Apa respons PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) selaku perusahaan yang punya tanggung jawab melakukan moda transportasi kereta cepat pertama di Indonesia tersebut?
Direktur Utama KCIC Hanggoro Budi Wiryawan enggan menyebutkan target waktu penyelesaian pembebasan lahan proyek tersebut. Dirinya mengaku tidak bisa menjanjikan, karena proses tersebut masih terus berjalan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung memang tergolong lambat. Berjalan cukup lama, saat ini pekerjaan masih fokus pada proses pembebasan lahan.
"(Pembebasan) tanah 53%," ungkap Hanggoro.
Belum tuntasnya proses pembebasan lahan, membuat pekerjaan konstruksi belum bisa dilakukan.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Wijaya Karya, Bintang Perbowo mengaku, pekerjaan yang bisa dilakukan baru tahap persiapan, itu pun hanya bisa dilakukan pada bidang lahan yang sudah bebas seperti halnya di daerah Walini.
"Konstruksinya belum banyak karena mulai dari lahan-lahan bebas di dalam di Walini enggak begitu kelihatan," ujarnya.
Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung ini membentang sepanjang 142 kilometer (km) yang rencananya akan melalui beberapa kota antara lain Jakarta, Bekasi, Cikarang, karawang, Walini dan Bandung. Saat ini konstruksi di sekitar Walini sendiri masih pada tahap galian untuk persiapan pembangunan terowongan.
"Konstruksinya walini sudah galian kan mau dibikin ada terowongan persiapan bikin terowongan," ujarnya.
Menurutnya, jika persoalan pembebasan lahan telah selesai maka selanjutnya kontruksi menggunakan alat berat dari China akan segera dilakukan. Apalagi Kementerian Keuangan telah membebaskan bea masuk untuk seluruh alat berat yang akan digunakan untuk kontruksi proyek Kereta Cepat.
"Begitu semuanya sudah turun serentak semuanya dimajuin pakai alat berat dari China, alat berat sudah di pelabuhan. Ada master list Kemenkeu untuk bebas masuk," terangnya. (dna/mkj)