Pertempuran Mulyono, 'Pahlawan Cilik' di Balik Decacorn Pertama RI

Wawancara Khusus Driver Pertama Gojek

Pertempuran Mulyono, 'Pahlawan Cilik' di Balik Decacorn Pertama RI

Kholida Qothrunnada - detikFinance
Rabu, 22 Jun 2022 09:30 WIB
Driver Gojek 001, Mulyono
Foto: Kholida Qothrunnada

Apakah ada keistimewaan yang didapatkan dengan posisi sebagai driver Gojek 001?

Keistimewaan kalau dari segi apa ya... sebenarnya kalau saya bilang nggak ada sih sama aja. Cuman, setiap ada eventnya Gojek, saya selalu dilibatkan. Itu lah salah satu bentuk apresiasi Gojek ke saya. Event-event pentingnya Gojek pasti saya selalu dilibatkan. Istimewanya di situ aja sih.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apa pengalaman paling berkesan Bapak selama jadi driver Gojek?

Paling berkesan bisa sampai duduk berdampingan sama Presiden Jokowi pas tahun 2018, momen silaturahmi ojol Nusantara di Kemayoran. Itu, saya kayak mimpi sebelahan sama Pak Jokowi, sebelah saya Menteri. Kan pada saat itu juga ada teman-teman dari aplikator lain, tapi yang di sampingnya pak Jokowi sama Pak Menteri Perhubungan Budi Karya ya saya. Dan di belakangnya juga masih banyak Menteri.

ADVERTISEMENT

Nah, itu momen yang menurut saya nggak kepikiran. Sampai saya cubit-cubit tangan ini mimpi nggak sih? Dan Pak Presiden itu ramah ngajak ngobrol saya, asli dari mana, udah berapa lama di Gojek, berapa penghasilan sehari, sampai sedetail itu. Dan menurut saya luar biasa. Mungkin itu pencapaian tertinggi buat saya. Basic saya opang, dan saya orang yang tidak berpendidikan tinggi. Itu dua kali saya ketemu Pak Jokowi saat itu momen mitra juara Gojek di tahun 2019, beliau masih ingat saya. Dan itu bangganya luar biasa.

Bagaimana rasanya jadi driver Gojek saat ini, di mana persaingan dengan driver lainnya semakin banyak?

Sebenarnya sekarang dengan semakin banyaknya kompetitor, Gojek ini sebenarnya punya pangsa pasar tersendiri. Karena kita terkenal dengan pelayanannya. Dan itu kompetitor lain, nggak bisa mengikuti itu sampai saat ini. Dan di Gojek ini, selalu ada inovasi-inovasi terbaru, entah itu buat customer, driver. Jadi, kami tidak pernah khawatir.

Dan Alhamdulillah sampai saat ini pun, dalam sehari bisa dapat Rp 200 ribu, saya syukuri dengan semakin bertambahnya usia, keprimaan saya berkendara saya segitu. Dan petinggi-petingginya Gojek juga, selalu perhatiin mitra-mitranya di lapangan.

Apakah ada barang/aset yang sudah dibeli dari hasil Gojek sejak pertama kali? Sudah beli apa aja?

Hahahaha, kalau ditanya saya sudah beli apa aja. Sebenarnya saya ini nggak punya apa-apa. Nggak bisa beli apa-apa. Saya cukup syukuri dan saya nikmati hidup ini saya bisa membesarkan anak-anak, saya bisa menyekolahkan anak-anak itu udah materi yang sangat luar biasa. Mungkin saat itu, kalau saya masih ngopang, anak saya belum tentu udah bisa pada sekolah.

Nah ini juga jadi aset ,dalam artian ini lah pencapaian saya beli rumah walaupun nyicil. Saya pilih beli rumah di Bekasi, saya memikirkan tempat kerja anak saya, yang kalau dari sini nggak terlalu jauh. Saya juga memikirkan, kalau saya ambil rumah di Depok, di Tangerang itu aksesnya terlalu jauh saya dari tempat kerja anak.

Saya dulu di Jakarta ngontrak di daerah Condet selama 12 tahun. Kalau saya ambil rumah di Jakarta saya nggak mampu, saya ngambil rumahnya di pinggiran. Dengan angsuran semampu saya ya, harus keluar di Jakarta. Nggak mungkin saya ambil rumah di Jakarta yang di sekitaran harganya udah di atas Rp 500 juta semua.

Kalau dibilang materi apa yang terbanyak saya dapetin dari Gojek, saya bisa mengenal teman-teman di Indonesia. Alhamdulilah teman-teman driver Gojek ini hampir semua kenal dengan saya. Dan saya punya komunitas Driver Oriental Indonesia (DOI) saya dirikan 4 tahun yang lalu, dan udah terbentuk chapter-chapternya di seluruh kantor Gojek yang ada di Indonesia. Itu lah harta terbesar saya.

Oh iya sama saya bisa naik pesawat. Saya belum pernah naik pesawat, itu saya diajak tim Gojek saat momen merajut Nusantara di tahun 2019. Saya kebagian ke Makassar. Dan saya pas itu di pesawat, saya kepikiran dosa kita semua, 2 jam itu udah nggak karuan-karuan. Takut luar biasa. Karena undangan dari teman-teman, saya hampir bisa mengelilingi kota yang ada di Indonesia kaya Surabaya, Semarang, Solo, bisa jalan-jalan secara gratis.

Kapan awal pertemuan dengan Nadiem Makarim? Boleh cerita bagaimana pertemuan pertama tersebut terjadi hingga akhirnya pernah juga bertemu saat Nadiem sudah jadi Menteri?

Ketemu pertama ya di 2010, kebetulan saya sendiri juga dulu nggak tahu kalau Pak Nadiem ini bosnya Gojek. Setelah seminggu kemudian, ada yang ngasih tau itu namanya Pak Nadiem yang punya Gojek.

Lah itu saya bilang, saya sering ketemu kalau lagi disuruh sama Ibunya cuma kan kita nggak pernah ngobrol. Setelah itu, dia bilang pas ketemu 'Pak Mul gabung juga di Gojek?' terus saya bilang 'oh iya siap bos'. Ya udah lah jadi sering ngobrol-ngobrol, dia juga sering minta saran dan masukan Gojek ke depannya gimana.

Bahkan waktu itu, orang Gojek yang pertama kali ngucapin selamat yang jadi Menteri itu saya. Karena saya yang diundang ke Kementerian, setelah satu hari dilantik jadi Menteri. Satu kebanggan lah.

Sekarang setelah jadi Menteri, sampai saat ini hubungan kita baik. Saya kontak langsung, saya ini kan punya nomor kontak langsungnya beliau, nomornya nggak tersebar luas. Nomor pribadinya itu ada dari 2010 sampai saat ini nomornya, masih itu aja. Belum ganti-ganti dan beliau sendiri yang pegang. Sampai saat ini masih japrian, nanyain kabar. Kalau saya Japri, Bos lagi di mana? Pasti dijawab.

Bahwasanya yang tadi saya bilang punya kedekatan sama beliau, karena sering jalan di motor. Bahkan nganterin pacaran pun saya sering. Pak Nadiem tidak pernah ada gengsi sama sekali.

Pas pernikahan kita konvoi, kita kawal Pak Nadiem, dengan driver Gojek. Ada sekitar 50 driver sampai resepsi ke rumah istrinya. Pak Nadiem itu melibatkan momen bahagia dia, juga teman-teman Gojek dilibatkan. Pacarnya itu yang saya antar itu, yang jadi istrinya sekarang Mba Franka.

Terakhir ketemu pak Nadiem saya itu pas kemarin launching GoTo kemarin. Saya disamperin pak Menteri, istrinya. Pak Mul apa kabar? Dan sapaan itu sudah suatu kebanggan buat saya. Bahwasanya, beliau tidak pernah melupakan saya. Saya setiap ketemu Nadiem, saya pasti akan nangis. Pas itu saya sempat ngobrol lama, sekitar 10 menit. Temu kangen, saya dipeluk-peluk itu Corona pas PSBB. Gojek ini kan tanpa ada orang-orang lama kan nggak mungkin sesukses ini kan?

Bapak menjadi salah satu driver yang mendapatkan saham GoTo saat IPO kemarin. Dapat berapa lembar saham? Masih dipegang sampai sekarang atau sudah dilepas/dijual?

Saya dapat 4.000 lembar saham. Jadi angkatan 2010-2016 itu mendapatkan 4.000 lembar saham. Yang dari 2017-2022 mendapatkan 1.000 lembar saham. Ini lah bentuk apresiasi Gojek, ke teman-teman mitranya. Nggak sedikit lho, ke 600 ribu mitra itu kan nggak sedikit yang dibagi saham.

Biar kata berbentuk saham itu kan jangka panjang. Mungkin aplikasi lain nggak bakalan bisa atau mampu. Sahamnya masih saya simpan, saya investasi. Kalau perlu saya tambahin.

Saya kaga ngarti sebenarnya, benar-benar nggak ngerti main saham. Kan bener-bener orang gaptek. Nah, setelah kita dikasih saham sama Gojek, Gojek bagus lho, baik kita diajarin. Cara mengelola sahamnya nanti gimana sih? Terus ada informasi di aplikasi Gojek kita. Pak nanti begini ya begini, dan sampai saat ini kita download nanti informasi lagi, tunggu ya informasi selanjutnya. Karena kan sampai 8 bulan itu benar-benar yang mau dijual ya dijual, yang mau investasi-investasi. Saya masih segitu sahamnya, belum ditambahkan karena ada kebutuhan keluarga yang lain.

Apakah Bapak juga investasi di saham sebelumnya?

Belum pernah sama sekali, Gojek yang mengajarkan.

Apa fakta menjadi driver Gojek, yang menurut Bapak nggak banyak orang yang tahu?

Oh bahwasanya, faktanya terkadang kita ini dicibirkan. Kita ini masih banyak kan diskriminasi. Kita masuk mal, harus copot atribut itu salah satu diskriminasi. Kita ini dibutuhkan, tapi kesannya kita diremehkan. Kita dapat orderan Gofood, belanjanya di mal. Tapi di mal tersebut kita nggak boleh pakai atribut.

Masih banyak banget, kalau saya sebut satu per satu. Bahkan ada satu mal, kita benar-benar tidak boleh masuk mal tersebut, kita nggak tahu model restorannya kayak apa, kita suruh tunggu di basement. Ya adalah salah satu mal di Kebayoran Baru.

Jadi, kita nunggu di basement, nanti dari pihak resto nganterin ke kita makanannya ke basement. Ini fakta! Bahwasanya kita dibutuhkan, tapi kita masih dianaktirikan. Itu lah yang kita upayakan ayolah, mulai terbuka ke kami. Fakta-fakta lain banyak, kami sering dapat perlakuan yang tidak adil. Dari segi pelayanan dari merchant. Ada pihak-pihak yang terkenal ini kita nggak boleh masuk.

Kasarannya, kalian butuh uang dari Gojek dari customer, tapi kami suruh begini. Jadi kami ini dianggap apa dari restoran sampean? Sampai suatu saat saya pernah debat, kenapa sih? Mereka yang makan dan nongkrong di tempat itu belum tentu orderan lebih besar dari yang pesan di Gojek. Dan itu kebanyakan dari restoran-restoran yang terkenal. Alasan dari dia (pihak resto) katanya privasi. Kan sialan! Itu fakta, itu sering kita hadapi.

Kalau fakta menyenangkan juga banyak, contohnya ya kita kasih pelayanan terbaik ke customer. Dan customer kasih tip, itu fakta. Saya pernah dikasih tip selama di Gojek, pernah di kasih tip Rp 500 ribu. Kebaikan-kebaikan itu banyak yang datang ke saya, itu fakta banget. Orang nggak kenal, banyak yang peduli dan itu di luar informasi saya sebagai driver Gojek.

Rencananya mau sampai kapan jadi driver Gojek?

Kalau ditanya sampai kapan, saya sendiri belum tahu. Tapi, saya mungkin kalau saya udah nggak mampu lagi naik motor saya akan pensiun. Selama saya masih mampu bawa motor, selama saya mampu melayani customer dengan baik dan saya akan tetap jadi Gojek.

Karena kalau bicara Gojek, saya ini emosionalnya sangat tinggi. Tanpa Gojek pungkiri, saya ini punya peran, walaupun nilainya nggak seberapa. Tapi saya ikut andil dalam membesarkan Gojek sampai saat ini. Dan itu menjadi emosional buat saya.

Kalau bisa ngomong langsung ke CEO/bos Gojek, Bapak mau ngomong apa terkait kesejahteraan para driver/mitra?

Kalau CEO Gojek sekarang kan Mas Kevin. Saat ini saya rasa kesejahteraan mitranya sudah sangat baik lah. Kalau menurut saya banyakin lah banyak program mitra. Dan ini sebenarnya sudah dilakukan. Ada makan hemat, beli paket dana hemat, banyak. Yang saya bilang Gojek ini keterbukaanya sudah mulai ada, dan buat Mas Kevin terus ada buat kita-kita.

Teruslah optimal ada buat mitra, terus berinovasi bagaimana caranya kita dapat orderan makin banyak, bagaimana menarik customer. Itu hal-hal program inovasi Gojek itu yang harus dilakukan. Jadi, saran saya sih mudah-mudahan Gojek semakin baik, dan selalu memperhatikan mitranya.

Oh iya, karena Gojek menjadi salah satu bagian terpenting dalam hidup saya. Itu anak saya yang terakhir kelima saya namain Kevin sama kayak CEO Gojek sekarang. Yang keempat saya namain Nadiem, pendiri Gojek.


(eds/eds)

Hide Ads