Dibesarkan Astra, Jadi Raja Batu Bara, dan Kini Kepincut GoTo

Wawancara Khusus Boy Thohir

Dibesarkan Astra, Jadi Raja Batu Bara, dan Kini Kepincut GoTo

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Senin, 09 Mei 2022 10:00 WIB
Boy Thohir
Foto: 20detik

Adaro Banyak menyuarakan transformasi ke energi bersih, dalam waktu dekat apa konkritnya yang akan dilakukan?

Sebetulnya memang tentunya dalam kita bertransformasi perlu proses, jadi memang ada yang short term, ada yang medium term, ada yang long term. Tapi memang jalannya kita sudah pastikan bahwa Adaro itu akan bertransformasi menuju ke yang lebih sustainable, menuju ke yang lebih green.

Di dalam waktu dekat ini, memang kita lebih fokus untuk ke aluminium. Makanya kita akan bikin Adaro green aluminium smelter di Kalimantan Utara. Kenapa juga aluminium karena kalau kita lihat, ke depan electric vehicle ini akan maju, akan leading. Ini ya ke depan suka tidak suka, itu electric vehicle akan mendominasi dunia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nah dari situ kita lihat, bahwa dari electric vehicle itu semuanya memerlukan aluminium mulai dari sasis, dari bodinya, semuanya segala macam. Jadi begitu saya melihat trennya akan ke sana. Adaro punya pengalaman di tambang, Adaro punya kemampuan finansial, Adaro mempunyai visi, kita masuk ke situ. Nah ini insyaallah, dalam waktu paling lama 3 tahun ini bisa terealisasi.

Itu baru tahapan awal itu aluminium di Kalimantan Utara. Nextnya, tentunya tadi kalau kita sudah katakan bahwa kita akan masuk ke dalam green aluminium smelter, nextnya kita harus juga membuat green energy. Makanya nanti kita akan masuk ke hydro, kita akan masuk ke solar.

ADVERTISEMENT

Perlahan batu bara ditinggalkan?

Bukan ditinggalkan, tapi otomatis, karena kan yang namanya cadangan batu bara itu akan habis. 20--25 tahun dari sekarang cadangan batu baranya Adaro akan habis. Waktu nanti dia di-plating mudah-mudahan engine yang baru ini akan mengimbangi, di mana waktu ini menurun, ini naik.

Dalam bayangan saya, dalam waktu-waktu yang bersamaan ada double engine yang menopang Adaro Group. Saya kalau bicara 50:50 mungkin 10 tahun dari sekarang saya yakin yang non coal itu bisa meng-contribute 50% daripada revenue-nya Adaro.

Batu bara bertentangan dengan energi bersih, apa bayangan Pak Boy dalam 10 tahun ke depan?

Kalau Adaro kita sudah menentukan arahanya, bahwa nanti kita akan bertransformasi menuju tadi Adaro green aluminium, nanti terus ke Adaro green energy yang mencakup nanti hydro, solar, geothermal dan lain-lain. Tapi yang memang kita lihat potensi besarnya itu ada di hydro dan solar terutama yang ada di Kalimantan Utara. Kenapa? Karena tadi, kita juga mau masuk ke hilirisasi sumber daya alam, di mana nanti kita akan masuk ke aluminium, mungkin ada kesempatan masuk lebih downstream lagi di baterai dan lain-lain. Karena saya yakin banget ke depan ini Indonesia akan menjadi kekuatan yang akan diperhitungkan di dunia dalam bisnis industri baterai dan electric vehicle.

Bicara batu bara, menurut saya, kan pemerintah Indonesia juga sudah commit kita menjadi bagian dari dunia, kita akan menuju zero emission di tahun 2060.

Apa poinnya? Poinnya kan berarti ini ada transisi. Kalau bicara sumber daya batu baranya Adaro akan habis 20 atau 25 tahun dari sekarang. Kalau 2022 ditambah 25 baru 2047. Jadi memang, karena memang natural resources ini adalah non renewable resources otomatis kita mesti mencari engine lain. Tapi apakah langsung sekarang istilahnya dimatikan, ya enggak.

Kenapa, karena setiap negara, negara manapun tidak boleh dependent on one source of energy. Indonesia itu diuntungkan karena kita punya batu bara, kita punya minyak, kita punya gas, kita punya matahari sepanjang tahun ada. Nah, kalau kita lihat sekarang negara-negara Eropa dengan perang Ukraina dan Rusia ini mereka kewalahan semua.

Negara Belanda, negara Spanyol, negara Italia, even Jerman, sekarang mereka sudah nanya nih apakah Indonesia atau Adaro, bisa suplai batu batu bara lagi ke mereka. Nah kenapa, karena selama ini mungkin ada salah perkiraan. Mereka tidak memprediksi bahwa akan ada perang. Estimasi yang salah. Itu menandakan bahwa Indonesia sudah di jalur yang tepat, dan menurut saya sudah seyogyanya bahwa satu negara itu tidak bisa dependent on one source of energy.

Selagi kita masih dikarunia oleh Allah ada batu bara ya kita pakai. Tentunya kan teknologinya kan sekarang makin canggih. Kita bangun PLTU Batang dengan ultra super critical. Nanti, 5 tahun lagi 10 tahun lagi ada carbon capture technology.

Itu ya kita tahu, waktu itu 10 tahun yang lalu, yang namanya solar panel masih mahal banget. Tapi karena di-drive dengan kebutuhan produksi solar panel sekarang murah, sehingga jadi feasible. Jadi batu bara menurut hemat saya masih ada prospek ke depan, karena tetap bagaimanapun juga, batu bara adalah the cheapest source of energy, paling murah, paling efisien, paling reliable.

Jadi jangan naif?

Yang penting tadi, sebagai negara menurut saya kita harus ada ketahanan pangan, harus ada ketahanan energi. kita punya batu bara ya kita pakai untuk ketahanan energi kita.

Soal DMO batu bara, pengusaha dinilai terlalu gencar ekspor sehingga DMO tidak terpenuhi?

Enggak, sebetulnya bukan begitu, kalau kita bicara kebutuhan batu bara dalam negeri itu sangat mencukupi. Dengan DMO yang 20% sampai 25% itu melebihi kebutuhan dalam negeri. Yang jadi masalah memang karakteristik daripada batu bara itu kan macam-macam, kadar kalorinya beda, sulfurnya beda, apa segala macam beda. Sehingga, memang temen-temen di PLN harus melakukan manajemen logistik yang nggak mudah juga.

Harus blending, source-nya dari multi source. Tapi sekali lagi sebetulnya, contoh misalnya dengan Adaro, Adaro hubungan kita dengan PLN sangat baik. Begitu PLN ada shortage mereka minta penugasan lagi, kita bilang oke.

Istilahnya gini, logikanya aja, yang namanya harga batu bara itu kan up and down, kadang turun, kadang naik. Tapi kalau kita tarik misalnya 20 tahun turun naiknya sama. Kadang kalau lagi naik penyedia batu bara untung, pembangkit listriknya rugi. Tapi kalau lagi harga batu bara pembangkit listriknya untung penyedia batu baranya rugi. Tapi kalau ditarik 20 tahun sama aja, nggak ada yang untung nggak ada yang rugi. Makanya kenapa Adaro juga masuk ke PLTU.

Sampai DMO tidak terpenuhi?

Kembali menurut saya karena masalah manajemen logistik, bukan masalah ketiadaan suplai batu bara.

DMO direncanakan naik jadi 30% bagaimana?

Mesti dihitung dulu, karena poin saya gitu, kalau dinaikkan 30% ternyata dalam negerinya nggak ada, gimana? Kan sayang.

Estimasi Pak Boy?

Cukup, 25% more than enough.

Tidak sepakat kalau mau dinaikkan 30%?

Tolong dikaji ulang saya, karena selama ini menurut saya more than enough. Karena di satu sisi kita mesti lihat, Indonesia ini alhamdulillah banget sangat diuntungkan dalam kondisi krisis seperti sekarang ini di mana juga terjadi global inflation, harga-harga pangan naik, harga-harga energi naik. Indonesia diuntungkan pas ada commodity booming.

Adaro juga diuntungkan?

Nomor satu pemerintahnya dulu, royalti pajak. Tapi poin saya begini, harus dilihat bahwa harus disyukuri kita punya komoditi, kita punya sawit, kita punya batu bara, kita punya nikel sehingga ini menjadi windfall profitnya pemerintah. Ya kita diuntungkan tapi tentunya pemerintah yang diuntungkan nomor satu, baru kita.

Perang Rusia dan Ukraina menguntungkan perusahaan energi termasuk Adaro?

Jangan lupa Rusia itu adalah produsen batu bara. Rusia itu adalah produsen gas. Rusia itu produsen minyak. Khususnya batu bara, karena batu bara dari Rusia tidak ada yang mau beli lagi ya Indonesia diuntungkan. Itu aja. Makanya sekarang tadi saya bilang, negara-negara Eropa ini sudah mulai berdatangan, mencari source of energy. Tapi karena harga gasnya meningkat berapa puluh kali, hitung-hitungan lagi walaupun harga batu bara juga ningkat berapa kali, bukan berapa puluh, lebih efisien lagi batu bara.

Pengusaha Eropa sadar nggak bahwa langkah yang diambil salah?

Menurut saya bukan salah atau tidak, no one can predict the war. Kita mana tahu tiba-tiba ada perang Rusia Ukraina. Tapi poin saya tadi, rasanya PLN pemerintah Indonesia sudah tepat dengan melakukan energy mix yang sangat bagus.

Kawasan industri hijau yang groundbreaking dilakukan Presiden menggunakan lahan Pak Boy, prosesnya seperti apa?

Sebetulnya bukan dipilih. Jadi saya dan partner Malaysia saya itu kebetulan kita punya perkebunan sawit di Kalimantan Utara sudah dari 7-8 tahun yang lalu. Dalam perjalanannya setelah kita tanam 3.000 zoningnya diubah oleh pemerintah daerah waktu itu. Waktu itu saya tanya, diubah untuk apa, untuk industrial zone.

Karena diubah untuk industrial zone saya tanya industrial zone apa, saya cari-cari tahu rupanya di sana untuk menjadi heavy duty industrial zone. Istilahnya smelter atau segala macam.

Saya cari tahu lagi, kan di sana nggak ada sumber daya batu bara yang berlimpah, nggak ada sumber daya nikel, tidak ada sumber daya bauksit, tidak ada sumber daya alumina. Oh ternyata di sana ada sumber daya hydro energy yang sangat potensial. Sudah pernah digarap juga oleh banyak perusahaan dari 7-8 tahun yang lalu, nggak jalan.

Kenapa nggak jalan, karena ini chicken and egg. Bangun hydro-nya nggak ada tanahnya mau dijual kemana. Punya tanahnya terus kita nggak ada hydro-nya mau dapat listrik dari mana. Untuk itulah saya kembali ke Adaro karena Adaro dalam visi saya harus bertransformasi ini potensi yang sangat besar. Akhirnya saya bilang, ini Adaro aja. Makanya Adaro masuk ke sini.

Kenapa demikian, ya memang saya perlu kendaraan yang perlu perusahaan yang solid, yang balance sheet-nya bagus, yang punya track record, bisa dipercaya. Itu pun juga nggak sanggup kita melakukan sendiri, kita ajak konsorsium Indonesia, nanti konsorsium dari China dari middle east, dari Saudi, United Arab. Tapi ya itu kebetulan satu opportunity kembali on the right time, on the right place.

Poin saya gini, ini kan satu murni swasta ke swasta nggak ada APBN segala macam. Kedua Menko Marves pergi ke seluruh dunia nyari investasi. Menteri investasi Pak Bahlil pergi ke seluruh dunia untuk mengundang investor. Masa ada investor Indonesia nggak di-support. PMDN loh, perusahaan nasional loh, ya harus di-support dong. Karena memang sifatnya pemerintah itu memfasilitasi investor dari Jepang, Korea, termasuk investor dalam negeri.

Progresnya bagaimana?

Kita kan baru sebagian cut and field. Kedua kita memang akan fokus yang Adaro alumunium smelter. Kita akan fokus di sana dulu.

Total luas lahan?

Total luas lahan yang tersedia 16.500 ha. Itu kan nanti ada konsorsium, terus nanti ada perusahaan industrial estate-nya, nanti kita lihat konsorsiumnya istilahnya ini dengan siapa, itu dengan siapa. Tapi intinya visinya ke sana. Dan ini akan menjadi sesuatu yang sangat baik untuk Indonesia karena nanti dalam bayangan saya, kita bisa contribute yang cukup besar untuk di kawasan Indonesia timur, penciptaan lapangan kerja yang begitu besar. Investasi nanti yang begitu hebat. Sehingga pertumbuhan ekonomi Indonesia itu bisa juga dikontribusikan dari daerah itu. Itu mimpi saya ke depan seperti itu.

Quick answer. Kritpto atau saham?

Saham

Adaro atau GoTo?

Adaro

Nusantara atau Jakarta?

Jakarta

Kenapa pilih saham daripada kripto?

Ya enggak, saya kan lebih tipenya lebih konservatif aja. Saya tahu kripto tapi nggak terlalu dalam. Dan ini saya melihat bukan dunianya saya.

Tapi sekali lagi kenapa, saham kan masih bisa lihat perusahaannya, performance-nya, track record-nya. Kripto ini sesuatu yang memang saya nggak ngerti. Tentunya high risk high return. Untuk itu saya lebih hati-hati saja.

Walaupun dengan berbagai pompom dari pengusaha-pengusaha dunia, Elon Musk juga main kripto? Pak Boy main kripto?

Saya nggak. Nggak main kripto. Kita tuh jangan melihat Elon Musk begini-begini. Kita nggak tahu Elon Musk ruginya juga berapa banyak. My point, pesan saya ke adek-adek saya yang lebih milenial segala macam. Pokoknya apapun one at the time, satu-satu. Karena segala sesuatu ada prosesnya.

Satu-satu, takutnya kalau mau instan mau cepat-cepat kaya, ada ponzi scheme, ada apa segala macam. Jatuh. Kalau sudah jatuhnya dari tinggi ke bawah susah. Kalau kita satu-satu istilah saya kalau jatuhnya nggak terlalu dalam kita bangkit lagi. Saya juga begitu, jatuh bangun, jatuh bangun. Ibaratnya teori saya, 9 kali jatuh harus 10 kali bangun. Jadi kita menata itu satu-satu. Kalau terlalu dalam recover-nya susah gitu loh.



Simak Video "Kisah Raja Batu Bara Jatuh Cinta dengan GOTO"
[Gambas:Video 20detik]

(acd/eds)

Hide Ads