Jakarta -
Pemerintah telah memastikan segera akan membangun Tanggul Laut 'Garuda Raksasa' atau Giant Sea Wall. Bahkan groundbreaking proyek yang masuk ke dalam National Capital Integrated Coastal Development (NCICD)/Pengembangan Terpadu Pesisir Ibukota Negara (PTPIN) akan dimulai 9 Oktober 2014.
Proyek ini menjadi perhatian banyak kalangan tidak terkecuali para menteri Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II. Selain membutuhkan dana yang cukup besar, proyek ini juga akan melibatkan banyak pihak terutama dalam menyediakan teknologi dan pasir untuk mereklamasi lautan.
detikFinance mencoba mengurai proyek besar gagasan Pemprov DKI Jakarta dan pemerintah pusat ini. Yuk simak beberapa penjelasan penting tentang proyek Giant Sea Wall seperti dikutip, Selasa (7/10/2014).
Tahap pertama pembangunan proyek National Capital Integrated Coastal Development (NCICD)/Pengembangan Terpadu Pesisir Ibukota Negara (PTPIN) atau giant sea wall alias tanggul 'Garuda Raksasa' akan dimulai 9 Oktober 2014.
Bila sudah tuntas secara keseluruhan, keberadaan tanggul raksasa akan menjadi pelindung Jakarta dari ancaman banjir hingga 100 tahun.
"Didesain, sampai 100 tahun," kata Deputi Tata Ruang dan Lingkungan Hidup DKI Jakarta Sarwo Handayani.
Ia mengatakan saat ini opsi membangun Giant Sea Wall sebagai opsi terbaik untuk melindungi Jakarta dari ancaman banjir akibat penurunan permukaan tanah khususnya di Jakarta Utara. Handayani mengakui setiap waktu perkembangan teknologi terus berkembang, termasuk opsi-opsi lain pasca giant sea wall sudah terbentuk, untuk melindungi Jakarta dari banjir.
Handayani menambahkan untuk merealisasikan proyek ini butuh waktu dan tahapan yang panjang. Setidaknya, saat ini yang menjadi fokus pemerintah pusat dan Jakarta adalah menyiapkan pembangunan tanggul baru di pisisir laut Jakarta dan penguatan tanggul pesisir yang sudah ada. Tahap selanjutnya akan dibangun pulau-pulau buatan termasuk tembok laut berbentuk burung Garuda.
"Giant sea wall, pengamanan kota Jakarta, pembangunannya bertahap," katanya.
Menteri Pekerjaan Umum (PU) Djoko Kirmanto menjelaskan pihaknya sampai saat ini masih menyelesaikan detil desain Tanggul Laut 'Garuda Raksasa atau Giant Sea Wall. Tidak hanya melibatkan insinyur lokal, perencanaan pembangunan proyek ini juga akan melibatkan insinyur asing.
"Sekarang ini PU juga punya tim dan banyak ahli juga didatangkan dari luar negeri. Kita banyak profesor dari ITB (Institut Teknologi Bandung) peran kita bagaimana membuat desain yang bagus," kata Djoko.
Djoko memberikan gambaran detil desain yang sedang dikerjakan adalah membangun sebuah tanggul raksasa dilengkapi dengan daerah perkotaan baru dengan melakukan reklamasi laut.
"Desainnya kita membuat tanggul yang besar dan di dalamnya ada reklamasi dan ada perkampungan yang bagus. Itu sekarang yang sedang kita lakukan," imbuhnya.
Meskipun groundbreaking dilakukan pada tanggal 9 Oktober 2014 nanti, awal pembangunan proyek ini baru akan dimulai tahun 2015 mendatang. Hal ini menunggu selesainya detil desain yang sedang dikerjakan dan teknis pengerjaanΒ terutama oleh Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta.
"Kita sudah melakukan basemarking ke Korea, Belanda, New Orleans dan New York itu sudah semua dilakukan studinya dengan tim," sebut Direktur Jenderal Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan Umum Basuki Hadimuljono.
Basuki menjelaskan proyek tanggul raksasa di masing-masing negara yang ia sebutkan tadi memiliki fungsi yang berbeda.Β Belanda contohnya, konsep tanggul raksasa diartikan proses penutupan tanjung laut oleh sebuah tanggul besar. Air laut yang terjebak di dalam tanggul bertahun-tahun mengendap kemudian menjadi air tawar yang bisa dimanfaatkan masyarakat Belanda.
Contoh lainnya ada di Korea dengan sistem Giant Sea Wall berbasis gravitasi yang diberi nama Sai Man Rum. Awal pertama kali dibuat, proyek ini hanya difungsikan untuk meningkatkan sektor pertanian terutama penyediaan air baku dan lahan pertanian baru. Penyediaan air baku dilakukan dengan membangun tanggul raksasa. Sedangkan menciptakan lahan pertanian baru dilakukan dengan proyek reklamasi. Walaupun kenyataannya kini justru banyak lahan yang difungsikan sebagai komersil.
Lain di Korea dan Belanda, di New Orleans dan New York konsep tanggul raksasa dibangun untuk meredam tsunami dan banjir besar.
Kementerian Pekerjaan Umum (PU) mencatat, permukaan tanah di wilayah DKI Jakarta dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan. Penurunan tanah yang terjadi setiap tahun dianggap membahayakan kota Jakarta yang diprediksi akan tenggelam 15 tahun lagi.
"Kita ini sekarang sudah 10-12 cm per tahun turunnya. 15 tahun ke depan ini artinya nggak lama lagi (Jakarta akan tenggelam). Hitung-hitungnya dengan kondisi sekarang tidak ada satupun sungai di Jakarta bisa mengalir karena turun 5-7 meter,"Β ungkap Direktur Jenderal Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan Umum Basuki Hadimuljono.
Turunnya permukaan tanah di DKI Jakarta menurut Basuki disebabkan kegiatan pengambilan air tanah yang cukup besar.
Oleh karena itu dengan adanya proyek Tanggul Raksasa, Giant Sea Wall atau Garuda Raksasa bisa meminimalisir tenggelamnya Jakarta 15 tahun mendatang. Nantinya akan dibangun sebuah tanggul besar hasil reklamasi laut di pesisir utara Jakarta lengkap dengan pompa raksasa penyedot air ke laut.
"Sehingga dengan NCICD ini salah satunya untuk mnyiapkan juga air baku sekarang baru Jatiluhur aja. Lalu nanti dari sungai nanti ditampung. Makanya kita pakai pompa, di Korea pakai gravitasi yang ngalir sendiri. Penyediaan pompa besar sekali tetapi detilnya belum. Habis ini kita lakukan detil desain lalu kita selesaikan stage A," jelasnya.
Menteri Pekerjaan Umum (PU) Djoko Kirmanto menilai wilayah tanggul raksasa yang bakal dibangun di sekitar tanggul laut raksasa diklaim memiliki nilai ekonomi tinggi. Menurut rencana masterplan National Capital Integrated Coastal Development (NCICD)/Pengembangan Terpadu Pesisir Ibukota Negara (PTPIN) di tempat itu akan dibangun rumah susun warga dan daerah penunjang lainnya.
"Nilai ekonomi itungannya dengan IRR ( Internal Rate of Return). Jika IRR lebih baik dari bunga bank sekarang maka sudah oke. Jadi semua dihitung. Secara garis besar itu (wilayah tanggul raksasa) sangat menguntungkan. Berapa besarnya? belum selesai dihitungnya,"Β kata Djoko.
Selain bernilai ekonomi tinggi, warga yang tinggal di dekat tanggul raksasa tidak perlu khawatir dengan persediaan air bersih. Pasalnya tanggung laut raksasa yang dibangun bakal dimanfaatkan menjadi penyuplai air baku.
"Penyediaan air baku dari 13 sungai yang masuk ke Jakarta bisa dimanfaatkan. Di samping itu juga akan masuk yang dari Citarum," imbuhnya.
Sementara itu di tempat yang sama Direktur Jenderal Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan Umum Basuki Hadimuljono mengungkapkan nilai komersil wilayah tanggul laut raksasa cukup besar. Tidak hanya rumah susun warga yang dibangun di lokasi itu, akan ada 17 pulau baru plus bandara besar dilengkapi pelabuhan.
"17 pulau baru itu di luar NCICD. (pembanguna proyek tanggul laut raksasa) Kita ini hanya 4.500-5.000 hektar. Kalau kita bikin NCICD tidak ada pulau-pulauan hanya tanggul dan reklamasi. Kita memang bikin pulau tetapi bukan 17. Nanti akan dibuat rusun dan lapangan terbang juga di sana kita akan masukan dan kalau diputusin detil desainnya akan masuk karena itu akan menggantikan Cengkareng," papar Basuki.
Halaman Selanjutnya
Halaman