Perjalanan karir seorang Achmad Kusna Permana?
Kalau di syariah, saya ini rasanya yang paling senior. Sudah 16 tahun. Saya komitmen ingin tetap di syariah.
Apa alasannya?
Memang rasanya passion saya ada di situ dan kepercayaan pribadi saya saja. Saya tidak ada keinginan kembali ke konvensional. Kalau sudah selesai di BMI Insya Allah saya nanti mungkin kalau di financial atau non saya tetap ingin di syariah. Karena saya percaya kalau ada passion di situ tidak mungkin performance kita biasa-biasa saja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saya merasakan ada di situ. Saya pernah di HSBC pegang kartu kredit, bagus banget performa saya wkatu itu melejit. Karena itu passion saya. Tapi ketika saya waktu itu ada syariah nih riba segala macam. Sebagai muslim saya terpanggil. Jadi bahkan saya terpanggil ketika ada tugas di Amerika Serikat (AS) program 6 bulan, tiba-tiba ada fatwa MUI, saya takut mati ini.
Waktu itu di AS lagi pengembangan kartu kredit. Coba produk apa yang lebih riba daripada kartu kredit? Iya saya bilang saya takut mati. Habis itu kalau kit asudah mati ketemu malaikat ada yang ingetin nggak itu bank sudah ada fatwanya. Mau bantah apa coba? Daripada nanti di akhirat saya gambling mendingan saya pindah aja.
Langsung ke Permata?
Nggak, saya ke Danamon Syariah 3 tahun. Waktu itu masih kecil Rp 180 miliar, saya tinggal Rp 1,2 triliun. Tiga tahun itu saya belajar lengkap dari korporasi, sampai ritel sampai SME. Saya masuk ke Permata karena saya lihat komitmennya lebih besar daripada Danamon Syariah.
Saya sudah stay di Permata happy saja, bonus bagus segala macam. Tapi ya ini muslim call. Saya di-approach sama IsDB itu 3 kali ya untuk masuk muamalat. Saya tahu Muamalat problemnya banyak challenging.
Pertama saya nggak masuk karena saya baru diangkat jadi direktur di Permata waktu itu, yang kedua waktu itu saya di approach lagi waktu itu lagi ganti-ganti banyak direktur kan Roy, Anita diganti segala macem kan 3 orang yang diganti. Saya tidak pindah juga saya punya alasan dong, yang ketiga saya tidak punya alasan untuk menolak. Saya bilang udah 3 kali di call mungkin Allah yang manggil saya ngetes aja ini benar gak mengaku sebagai pejuang syariah tapi di challenge masuk muamalat ketakutan.
Saya tahu problemnya banyak Muamalat. Jadi itu masuk itu lebih ke personal call aja mungkin Allah memang ngetes saya mau nggak nih ya. Ya karena muamalat problemnya seperti ini jadi ya sudah I have a choice saya harus ke sini.
Saya address problemnya alhamdulillah akhir tahun lalu kita bereskan modal udah masuk BPKH terbaik pula, kemudian NPL kita buang so basically itu yang bisa saya capai ya bahwa permasalahan Muamalat itu memang sangat challenging tapi karena kita punya passion di situ jadi kalau muslim kan Allah akan naikkan derajatnya dengan berbagai permasalahan itu sebenarnya tes jadi saya merasa Allah memanggil saya ke sini pun sebenarnya Allah itu sudah tahu kok kekuatan saya bagaimana, kemampuan saya sampai mana jadi just do it aja.
Kalau Allah tahu saya nggak mampu menjalani ini nggak mungkin dia masukin saya ke sini saya punya keyakinan itu. Wah itu turbulensinya wah udahlah ya udah tahu kita udah hampir tutup, waduh pokoknya setengah mati tapi sebenarnya saya mungkin menggarisbawahi ketika kita punya passion mungkin performance kita nggak mungkin biasa-biasa aja, yang kedua ketika kita punya passion di situ kita kesulitan kayak apapun nggak akan terasa sulit karena kita menikmati proses itu kan karena kita punya keyakinan itu tadi yang saya bilang nggak mungkin Allah itu memanggil saya masuk ke muamalat karena Allah itu sangat tahu kemampuan saya dan kelemahan saya jadi saya yakin ini pasti ada solusinya ya walaupun sampai 2 kali masuk rumah sakit stres juga ya.
Jadi kalau menurut saya itu kan yang mau masuk muamalat waktu itu sampai 35 calon investor can you imagine terus ketika Allah memilih BPKH menurut saya itu intervensi dari Allah juga kenapa karena saya yakin dari para pendiri dulu para jamaah haji yang mengalokasikan sebagian uangnya menjadi saham itu akan banyak do'anya yang mabrur.
Coba gimana caranya sampai 35 investor tidak kejadian BPKH yang ke32 bisa jadi masuk sini dan itu buat Muamalat sangat sempurna ya BPKH uangnya sangat banyak dia punya jamaah haji dan Muamalat dulu dijadikan oleh jemaah haji coba kalau nggak ada intervensi dari sananya.
Jadi buat saya ya pelajaran di Muamalat itu hikmahnya terlalu banyak pertama buat my professional achievement itu menurut saya 5 tahun di Muamalat itu acceptional karena saya belajar tidak hanya di sisi banking saya orang consumer saya melihat bagaimana ngurus yang namanya modal, investor, politik segala macem ya dan buat saya itu akhirnya menjadi pengalaman yang nggak ada duanya lah Muamalat.
Jadi bapak seperti membetulkan mobil rusak?
Iya tapi tetap sambil jalan karena nggak bisa berhentikan. Kalau diam masuk bengkel biasa kan tapi di bank tidak bisa seperti itu harus bisa tampil melayani customer seolah-olah banknya itu ada padahal kita jalan kaki pakai kita, bukan pakai ban.
Tapi Muamalat punya kekuatan, kalau bukan Muamalat mungkin udah tutup juga ya karena banyak orang yang berkepentingan kalau Muamalat itu harus tetap berdiri itu keyakinan saya sih orang ikon industri. Orang ada industri pertama kali itu muamalat bukan asuransi syariah, bukan whatever syariah.
Sekolah-sekolah dulu syariah itu ada gara-gara Muamalatnya, kolom syariah di media muncul gara-gara Muamalat karena muamalat cikal bakal jadi nggak mungkin too costly buat negeri ini kalau Muamalat sampai tutup itu keyakinan saya waktu saya masuk.
Saya bilang seburuk-buruknya permasalahan ujung-ujungnya akan tutup mau apa sekompleks permasalahan ujung-ujungnya pasti tutup. Mungkin nggak Muamalat tutup? menurut saya nggak mungkin karena saya punya keyakinan itu jadi memang Muamalat pilihannya bagus orang dari kondisi kisruh aja yang buka account banyak.
Tahun ini adalah tahun ke 16,5 di syariah. Saya Juli 2006 masuk syariah pertama kali dan saya di konvensional 15 tahun jadi saya udah lebih syariahnya nih daripada konvensional. Konvensional udah 15 tahun sekarang udah mau tahun depan udah ke 17 insyaallah di syariah. Tapi saya sangat mencintai syariah dan passion saya di syariah menurut saya itu yang menyebabkan saya bisa survive. Terlalu banyak berkahnya buat hidup saya untuk syariah ini.
Anda memang jurusan ekonomi saat kuliah?
Saya IPB jurusan tanah ya kan. Tapi saya waktu itu ikut ODP pas masuknya itu jadi mungkin yang berbeda menurut saya ya orang ekonomi dengan orang yang dari ilmu pasti. ODP di Bank Bali, sebelum jadi Bank Permata.
Memang suka dengan pertanian?
Waktu SMA saya masuk kelompok anak pintar. Dapat undangan dari IPB, walaupun kalau dites belum tentu masuk ya. Saya enjoy aja jalaninnya. Terus masuk jurusan tanah karena teman-teman basket saya masuk jurusan tanah semua jadi 'kita bikin tim yang kuat yuk ada 8 orang tuh teman basket semua'.
Awalnya kan nggak ada jurusan. Kita menang terus karena tinggi-tinggi anggota timnya. Ternyata pas masuk jurusan analogi tanah susah, fisika tanah pantes aja orang-orang nggak pada daftar. Kita masih happy segala macem, pas kuliah fisika tanah nih apa jadi kita survival akhirnya. Yang penting happy dan enjoy aja di lapangan basket sampai main voli.
Ya tapi mungkin karena distress begitu nah jadi ketika itu dapat beasiswa masuk di perusahaan pertanian itu cuman setahun nggak bisa saya ternyata, maksudnya saya tidak enjoy. Waktu itu saya yang bikin itu Taman Bunga Nusantara yang di Cipanas wah saya sampe flek-flek hitam di situ itu tahun '89 kalau nggak salah.
Karena saya dapat beasiswa kan di kontrak kan "kerja di situ," itu yang bikin terasering itu, tempat bikin benih segala macem itu itu bunganya datang dari Belanda segala macem itu saya di situ setahun, ada satu lagi taman bunga ada 2 satu lagi di Bengkulu saya udah survey kesana udah disana terus tapi lamanya di Cipanas itu nama Yayasan Bunga Nusantara saya dapat beasiswa dari situ itu yang punya Bu Bustanul Arifin di situ.
Nah sudah setahun di Cipanas ketemulah sama teman-teman IPB ada beberapa itu kerja di bank, ketemu di dulu ada McD Sarinah. Saya datang dari kebun Cipanas flek saya di mana-mana terus saya lihat teman saya pakai baju putih keren banget, pakai dasi gitu padahal secara fisik kan gantengan gue, gue ganteng dulu tapi dia pokoknya dia keren waktu itu.
Dia bayarin, terus lu datang dari kampung sepatu udah buletek item, celana udah nggak proper banget, celana hijau, baju wah udah ancur "ya kalau gue didandanin gue oke juga," padahal waktu kuliah pinteran gue kuliahnya.
(kil/eds)