Pak Boy dikenal sebagai pengusaha yang malang melintang di bisnis batu bara, energi. Proses kreatif sampai masuk ke GoTo dan AnterAja bagaimana?
Sejujurnya saya berterima kasih kepada Tuhan, karena memang kebetulan saya diberikan kesempatan berada di lingkungan, satu yang old economy, otomotif, kan kita masih punya dealership, jadi dagang motor honda, dagang mobil, terus batu bara. Di lain sisi saya juga diberikan kesempatan kenal dengan adek-adek yang muda-muda, Andre, Kevin, Patrick Waluyo, Nadiem waktu itu kan.
Ya, nggak ada spesial, tapi menurut saya, istilah orang, saya berada on the right time, on the right place, on the right lingkungan. Kalau bicara masuk ke GoTo itu, not by design.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kalau kita balik, sebetulnya karena Mas Nadiem jadi Menteri, adek-adek di GoTo perlu sosok yang lebih senior. Pak Patrick Walujo kenal baik saya, Pak Winarto juga kenal baik saya, Pak Prijono Astra juga kenal baik saya. Akhirnya mereka bilang, 'Tolong dong bantu nih bantu yang muda-muda', ya saya ikut aja. Saya ikut bantu. Dan ternyata ya saya jatuh cinta, dalam arti kata melihat anak-anak ini memberikan kontribusi yang begitu besar terhadap perekonomian Indonesia, terutama UMKM, driver-driver ojol, itu luar biasa. Saya amaze lah sama mereka.
Terus terang kalau membangun bisnis, kalau dulu ya, tanpa teknologi, pasti istilahnya kalau kita menciptakan lapangan kerja 100 ribu saja atau 200 ribu itu mungkin take 50-60 years. Astra itu sekarang kalau nggak salah 300 ribuan.
Gojek, mitra drivernya itu 2 juta. Mitra Gofood merchant-nya itu 500 ribu. Kalau 500 ribu kali 4 orang yang kerja itu sudah 2 juta lagi. Not to mention begitu mereka merger dengan Tokopedia. Dan itu semua karena digital economy within only on the past ten years.
Jadi memang ke depan ini, saya sangat optimis terhadap perekonomian Indonesia. Kenapa? Karena di-drive dengan dua motor utama, satu digilitasi ekonomi yang dengan cepat melakukan terobosan-terobosan. Kedua dengan ya old economy ini. Tetapi terus going deep, masuk ke downstream, hilirisasi, dan segala macam.
Kenapa? On the right time, on the right place dan why not, karena memang menurut saya ini akan menjadi driver utama daripada perekonomian Indonesia ke depan.
Pak Boy sebagai Komut GoTo punya mimpi besar apa terhadap GoTo?
Tentunya kita sebagai bangsa Indonesia, saya sih berharap, bahwa kita harus punya kemampuan. Kita harus bisa menjadi tuan di rumahnya sendiri. Saya tahu persaingan ini begitu beratnya, tapi saya yakin dengan keberadaan mereka, dengan nasionalisme mereka, dengan dukungan dari kita-kita yang lebih senior, dukungan dari pemerintah, insyaallah GoTo ke depan bisa mendominasi dan menjadi tuan rumah di negaranya, di Indonesia. Dan harapan saya tentunya bukan saja di Indonesia kita bisa menjadi pemeran atau pemain utama paling tidak di Asia Tenggara.
The next milestone setelah IPO?
Nanti kan setelah IPO kan kita harus ada dual listing. Ada programnya lah. Tapi sekali lagi, kalau saya memberikan motivasi ke adek-adek ini, pokoknya saya bilang satu, kembangkan bisnisnya. Dan kedua eventually harus make money.
Harus untung?
Harus. Saat ini masih rugi tapi umumnya tech company begitu. Tapi nanti dengan konsolidasi dengan size, dengan future dari Indonesia, dengan penduduk Indonesia yang sekarang milenial dan generasi Z itu mayoritas di negara kita, prospeknya luar biasa.
Target untung kapan?
Manajemen lah. Kalau chairman kan cuma memberikan supervisi.
Saham GoTo di awal kan dinanti sekali, namun ada yang sangsi pada prospek saham GoTo ke depan. Menurut Bapak?
Saya rasa nggak, kita mesti lihat, kalau melihat saham satu perusahaan mesti di benchmark dengan perusahaan-perusahaan sejenis lainnya. Kalau kita lihat, valuasi GoTo dan harga saham GoTo dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang sudah listing di luar negeri. Itu jauh, jauh dalam arti itu turun.
Itu benchmark yang tepat?
Iya dong, harus karena benchmark harus perusahaan sejenis. Nggak bisa misalnya GoTo dibandingkan dengan Adaro nggak bisa. Tentu dibandingkan dengan perusahaan sejenis.
Soal saham GoTo yang dianggap terlampau mahal?
Saya rasa nggak, karena kalau saham-saham teknologi kan harus lihat prospek ke depan.
Akan menjadi the next Amazon?
Insyaallah. Paling nggak Amazon Indonesia. Bicara Amazon, saya bukan orang tech ya, tapi take time untuk Amazon untuk make money. But eventually jadi sebesar itu. Menurut saya, kembali, yang penting itu sekali menurut hemat saya, kenapa Amazon bisa besar, karena negara Amerika itu maju, sukses. Supaya GoTo-nya maju, Adaro-nya maju, Indonesia harus maju, itu kunci utama. Indonesia harus maju, masyarakat Indonesia harus sejahtera, daya belinya meningkat, terus pasti perusahaan-perusahaan yang di Indonesia juga maju.
Akuisisi Anteraja ada hubungannya dengan Goto?
Enggak sih, itu terpisah, sebetulnya kaitannya dengan lebih keluarganya TP Rachmat, karena memang kami bersama-sama dengan TP Rachmat di lingkungan Astra Group.
Memang di Adaro kemudian di Padang Karunia, terus ada di perusahaan-perusahaan lain, saya dengan Pak Aryo, Pak Arif Rachmat sering bersama-sama. Katakanlah waktu Pak Arif Rachmat, Pak Aryo Rachmat bilang, gabung deh. Saya bilang, kalau saya bisa memberikan kontribusi ke AnterAja why not. Tapi itu sekali lagi memang investasi pribadi.
Saya melihatnya kenapa, karena tadi potensi digital economy di Indonesia kan besar. Logistik kan pasti nggak bisa nggak, akan berkembang juga.
Ada potensi ke depan akan konsolidasi dengan GoTo?
Menurut saya kan sekarang servis AnterAja sudah dipakai sama GoTo, sudah dipakai Shopee, sudah dipakai Bukalapak. Dan GoTo pun internally mereka juga punya logistik sendiri. It's okay, karena nanti at the end of the day siapa yang bisa memberikan servis yang terbaik dengan harga yang efisien itu yang menang.
Kita biasa. Kita, Pak Teddy Rachmat, dan keluarga saya itu berkecimpung di dunia otomotif, kita jualan sepeda motor honda. Kita biasa dengan margin yang tipis tapi volumenya yang besar.
Dengan banyaknya diversifikasi usaha, mungkinkah itu nanti semua terkonsolidasi juga dengan Adaro?
Enggak, karena nanti di Adaro sendiri itu kan kita selain publik, juga ada empat pemegang saham utama, masing-masing mereka punya investment holding masing-masing. Ada Saratoga, ada Triputra, ada Persada Capital, ada Trinugraha Thohir. Itu memang part of strategy kita untuk istilah don't put everthing on one basket. Jadi kita strategi investasi lah.
Cuma memang ke depan, khususnya saya, saya akan fokus digitalisasi ekonomi, jadi yang ini, dan juga sumber daya alam tapi sumber daya lebih downstream. Jadi hilirisasinya itu dan eventually nanti kalau kita bicara Adaro, Adaro harus bertransformasi yang tadinya kita dependent on coal, saya ingin men-transform Adaro ke sesuatu yang lebih sustainable.
Saya sudah start dengan Adaro green inisiative tahun lalu, ke depan ini saya akan eksekusi, ada short term, medium term, ada long term target untuk Adaro Group.
Simak Video "Kisah Raja Batu Bara Jatuh Cinta dengan GOTO"
[Gambas:Video 20detik]