Apakah ada perbedaan antara nilai gizi dengan susu sapi?
Ini kan sebenarnya masing-masing punya keunggulan komparatif ya. Untuk susu ikan, keunggulan pertamanya punya nilai kandungan langsung dari bahan bakunya, Omega 3, EPA-DHA. Kandungan ini untuk pertumbuhan sel-sel otak itu terkandung di susu ikan. Untuk kandungan lainnya, seperti kalsium dan vitaminnya. Ini kalau di susu formula itu difortifikasi dalam bentuk minyak ikan. Karena di susu sapi kan tidak mengandung itu.
Kemudian keunggulan berikutnya susu ikan ada lactose free, bebas dari laktosa. Kalau ada anak atau yang mengonsumsi ada intoleran laktosa itu untuk susu ikan tidak ada.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertanyaan lain pastinya baunya amis enggak? Masyarakat itu kan masih melihat kalau ikan itu amis. Pastinya ini menjadi perhatian para peneliti kami, para industri yang mengolah dan semuanya menjadi perhatian khusus. Ini sudah dihilangkan.
Jadi, proses untuk bau amis itu sudah dihilangkan sehingga bau amis itu tidak ada. Kami kan meminta review, minta testimoni, minta pendapat anak-anaknya bagaimana rasanya? Rasanya seperti susu, gitu.
Saat itu, anak-anak belum mengetahui apa yang diminum. Kemudian kita tanya, amis nggak? Ya, ini rasanya seperti susu. Jawabannya begitu. Jadi, mereka mengenalnya emang susu.
Kemudian susu ikan juga mudah diserap tubuh. Ini karena proses hidrolisatnya sudah menjadi asam amino pendek istilah-istilah para peneliti. Itu serapannya ke tubuhnya lebih besar, lebih dari 92%. Jadi, serapan proteinnya lebih cepat.
Tadi kan sudah disampaikan keunggulan-keunggulannya, kalau untuk kekurangannya apakah ada?
Mungkin kalau dari diskusi-diskusi itu kandungan kalsiumnya lebih rendah dibandingkan susu sapi. Namun demikian ini program makan bergizi gratis menjadi kesempatan kita membuat tata kelola gizi masyarakat. Sehingga para ahli gizi ini nanti akan memetakan kebutuhan gizi untuk kelompok umur ini adalah ini. Maka rancangan untuk menunya sebulan ke depan itu apa saja. Ini sumbernya dari apa saja bisa dipenuhi.
Dengan begitu, semua hasil makanan atau bahan-bahan yang ada itu bisa memenuhi itu sehingga kebutuhan gizi masyarakat bisa terpenuhi.
Sejauh ini untuk produksi HPI masih satu pabrik saja, PT Berikan Bahari Indonesia?
Ya baru itu saja. Sementara memang masih berkembang waktu kami melakukan penelitian, kemudian bermitra dengan industri ini. Kami berharap dari kondisi ini nanti akan menjadi suatu perkembangan industri yang baru di Indonesia sebagai satu hasil dari hilirisasi perikatan.
Terkait untuk teknologinya sendiri, apa sudah tersedia di Indonesia?
Kalau teknologinya sudah tersedia. Jadi ini yang sekarang alat pengolah ini itu sudah dikembangkan, sudah ada di Indonesia, tersedia. Itu adalah produk dalam negeri oleh anak-anak bangsa. Salah satu ininya juga Mas Yogi dari PT Berikan yang buat bagaimana alatnya dan semuanya itu sudah produksi dalam negeri.
Apakah ada komponen impornya untuk memproduksi susu ikan?
Sekarang yang menjadi satu ini memang pertanyaan itu adalah terkait dengan enzim kebutuhan dalam prosesnya.
Enzim ini sudah juga tersedia lokal. Kalaupun nanti ada suatu kebutuhan melonjak dengan kapasitas produksi, apabila diperlukan mungkin di sini ada satu keperluan impor untuk itu. Tapi juga tidak besar di situnya. Sebagian (impor) apabila diperlukan.
Apabila dibandingkan secara harga, biaya produksinya apakah lebih tinggi dibandingkan yang susu sapi perah?
Kalau dari teman-teman yang kemarin di industri, itu mirip-mirip tipis dan bahkan mereka bercerita menyampaikan satu hitungan itu bisa lebih murah.
Ini kan menggunakan banyak teknologi di dalamnya. Biasanya yang menggunakan teknologi lebih mahal harganya. Apakah susu ikan bisa lebih murah?
Kalau untuk hitung-hitungan rupiahnya, saya tidak tanya waktu itu. Cuma saya berpikir ketika nanti produksi, industri ini berkembang, volumenya naik, itu pastinya bisa dapat lebih murah dari sekarang. Tapi kalau dibandingkan keduanya itu harganya mirip-mirip. Bahkan satu susu itu, satu kemasan bisa Rp 5.000. Jadi, mencukupi dari apa yang menjadi target, apa yang disediakan untuk makan bergizi ini.
Lantas bagaimana cara KKP mendistribusikan bahan baku ikan secara merata ke Indonesia?
Ya, sepanjang pantai Nusantara ada (bahan bakunya). Insyaallah aman.
Kemudian apa strategi KKP untuk meningkatkan produksi susu ikan?
Ya, kami sekarang dengan kondisi yang sudah semakin dikenal, HPI dan fungsi dan manfaatnya. Kemudian salah satu hasilnya adalah HPI kemudian menjadi susu ikan ini. Kami, dan beberapa industri juga sudah mulai konsultasi melalui satu pembahasan. Mereka ada minat-minat untuk mengembangkan pabrik-pabrik ini. Nanti dari kami adalah pengawalan terkait dengan standar, dari bahan baku, produksi. Dan kami memfasilitasi terkait dengan sertifikasi dan perizinan. Karena tugas kami adalah melakukan pelayanan publik sehingga industri akan berkembang dengan kemudahan-kemudahan perizinan yang ada.
Dengan sekarang semakin dikenalnya protein, ekstrak protein sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan asupan protein masyarakat, itu kami dorong, kami akan bantu di sana.
Dengan susu ikan yang semakin dikenal, apakah ada tantangan KKP dalam memproduksi susu ikan?
Tantangan itu sekarang ketika bicara tentang susu ikan, ini kan ada pro kontra-nya. Kami melihatnya itu positif karena masukan juga.
Hal yang menjadi satu tantangan itu apakah ini sudah diterima masyarakat. Karena kami berharap masyarakat dengan kondisi semakin mengenal dan menerima bahwa protein ikan itu ada, wujudnya ada ikan segar, ikan olahan, dan HPI. Jadi tidak dipertentangkan kenapa harus diekstrak. Karena ekstrak ini bagian dari untuk mempermudah bagi masyarakat yang yang ada kendala untuk makan ikan atau minum susu sapi.
Kemudian juga Indonesia ini kan jangkauannya kan cukup luas, dengan adanya HPI ini kan memudahkan transportasi ke daerah-daerah yang belum ada rantai dinginnya, belum ada kulkas atau penyimpanan, dan semuanya. Dengan difortifikasi ke bahan baku makanan atau minuman, mereka punya kesempatan untuk mendapatkan protein.
Nah tantangannya sebenarnya ini bagaimana kita nanti menjadi bagian dari program nasional ini. Kemudian kami juga dengan para pelaku usaha, mendorong pelaku usaha untuk segera membangun industri-industri ini, memperkuat di daerah-daerah.
Kalau boleh share testimoni Bapak mencoba susu ikan ini?
Kalau yang saya minum susu ikan ya kayak susu. Kalau ada bedanya, enggak sih. Pertama kali yang dalam benak saya itu, ini baunya gimana ya? Teksturnya sama. Untuk rasanya, industri ini juga menyediakan perasanya. Jadi, ada yang rasa coklat, rasa strawberry, vanilla, dan semua itu menjadi satu alternatif untuk masyarakat mana yang paling disukai. Kalau rasanya, teksturnya, itu terasa susu yang saya minum, seperti sebelum saya minum susu ikan.
Mengingat program makan bergizi nasional akan segera dilaksanakan, apakah KKP sudah sosialisasikan ke pengusaha? Bagaimana responsnya?
Respons dari para pengusaha pengolahan cukup tinggi. Ini menjadi satu kesempatan baru, harapan baru untuk industri mereka, industri olahan ikan. Sebenarnya kemarin ada beberapa yang datang ke kami menanyakan bagaimana mengolah ini dan semuanya. Kira-kira wilayah potensinya di mana yang akan dikembangkan. Kemudian teknologi apa yang diperlukan, syarat-syaratnya apa. Ini banyak konsultasi kami. Akhirnya animonya itu naik masih. Ini bagus-bagus. Kami berharap dengan kondisi ini industri berkembang dalam waktu dekat ini.
Hadirnya susu ikan ini menjadi harapan baru buat industri pengolahan ikan ya?
Ini harapan baru, semangat baru ya.
Dan juga konsumennya ada di depan mata kan.
Untuk dari namanya sendiri susu ikan, apakah Pak Budi setuju?
Jadi, kan sebenarnya susu ikan ini kan dikenalkan sebagai susu ikan memang berdasarkan dari protein ikan.
Ini adalah minuman berprotein. Nah, sementara ada satu definisi adalah ada susu, ini termasuk bagian dari susu analog. Susu analog itu susu yang dihasilkan bukan dari kelenjar. Mungkin kenal susu kedelai, susu almond, ya sama.
(eds/eds)