun lalu, ke depan ini saya akan eksekusi, ada short term, medium term, ada long term target untuk Adaro Group.
Adaro Banyak menyuarakan transformasi ke energi bersih, dalam waktu dekat apa konkritnya yang akan dilakukan?
Sebetulnya memang tentunya dalam kita bertransformasi perlu proses, jadi memang ada yang short term, ada yang medium term, ada yang long term. Tapi memang jalannya kita sudah pastikan bahwa Adaro itu akan bertransformasi menuju ke yang lebih sustainable, menuju ke yang lebih green.
Di dalam waktu dekat ini, memang kita lebih fokus untuk ke aluminium. Makanya kita akan bikin Adaro green aluminium smelter di Kalimantan Utara. Kenapa juga aluminium karena kalau kita lihat, ke depan electric vehicle ini akan maju, akan leading. Ini ya ke depan suka tidak suka, itu electric vehicle akan mendominasi dunia.
Nah dari situ kita lihat, bahwa dari electric vehicle itu semuanya memerlukan aluminium mulai dari sasis, dari bodinya, semuanya segala macam. Jadi begitu saya melihat trennya akan ke sana. Adaro punya pengalaman di tambang, Adaro punya kemampuan finansial, Adaro mempunyai visi, kita masuk ke situ. Nah ini insyaallah, dalam waktu paling lama 3 tahun ini bisa terealisasi.
Itu baru tahapan awal itu aluminium di Kalimantan Utara. Nextnya, tentunya tadi kalau kita sudah katakan bahwa kita akan masuk ke dalam green aluminium smelter, nextnya kita harus juga membuat green energy. Makanya nanti kita akan masuk ke hydro, kita akan masuk ke solar.
Perlahan batu bara ditinggalkan?
Bukan ditinggalkan, tapi otomatis, karena kan yang namanya cadangan batu bara itu akan habis. 20--25 tahun dari sekarang cadangan batu baranya Adaro akan habis. Waktu nanti dia di-plating mudah-mudahan engine yang baru ini akan mengimbangi, di mana waktu ini menurun, ini naik.
Dalam bayangan saya, dalam waktu-waktu yang bersamaan ada double engine yang menopang Adaro Group. Saya kalau bicara 50:50 mungkin 10 tahun dari sekarang saya yakin yang non coal itu bisa meng-contribute 50% daripada revenue-nya Adaro.
Batu bara bertentangan dengan energi bersih, apa bayangan Pak Boy dalam 10 tahun ke depan?
Kalau Adaro kita sudah menentukan arahanya, bahwa nanti kita akan bertransformasi menuju tadi Adaro green aluminium, nanti terus ke Adaro green energy yang mencakup nanti hydro, solar, geothermal dan lain-lain. Tapi yang memang kita lihat potensi besarnya itu ada di hydro dan solar terutama yang ada di Kalimantan Utara. Kenapa? Karena tadi, kita juga mau masuk ke hilirisasi sumber daya alam, di mana nanti kita akan masuk ke aluminium, mungkin ada kesempatan masuk lebih downstream lagi di baterai dan lain-lain. Karena saya yakin banget ke depan ini Indonesia akan menjadi kekuatan yang akan diperhitungkan di dunia dalam bisnis industri baterai dan electric vehicle.
Bicara batu bara, menurut saya, kan pemerintah Indonesia juga sudah commit kita menjadi bagian dari dunia, kita akan menuju zero emission di tahun 2060.
Apa poinnya? Poinnya kan berarti ini ada transisi. Kalau bicara sumber daya batu baranya Adaro akan habis 20 atau 25 tahun dari sekarang. Kalau 2022 ditambah 25 baru 2047. Jadi memang, karena memang natural resources ini adalah non renewable resources otomatis kita mesti mencari engine lain. Tapi apakah langsung sekarang istilahnya dimatikan, ya enggak.
Kenapa, karena setiap negara, negara manapun tidak boleh dependent on one source of energy. Indonesia itu diuntungkan karena kita punya batu bara, kita punya minyak, kita punya gas, kita punya matahari sepanjang tahun ada. Nah, kalau kita lihat sekarang negara-negara Eropa dengan perang Ukraina dan Rusia ini mereka kewalahan semua.
Negara Belanda, negara Spanyol, negara Italia, even Jerman, sekarang mereka sudah nanya nih apakah Indonesia atau Adaro, bisa suplai batu batu bara lagi ke mereka. Nah kenapa, karena selama ini mungkin ada salah perkiraan. Mereka tidak memprediksi bahwa akan ada perang. Estimasi yang salah. Itu menandakan bahwa Indonesia sudah di jalur yang tepat, dan menurut saya sudah seyogyanya bahwa satu negara itu tidak bisa dependent on one source of energy.
Selagi kita masih dikarunia oleh Allah ada batu bara ya kita pakai. Tentunya kan teknologinya kan sekarang makin canggih. Kita bangun PLTU Batang dengan ultra super critical. Nanti, 5 tahun lagi 10 tahun lagi ada carbon capture technology.
Itu ya kita tahu, waktu itu 10 tahun yang lalu, yang namanya solar panel masih mahal banget. Tapi karena di-drive dengan kebutuhan produksi solar panel sekarang murah, sehingga jadi feasible. Jadi batu bara menurut hemat saya masih ada prospek ke depan, karena tetap bagaimanapun juga, batu bara adalah the cheapest source of energy, paling murah, paling efisien, paling reliable.
Jadi jangan naif?
Yang penting tadi, sebagai negara menurut saya kita harus ada ketahanan pangan, harus ada ketahanan energi. kita punya batu bara ya kita pakai untuk ketahanan energi kita.
Soal DMO batu bara, pengusaha dinilai terlalu gencar ekspor sehingga DMO tidak terpenuhi?
Enggak, sebetulnya bukan begitu, kalau kita bicara kebutuhan batu bara dalam negeri itu sangat mencukupi. Dengan DMO yang 20% sampai 25% itu melebihi kebutuhan dalam negeri. Yang jadi masalah memang karakteristik daripada batu bara itu kan macam-macam, kadar kalorinya beda, sulfurnya beda, apa segala macam beda. Sehingga, memang temen-temen di PLN harus melakukan manajemen logistik yang nggak mudah juga.
Harus blending, source-nya dari multi source. Tapi sekali lagi sebetulnya, contoh misalnya dengan Adaro, Adaro hubungan kita dengan PLN sangat baik. Begitu PLN ada shortage mereka minta penugasan lagi, kita bilang oke.
Istilahnya gini, logikanya aja, yang namanya harga batu bara itu kan up and down, kadang turun, kadang naik. Tapi kalau kita tarik misalnya 20 tahun turun naiknya sama. Kadang kalau lagi naik penyedia batu bara untung, pembangkit listriknya rugi. Tapi kalau lagi harga batu bara pembangkit listriknya untung penyedia batu baranya rugi. Tapi kalau ditarik 20 tahun sama aja, nggak ada yang untung nggak ada yang rugi. Makanya kenapa Adaro juga masuk ke PLTU.
Sampai DMO tidak terpenuhi?
Kembali menurut saya karena masalah manajemen logistik, bukan masalah ketiadaan suplai batu bara.
DMO direncanakan naik jadi 30% bagaimana?
Mesti dihitung dulu, karena poin saya gitu, kalau dinaikkan 30% ternyata dalam negerinya nggak ada, gimana? Kan sayang.
Estimasi Pak Boy?
Cukup, 25% more than enough.
Tidak sepakat kalau mau dinaikkan 30%?
Tolong dikaji ulang saya, karena selama ini menurut saya more than enough. Karena di satu sisi kita mesti lihat, Indonesia ini alhamdulillah banget sangat diuntungkan dalam kondisi krisis seperti sekarang ini di mana juga terjadi global inflation, harga-harga pangan naik, harga-harga energi naik. Indonesia diuntungkan pas ada commodity booming.
Adaro juga diuntungkan?
Nomor satu pemerintahnya dulu, royalti pajak. Tapi poin saya begini, harus dilihat bahwa harus disyukuri kita punya komoditi, kita punya sawit, kita punya batu bara, kita punya nikel sehingga ini menjadi windfall profitnya pemerintah. Ya kita diuntungkan tapi tentunya pemerintah yang diuntungkan nomor satu, baru kita.
Perang Rusia dan Ukraina menguntungkan perusahaan energi termasuk Adaro?
Jangan lupa Rusia itu adalah produsen batu bara. Rusia itu adalah produsen gas. Rusia itu produsen minyak. Khususnya batu bara, karena batu bara dari Rusia tidak ada yang mau beli lagi ya Indonesia diuntungkan. Itu aja. Makanya sekarang tadi saya bilang, negara-negara Eropa ini sudah mulai berdatangan, mencari source of energy. Tapi karena harga gasnya meningkat berapa puluh kali, hitung-hitungan lagi walaupun harga batu bara juga ningkat berapa kali, bukan berapa puluh, lebih efisien lagi batu bara.
Pengusaha Eropa sadar nggak bahwa langkah yang diambil salah?
Menurut saya bukan salah atau tidak, no one can predict the war. Kita mana tahu tiba-tiba ada perang Rusia Ukraina. Tapi poin saya tadi, rasanya PLN pemerintah Indonesia sudah tepat dengan melakukan energy mix yang sangat bagus.
Kawasan industri hijau yang groundbreaking dilakukan Presiden menggunakan lahan Pak Boy, prosesnya seperti apa?
Sebetulnya bukan dipilih. Jadi saya dan partner Malaysia saya itu kebetulan kita punya perkebunan sawit di Kalimantan Utara sudah dari 7-8 tahun yang lalu. Dalam perjalanannya setelah kita tanam 3.000 zoningnya diubah oleh pemerintah daerah waktu itu. Waktu itu saya tanya, diubah untuk apa, untuk industrial zone.
Karena diubah untuk industrial zone saya tanya industrial zone apa, saya cari-cari tahu rupanya di sana untuk menjadi heavy duty industrial zone. Istilahnya smelter atau segala macam.
Saya cari tahu lagi, kan di sana nggak ada sumber daya batu bara yang berlimpah, nggak ada sumber daya nikel, tidak ada sumber daya bauksit, tidak ada sumber daya alumina. Oh ternyata di sana ada sumber daya hydro energy yang sangat potensial. Sudah pernah digarap juga oleh banyak perusahaan dari 7-8 tahun yang lalu, nggak jalan.
Kenapa nggak jalan, karena ini chicken and egg. Bangun hydro-nya nggak ada tanahnya mau dijual kemana. Punya tanahnya terus kita nggak ada hydro-nya mau dapat listrik dari mana. Untuk itulah saya kembali ke Adaro karena Adaro dalam visi saya harus bertransformasi ini potensi yang sangat besar. Akhirnya saya bilang, ini Adaro aja. Makanya Adaro masuk ke sini.
Kenapa demikian, ya memang saya perlu kendaraan yang perlu perusahaan yang solid, yang balance sheet-nya bagus, yang punya track record, bisa dipercaya. Itu pun juga nggak sanggup kita melakukan sendiri, kita ajak konsorsium Indonesia, nanti konsorsium dari China dari middle east, dari Saudi, United Arab. Tapi ya itu kebetulan satu opportunity kembali on the right time, on the right place.
Poin saya gini, ini kan satu murni swasta ke swasta nggak ada APBN segala macam. Kedua Menko Marves pergi ke seluruh dunia nyari investasi. Menteri investasi Pak Bahlil pergi ke seluruh dunia untuk mengundang investor. Masa ada investor Indonesia nggak di-support. PMDN loh, perusahaan nasional loh, ya harus di-support dong. Karena memang sifatnya pemerintah itu memfasilitasi investor dari Jepang, Korea, termasuk investor dalam negeri.
Progresnya bagaimana?
Kita kan baru sebagian cut and field. Kedua kita memang akan fokus yang Adaro alumunium smelter. Kita akan fokus di sana dulu.
Total luas lahan?
Total luas lahan yang tersedia 16.500 ha. Itu kan nanti ada konsorsium, terus nanti ada perusahaan industrial estate-nya, nanti kita lihat konsorsiumnya istilahnya ini dengan siapa, itu dengan siapa. Tapi intinya visinya ke sana. Dan ini akan menjadi sesuatu yang sangat baik untuk Indonesia karena nanti dalam bayangan saya, kita bisa contribute yang cukup besar untuk di kawasan Indonesia timur, penciptaan lapangan kerja yang begitu besar. Investasi nanti yang begitu hebat. Sehingga pertumbuhan ekonomi Indonesia itu bisa juga dikontribusikan dari daerah itu. Itu mimpi saya ke depan seperti itu.
Quick answer. Kritpto atau saham?
Saham
Adaro atau GoTo?
Adaro
Nusantara atau Jakarta?
Jakarta
Kenapa pilih saham daripada kripto?
Ya enggak, saya kan lebih tipenya lebih konservatif aja. Saya tahu kripto tapi nggak terlalu dalam. Dan ini saya melihat bukan dunianya saya.
Tapi sekali lagi kenapa, saham kan masih bisa lihat perusahaannya, performance-nya, track record-nya. Kripto ini sesuatu yang memang saya nggak ngerti. Tentunya high risk high return. Untuk itu saya lebih hati-hati saja.
Walaupun dengan berbagai pompom dari pengusaha-pengusaha dunia, Elon Musk juga main kripto? Pak Boy main kripto?
Saya nggak. Nggak main kripto. Kita tuh jangan melihat Elon Musk begini-begini. Kita nggak tahu Elon Musk ruginya juga berapa banyak. My point, pesan saya ke adek-adek saya yang lebih milenial segala macam. Pokoknya apapun one at the time, satu-satu. Karena segala sesuatu ada prosesnya.
Satu-satu, takutnya kalau mau instan mau cepat-cepat kaya, ada ponzi scheme, ada apa segala macam. Jatuh. Kalau sudah jatuhnya dari tinggi ke bawah susah. Kalau kita satu-satu istilah saya kalau jatuhnya nggak terlalu dalam kita bangkit lagi. Saya juga begitu, jatuh bangun, jatuh bangun. Ibaratnya teori saya, 9 kali jatuh harus 10 kali bangun. Jadi kita menata itu satu-satu. Kalau terlalu dalam recover-nya susah gitu loh.